Puisi “Wisuda” Mengiringi Wisuda Drive Thru UIN SATU

125

Tulungagung—Universitas Islam Negeri (UIN) Syayid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU) menggelar wisuda Sarjana, Magister dan Doktor yang ke-28 secara drive thru. Puisi berjudul “Wisuda” mengiringi prosesi sehingga suasana terasa syahdu dan khidmah.

Wisuda dipimpin Rektor UIN SATU Tulungagung Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag, dengan mewisuda 1.439 wisudawan, terdiri dari S1:1281, S2:147 dan S3:11. Diselenggarakan selama tiga hari di kampus Dakwah dan Peradaban ini.

Wisuda pada hari pertama, salah satu agenda pendukungnya adalah dibacanya puisi yang berjudul “Wisuda”, karya Ruchman Basori Kasubdit Sarana Prasarana dan Kemahasiswaan Direktorat Diktis Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

Puisi ini dilantunkan dengan syahdu, lugas, dan khas oleh Prof. Dr. Akhyak, M.Ag, seorang Guru Besar yang juga Direktur Pascasarjana UIN SATU Tulungagung.

Berikut bait puisi yang dilantunkan dihadapan 1.439 mahasiswa UIN SATU:

Wisuda

Kau ditunggu gelar dan ilmunya //Kau dinanti agar hidupmu penuh arti
Oleh Orang-orang yang kau sayangi//Mereka Tak lelah mendoa tanpa jeda

Menjadi sarjana yang ulama//Menjadi cendekia yang bijaksana
Menjadi ilmuwan yang Budiman//Menjadi profesional yang terkenal

Di sana seorang ibu berderei dengan air mata//Seorang bapak yang berkaca-kaca
Seorang adik yang tertawa gembira//Seorang kakak yang membimbingnya
Seorang istri yang tetap setia//Seorang suami yang setia mengiringi
Seorang anak yang senyum bangga

Terbayar sudah jerih payah//Tunai sudah keringat darah
Memakai toga kuncir dan jubah//Saatnya senyum wajah merekah

Wisuda sarjana dan pascasarjana//Tak sekedar memindah toga
Tak sekedar orasi yang berjeda//Tak sekedar acara seremoni belaka
Tak sekedar canda tawa

Wisuda sarjana dan pascasarjana//Adalah Simbol-simbol kecendekiaan dan Kesarjanaan
Makna hidup dengan penuh kemanfaatan//Bukan sekedar duduk di menara gading
Bukan pula bersila di singgasana//Tapi, berjuang di akar rumput pengabdian
Mengadi di basis-basis kerakyatan//Berprestasi berinovasi di tengah-tengah kehidupan

Menurut Maulida, Pakar Bahas Indonesia UIN SATU Tulungagung, puisi dengan judul wisuda sangat tepat disampaikan saat para mahasiswa telah berjibaku bertahun-tahun menuai momen yang sangat ditunggunya. “Puisi ini kaya dengan struktur bathin, pemilihan diksi, penggunaan plastik bahasa sangat tepat. “Tak lelah mendoa tanpa jeda” usaha spiritual yang di kemas dengan diksi yang apik.

Siti Kusnul Kotimah wisudawan Doktor MPI mengakui, puisi “Wisuda”, yang di baca Prof. Akhyak menggetarkan jiwa, penuh makna, menyentuh hati, karena menggambarkan kisah nyata yang dialami banyak orang dan dibalut dengan sastra yang tinggi. ”Saya bergetar, bangga terharu jadi satu mendengar puisi ini”, katanya.

Puisi ini sangat menginspirasi, menggugah, dan mengobarkan jiwa yang lagi tenggelam. Apalagi pembawaan Prof. Akhyak sangat menyentuh hati, tepat di hati pendengar. “Puisi ini saya jadikan motivasi untuk berkreasi, berinovasi dan mengembangkan produktifitas keilmuan di tengah tengah masyarakat luas” tutur Siti Kusnul Kotimah, yang juga Ketua Pengurus Cabang Fatayat NU Tulungagung.

Lain lagi menurut Muhammad Jaseri, Guru Besar Bahasa Indonesia UIN SATU mengatakan rima dan irama dalam pembacaan puisi ini sangat indah dan mempesona. ”Semoga menjadi pelecut harapan yang mampu menyalakan semangat berinovasi para wisudawan UIN SATU”.

Dalam amanatnya Maftukhin mengatakan mahasiswa yang di wisuda kali ini membanggakan karena wisuda yang pertama setelah IAIN berubah menjadi UIN Sayyid Ali Eahmatulloh (UIN SATU). “semoga dengan menjadi UIN, semakin berkualitas, semakin baik, bisa memberikan kontreibusi riil kepada masyarakat“.

“Dengan menjadi UIN, kita menjadi setara dengan PT di Ibu Kota Provinsi, meskipun berada di daerah yang sangat jauh dari pusat politik dan ekonomi, yang perlu dikembangkan”, papar Alumni PP. Lirboyo Kediri ini.

Pihaknya lanjut Maftukhin, UIN SATU selain melakukan transformasi institusi, juga dibarengi dengan transformasi teknologi, SDM, pembelajaran dan transformasi anggaran di tengah-tengah persaingan.(RB)