Stadium Generale/Kuliah Umum Eksistensi Arab Pegon dalam Lintas Sejarah Nusantara serta Relevansinya di Era Digital
ARAB PEGON (Huruf Arab dengan penyesuaian bahasa lokal) telah menjadi pengantar ilmu di tengah masyarakat Indonesia sejak dahulu kala,dan satu-satunya huruf kuno negeri ini yang tetap eksis digunakan hingga detik ini di Nusantara,digunakan dan lestari sebagai pengantar ilmu dikalangan santri.
Ada banyak nama lain Pegon di berbagai daerah dan blum terstandarisasi dengan baik, bagaimana penulisan yang diakui secara universal .
Tulisan Pegon ,Arab Melayu menjadi lingua franca dalam diplomasi antar kerajaan dimasa lalu dll.
Kang Diaz Nawaksara (Budayawan Ahli Huruf Kuno) dan KH.Agus Syarief Hidayatullah LC.MA (Dosen Uninus sekaligus Ketua PCNU Kota Bandung) dengan dimoderatori KH.Wahyul Afif Al-Ghafiqi(Pemerhati Sejarah dan Kebudayaan) mengajak masyarakat Indonesia untuk kembali menengok dan memikirkan kelestarian Arab PEGON ini dimasa depan.
Perlu dilakukan proses yang serius untuk usaha besar ini,mulai dari pengumpulan data,riset yang mendalam, uji materi,diskusi dsn seminar,pertemuan pembahasan standarisasi (EYD) tentang kesepakatan tanda baca,dll. Hingga digitalisasi kitab-kitab yang memakai huruf Pegon ,tidak hanya mem-PDF -kan saja ,tetapi juga membuatnya mudah diakses demi kemajuan dan pembelajaran dimasa depan yang lebih ramah lingkungan dan adanya upaya pengurangan emisi carbon dll.
Acara ini yang diadakan di Aula Gedung Pasca Sarjana FAI,Universitas Islam Nusantara(Uninus)Kota Bandung ini diselenggarakan oleh Mahasiwa Uninus bekerjasama dengan PCNU Kota Bandung,Pesantren Uninus dan Aswaja Center Uninus.
Tampak hadir ditengah hadirin Para Ajengan/Kyai dan Ustadz serta santri dari beberapa Pesatren Tua di Seputar Bandung,seperti Pesantren Sukamiskin,Pesantren Cijawura,dll.
Tampak pula para pimpinan organisasi pemuda dan mahasiswa hadir dalam acara tersebut,diantaranya dari PMII,Dema Uninus,IPNU,IPPNU ,KMNU dll.
Acara tersebut juga disiarkan TVNU dan channel Uninus.
Banyak harapan besar terlontar dalam sesi tanya jawab maupun dalam pemaparan materi yang mengalir tanpa terasa dari jam 13.00WIB hingga selesai pukul 16.30 WIB,diantaranya adalah tentang PR besar mengenai Arab Pegon yang seharusnya dibahas secara lebih komprehensif dimasa depan.
Santri kedepan mungkin tidak lagi membawa tumpukan kitab kuning,tetapi sama seperti saudaranya di Universitas dan perguruan tinggi lainnya, para santri kedepan dapat dengan mudah meng-akses kitab kuning dengan huruf Pegon untuk belajar.
Meskipun masih jauh tetapi langkah itu harus dimulai.
Salah seorang Panitia Krisna Maulana mengatakan bahwa dirinya tidak menyangka begitu luarbiasa antusiasme dari kalangan santri dan kaum muda mengikuti acara ini,terlihat dari kedatangan para ulama dari berbagai pesantren dan Mahasiswa yang mengambil kuliah tentang ke-Islaman.
Rivaldy salah satu peserta acara mengatakan bahwa pembahasan tentang Arab Pegon ini cukup menjawab kegelisahannya saat dijelaskan tentang boleh atau tidaknya menggunakan huruf abjad arab yang diberi tanda khusus seperti huruf ‘ain diberi titik tiga diatasnya sehingga dibacanya menjadi “NG”,dll.
Oleh: Hendi Nugraha Afifiyah
(Aula Pasca Sarjana ,FAI,Universitas Islam Nusantara Bandung,Kamis,28 Oktober 2021,Jam.13.00-16.30 WIB)