Oleh : Jurnalist Ansor Jabar Online; Dian Ajis Syah Putra, S. Pd
Belum selesai terobati kekecewaan masyarakat kepada Pemerintahan Provinsi di bawah kepemimpinan Ridwan kamil, terkait program 100 hari menjadi Gubernur yang tidak ada dampak yang signifikan kepada Masyarakat terkhusus Masyarakat Kabupaten Bogor.
Belum lama ini, muncul banner dan pamflet Undangan Pengajian yang acaranya di gelar di Rumah Dinas Gubernur, tepatnya di jalan cicendo nomor 01, Bandung. Dalam pamflet yang berjudul Menapaki Jejak Nabi, Ridwan Kamil mengundang salah satu Ustadz Kontroversial yang pernah menghina Nabi Muhammad dan mengatakan bahwa beliau adalah sesat.
Acara yang akan digelar pada hari minggu, 3 November ini semakin menegaskan bahwa Ridwan Kamil sangat tidak serius dalam merealisasikan program dan janjinya. Yang mana diantaranya adalah, ia akan ikut aktif dalam memberantas radikalisasi yang terjadi di Jawa Barat.
Juli lalu, Ridwan Kamil sempat di undang di Manchester penjadi pembicara terkait Radikalisme. Dibulan yang sama, ia mengumpulkan para Alim Ulama dan berdiskusi terkait meminta saran juga arahan terkait dengan Radikalisme. Tetapi, yang kami lihat Ridwan Kamil hanya bisa menyampaikan wacana tanpa bisa menyelesaikannya. Bak seorang artis, Gubernur Jawa Barat ini hanya dikenal melalui sensasi tanpa gagasan dan narasi.
Penulis, beberapa minggu lalu mengikuti kegiatan pelatihan yang di gagas oleh FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Disana, semuanya memberikan pelatihan terkait bahayanya memilih guru, jangan sampai salah masuk majlis, hati-hati dengan social media juga terkait ujaran kebencian dan provokasi yang mengundang kepada disintegrasi bangsa bahkan separatisme. Namun, sepertinya itu hanya wacana Pemerintah Provinsi dalam hal ini melalui FKUB saja. Toh, sejatinya sang Gubernur hanya main-main kok. Tidak serius menyelesaikan masalah Radikalisme di Jawa Barat. Atau jangan-jangan itu hanya formalitas saja, saat dimana Presiden Jokowi dan para pembantunya gencar melakukan deradikalisasi. Semua Gubernur, khususnya yang ada di Jawa Barat juga melakukan hal yang sama agar dilihat bagus oleh Pemerintah Pusat, padahal sekali lagi itu hanya wacana semata saja.
Doa kami pada Gubernur, semoga tersadarkan dan bisa berpikir jernih bahwa apalah arti elektabilitas suara semata jika akhirnya Negara Indonesia ini hancur karena tumbuh suburnya Radikalisasi di Jawa Barat.