Syaikh Arif “Amal apapun yang dikerjakan BANSER itu terlihat pantas”

122

Syaikh Arif “Amal apapun yang dikerjakan BANSER itu terlihat pantas”

Bandung, 20 November 2020
Matahari semakin meninggi sejalan dengan perputaran waktu, tampak pemandangan yang tadinya seperti biasa saja tetapi setelah mendekat ternyata diluar kebiasaan, yaitu seorang dengan kaos dana topi BANSER sedang mengaduk pasir dan semen, ternyata ia adalah Sahabat Syaikh Arif yang sedang sibuk mengaduk pasir untuk pembangunan ruang Madrasah di Pesantren Suryamedar yang ia pimpin, setelah dihampiri iapun langsung mengajak duduk di teras saung yang biasa untuk nerima tamu, tanpa basa basi ia bergegas kedalam rumah untuk mengambil gelas termos beserta gula teh dan kopi, serta mengeluarkan rokok dari sakunya, kamipun terus berbincang dengan penuh senda gurau tapi gurauannya selalu ada kata-kata yang mengandung hikmahnya, kamipun memberanikan diri bertanya beberapa hal diantaranya “Syaikh Arif kan yang mendirikan dan yang mimpin pesantren ini, kok ngerjain sendiri bangunannya? Padahalkan tinggal nyuruh tukang bangunan juga bisa! iapun menawab :
“Saya ini kan BANSER, jadi harus serbaguna / serbabisa dong hehehe… Kalo dulu sewaktu belum menjadi BANSER mungkin kurang pantes kalo ikut ngaduk, pantesnya pimpinan pesantren yaa ngajar, mimpin majlis atau ceramah, meskipun ini amalan yang baik, tapi setelah menjadi BANSER beraneka amal bisa dikerjakan dan tetap pantas, coba bayangkan kalo sedang menggunakan busana muslim lengkap (Sarung, jubah, imamah) kemudian ada selokan yang mampet atau ada perempuan yang pakaiannya tidak menutupi aurat kemudian minta tolong, kan kita pasti bingung, mau nolongin sepertinya ngga pantes (karena bisa menjadi fitnah), ngga ditolongin kasihan, apalagi sekarang itu menjaga adab pengajar itu sangat sulit, tapi kalo pakai baju BANSER mau nolongin apa / siapa saja tetap pantas dan mulia / tidak jadi fitnah.”
Sahabat Syaikh Arif yang merupakan alumni Ponpes Sultan Agung Wonosobo dan beberapa Ponpes di Banyumas ini memang selalu bangga dengan kebanserannya, meski tidak bisa aktif seperti sahabat – sahabat yang lain, karena banyaknya tugas yang ia emban dimajlis / pesantrennya, konon semangatnya itu juga karena support dari kyai-kyai dikampungnya.
“Saya punya guru tapi tidak banyak ngaji kebeliau, hanya sering sharing dan selalu mendapat nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat, pada suatu malam ia berkata “Siki klambimu loro, loreng karo jubah” (Sekarang baju kamu dua, loreng (BANSER) dan jubah (Ketika ke Majlis), maka jangan heran kalo kita ketemu dijalan dan saya pakai sarung dan jaket BANSER tapi juga pakai sepatu PDL hehe…”