SELAMAT BEREVOLUSI MUI ‘REMAJA’ MENJADI LEBIH BERMARTABAT

72

SELAMAT BEREVOLUSI MUI ‘REMAJA’ MENJADI LEBIH BERMARTABAT

Oleh : Yahya Ansori

Terima kasih buat Dr. Masduki Duryat senior saya di PMII Jakarta yang sudah bersusah payah, berbaik hati menanggapi tulisan saya di jabar.nu.or.id berjudul “Musda MUI di Mata Rakyat Biasa”. Tulisan beliau sejatinya mengingatkan saya, jadi saya pantas mengucapkan terima kasih.

Sejatinya saya hanya menulis sebuah satu saja fakta tentang ucapan ketua MUI Indramayu terpilih hasil Musda VII MUI Indramayu, yang kata-kata tersebut disaksikan semua hadirin yaitu “Kemarin saya telah mendukung calon yang kalah di pilkada. Namun sekarang saya adalah pemenang,” Namun entah kenapa sekedar fakta kecil itu saja kok membuat panas, dan saya dianggap macam-macam dengan mengatakan saya pribadi yang ‘hasud’ dengan merasa paling benar sendiri, dan mem-bully ulama.

Point terpenting dari tulisan saya itu sebenarnya hanya soal tafsir atas kalimat menurut versi saya yang rakyat biasa. Sebagai rakyat yang punya hasrat fikir, hasrat menulis ya menurut saya biasa saja. Yang saya fikirkan saya tulis, apalagi itu berkenaan dengan kegiatan ketua PCNU Indramayu. Jika saya menyampaikan kerja-kerja pengurus ya sangat-sangat wajar, jika ada sudut pandang yang ditafsirkan berbeda ya tidak apa-apa.

Pun atas tanggapan Dr. Masduki Duryat menurut saya sangat wajar, namun menurut saya dalam teks tulisan saya tersebut tidak ada satupun diksi atau kalimat yang bernada membully dan jauh dari merasa bahwa tindakan saya adalah paling benar. Saya sudah ucapkan selamat di akhir tulisan, tanda bahwa setelah peristiwa sudah terjadi ya sudah kita lalui dan kita ikhlaskan. Soal kemudian dituliskan dan terpublikasikan adalah sebuah ikhtiar agar organisasi kita meminjam istilah Mbah Wahab Hasbullah tidak menjadi ‘organisasi yang buta tuli’. Selayaknya kita merespon kejadian dengan tradisi kontemplatif dan menuliskannya secara naratif, dan dipublikasikan dengan saluran-saluran media yang mungkin.

Tidak ada hal yang baru dan orsinil buat saya menanggapi sekian halaman tulisan Dr. Masduki Duryat karena saya sudah dengar itu disambutan beliau di acara Musda sebagai ketua panitia. Selebihnya adalah copy pasti naratif agar terlihat lebih akademik maklum beliau adalah Ketua STIT Al-Amin milik ketua MUI Indramayu, sangat wajar beliau membela majikannya.

Saya adalah orang kampung penjual JegGrejeg dan peternak bebek, tulisan Dr. Masduki Duryat menurut saya tidak menarik kenapa? Karena menganalisa masalah secara mbulet tanpa melihat realitas empirik. Dikiranya hidup ini penuh dengan analisa filosofis dan diskursus akademik, wong soal menilai hubungan NU – MUI di Indramayu saja kok ruwetnya begitu rupa. Bagi saya cukup melihat realitas anggaran di APBD yang semua orang bisa lihat. Kemudian mencernanya dengan pertanyaan kenapa? Dilanjutkan dengan pertanyaan bagaimana bisa terjadi begitu? Semuanya akan terjawab berikut segala macam statemen, tindakan, bahkan mungkin olok-olok. Tidak perlu dipublis secara panjang lebar, karena rakyat sudah banyak yang tahu kok. Hanya saja rakyat berfikir hal-hal sederhana tak perlu telaah njlimet macam itu.

Dalam hal peran ulama yang diperankan oleh kiai-kiai NU menurut saya tidak ada yang salah, saya menjumpai misalnya KH. Masduki Rois Syuriah PCNU Indramayu yang sangat wara’ dan zuhud. Peran kiai-kiai NU yang sering saya dengar analisa kritisnya pun menurut saya berdasar atas pertimbangan maslahah. Saya pun dalam tulisan tersebut tidak menyalahkan keterlibatan ketua MUI dalam even-even politik praktis. Saya kenal beliau sejak di PKB, saya mengerti kenapa beliau berpindah ke Partai Golkar kemudian menjadi pengurus. Saya mafhum istrinya adalah anggota DPRD kab. Indramayu dari fraksi Golkar, saya tak mempermasalahkan itu. Saya sekedar mengkritisi sebuah kalimat yang korelatif dengan statemen Sekretaris Umum MUI Jawa Barat. Forum tersebut adalah forum ulama bukan konstestasi politisi. Itu saja tak merembet pada soal-soal politis.

Selamat buat pengurus MUI Indramayu 2021-2026 selamat berevolusi menjadi lebih bermartabat.

Penulis adalah warga Indramayu, penjual JegGrejeg