Tokoh Muslim Nepal: Pemeluk agama mayoritas sarankan belajar ke NU tentang mengayomi

290

Ungkapan tersebut disampaikan Oleh Izharul Haq, saat lawatan ke gedung Pengurus Besar Nahdlotul Ulama ( NU) di Jalan Keramat Raya Jakarta Pusat, pada Selasa malam (12/11/2019).

Tokoh Muslim muda Nepal yang juga sebagai direktur ‘Intellectual Muslims Association Nepal (IMAN), memutuskan menemui Kyai Said Agil Siradj, setelah mendengar pidato pada acara konferensi Internasional ‘freedom of religion’ Ke 7 yang dilaksanakan oleh Islam & Liberty bekerjasama dengan Fatayat NU Selama Dua hari (11-12 November 2019) di salah satu hotel Jakarta Pusat.

Diketahui Kyai Said Aqil dihadapan Forum menyerukan tentang ajaran Harmoni dan keseimbangan .

“Tidak ada istilah ‘umat Islam’ dalam Alquran. Yang ada adalah ‘ummatan wasathon”. Nabi SAW membangun madinah juga bukan atas dasar agama maupun etnis. Karena itu, sangat berbahaya orang yang membela Islam dengan cara yang salah. Bahkan lebih berbahaya daripada orang yang memusuhi Islam,” ujar KH Said Aqil saat berpidato.

Merasa mendapatkan Jawaban dari penyampaian pidato Kyai Said atas masalah yang dihadapi Sebagai komunitas Muslim minoritas, Izharul memutuskan belajar lebih jauh kepada NU.

“ Dia tertarik dengan konsep Islam moderat yang diusung NU. Dia jatuh cinta dengan NU. Makanya, begitu ketemu Kyai Said, ia ingin berdiskusi lebih dalam”. Ungkap ning Maghfiroh Abdullah Malik, pengurus Fatayat NU, yang juga mengatur pertemuan Izharul dengan Kyai Said.

Dalam Pertemuan tersebut, kedua Organisasi yakni PBNU dan IMAN sepakat bahwa Indonesia termasuk di dalamnya NU adalah model ‘negara muslim’ terbaik lagak dijadikan referensi dalam mengelola keragaman dan keberagamaan.

“Komunitas non- muslim (Hindu) sebagai agama mayoritas, perlu belajar kepada NU sebagai muslim mayoritas, akan tetapi lebih memilih sikap mengayomi kepada minoritas. Jelas Izharul.

Dia mengutarakan berkeinginan mengundang Kiai Said ke Nepal. Alasanya banyak ilmu yang harus ditularkan ke negara asalnya. Antara lain pemahaman tentang moderasi.

Menanggapi keinginan Izharul, sebagai langkah awal, PBNU menyarankan agar IMAN mengirimkan generasi muda muslim dari Nepal untuk belajar Islam di Indonesia.

Lebih lanjut, PBNU menunjukan lembaga-lembaga pendidikan yang Kredibel dan layak dijadikan tempat belajar oleh Muslim Nepal, seperti pesantren atau Perguruan Tinggi NU.

Diketahui, Izharul datang ke indonesia menjadi salah-satu speaker di acara Konferensi muslim Internasional ke 7 tahun 2019. Oleh panitia diberi keempatan dalam berbicara mengenai ‘efforts for religious freedom in Nepal’.

Dalam kehadiranya, ia membawa misi mencari dukungan ke Negara-Negara muslim atas keberadaan muslim Nepal sebagai kelompok minoritas. Pemeluk agama Islam di Nepal hanya 4,4 % dan konon tantangan cukup pelik.

( Sodiqul Anwar).