Oleh : Ade Ridwan, SH,.M. MPd
(Bidang Perlindungan Hukum Guru Madrasah (Fosikmas) Jawa Barat
Profesionalisme guru saat ini sedang diuji. Wabah menggiring semua aktivitas dilakukan di rumah tidak terkecuali kegiatan belajar pun dilaksanakan rumah, dengan istilah Belajar Dari Rumah (BDR), Guru dituntut mampu menyiasati penyampaian materi agar anak didik terlayani meskipun tanpa harus bertatap muka di kelas.
Profesionalisme dan keamapuan guru tidak cukup hanya diukur dari sertifikasi administratif. Lebih dari pada itu, guru adalah sosok yang mendidik dan mengarahkan, melatih, mengajar, serta mengevaluasi siswa hingga mampu bertindak secara mandiri dan berahklak mulia.
Sosok guru yang dimaksudkan adalah sosok guru yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga guru yang humanis, inovatif dan transformatif yang secara terus menerus belajar mengembangkan diri secara utuh melalui beragam pengalaman dalam teori dan praktik pembelajaran,
Kehadiran teknologi (semestinya) membantu guru dalam melayani para muridnya untuk belajar di rumah. Guru kreatif akan terus menerus mencari dan mengusahakan yang terbaik agar materi pelajaran dapat dipahami oleh muridnya. Google Class Room, Aplikasi Zoom dan aplikasi lainnya yang memudahkan kegiatan belajar jarak jauh kiranya dapat dimanfaatkan oleh guru.
Lantas bagaimana dengan kondisi di daerah yang tidak ada jaringan internet? MA PGM misalnya. Para guru berkeliling untuk memberikan materi pelajaran sekaligus memberi penjelasan dan pemahaman kpd para orangtua supaya anak-anak tetap belajar di rumah.
Salah seorang guru sekaligus pengelola Madrasah Aliyah di MA PGM , Devi Wulan Sari dengan tekun memotivasi dan mencari Formula terbaik dlm proses BDR ini, dengan senantiasa merumuskan konsep konsep dgn para Wali Kelas, Guru mapel dan komite, salah satunya yaitu dengan cara pemberian materi secara daring dan luring serta mengadakan kunjungan ke rumah murid muridnya secara berkelompok . Para Guru dengan telaten menjelaskan materi pelajaran kepada muridnya agar tetap mendapat haknya sebagai pelajar meskipun di tengah wabah yang tidak memungkinkan persekolahan dilaksanakan dengan bertemu muka di dalam kelas.
Beragam karakter Guru teruji dikondisi ini, Guru-guru di pedalaman tidak kalah kreatif. Namun ada juga guru yang hanya berkonsep tapi tidak dengan pelaksanaannya, ada yang terus bertanya kapan masuk sekolah, mungkin karena lelah membuat bahan ajar daring atau luring mungkin karena lelah, bahkan ada juga yang pasip ,padahal disaat sekolah normal banyak alasannya dibanding masuk memberi materi kepada siswa.
Ddaerah jauh dari jangkauan teknologi dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media belajar. Mereka yang mendidik dengan hati akan mengupayakan berbagai cara untuk meramu materi pelajaran. Mereka patut dijadikan sebagai guru teladan di dalam masyarakat.
Mereka merupakan sosok yang memiliki peran yang sangat penting dan mulia di tengah masyarakat. Peran guru yang dipandang mulia oleh masyarakat juga tercermin dari akronim kata “guru” dalam bahasa Jawa kata guru adalah digugu dan ditiru. “Digugu” berarti hal-hal yang dikatakannya layak dipercayai oleh orang lain, dan “ditiru” berarti hal-hal yang dilakukan layak dijadikan teladan.
Tutur dan tindakan yang tercermin dalam setiap perilakunya merupakan hal yang patut diteladani, untuk itulah ia disebut sebagai guru profesional.
Kalimat pembuka Driyarkara di atas menunjukan bahwa pendidikan mengandung juga keteladanan guru, dalam tingkah laku, bertutur, cara berpakaian, dan cara berpikir. Lewat pengajaran, dan juga lewat sikapnya, dapat mengajarkan yang baik dan tidak baik. Maka tidak salah jika beberapa guru diidolakan oleh siswanya sendiri.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru, sebab jika ia salah mendidik muridnya atau dalam berperilaku maka muridnya pun akan mengimitasi apa yang dilihat, didengar dan dirasakan sendiri dari gurunya.
“Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, dimana semua proses kegiatan belajar dan mengajar dilakukan dengan manual. Beda zaman beda pula proses yang dilewati. Menautkannya dengan konteks era digital menjadi “Guru Selfie Berdiri, Murid Selfie Berlari” hal ini menyingkap kedekatan masyarakat di tengah gempuran teknologi. Transformasi seperti apa yang diharapkan di dalam masyarakat di masa mendatang ditentukan apa dan bagaimana bentuk pendidikan saat ini.
Guru memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan bagi anak-anak didik. Ya tidak menutup kemungkinan bahwa guru memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan ini dan bangsa ini secara umum. Guru bertanggung jawab dalam pembentukan ahklak anak di sekolah. Sementara di rumah merupakan tugas dan tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya.
Guru yang baik menuntun anak-anak didiknya untuk menjadi pribadi yang santun, mandiri dan berakhlak mulia. Guru hebat adalah guru yang menginspirasi anak-anaknya. Guru harus mampu mengimbangi perkembangan zaman agar tidak ketinggalan informasi dari pada anak-anak. Anak zaman generasi digital sudah barang tentu banyak menyerap informasi di dunia maya.
Menyadari peran penting guru dalam meningkatkan mutu pendidikan diini, maka guru harus berani keluar dari zona nyaman. Berani bertanya jika tidak tahu, belajar memanfaatkan tekologi. Tidak dipungkiri bahwa di zaman digital ini proses belajar dan mengajar juga harus menyesuaikan perkembangan dunia serba digital. Boleh jadi anak-anak tidak lagi tertarik dengan cara belajar dengan metode ceramah.
Dalam upaya memerangi pandemik ini, tetaplah menjadi Guru yang tidak menyerah dengan keadaan, mengupayakan pendidikan yang tidak hanya mengasah kecerdasan intelektul tetapi mengasa hati setiap anak didik. Pendidikan yang mengupayakan proses pemuliaan manusia yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru menjadi pribadi yang cerdas dan humanis.