Pesan untuk para pendidik

107

“Orang bilang bahwa mengajar itu mudah, yang sulit itu mendidik”. Menurut saya statement tersebut tidak sepenuhnya tepat. Saya mencoba membuka analisis ini ke ranah-ranah diskusi dengan para guru, saya beranggapan bahwa mengajar dan mendidik adalah bagian dari proses. Berbagai macam teori dan pendapat para ahli menjelaskan bagaimana cara orang tua mendidik anaknya, maupun cara guru mendidik siswanya.

Dalam hal mendidik masih banyak pekerjaan rumah yang harus saya lakukan agar para siswa menjadi orang yang baik juga bermanfaat untuk orang lain disekitarnya. Meski begitu, saya akan tetap memberikan yang terbaik untuk mereka.

Sebagai seorang guru tidak bisa begitu saja membiarkan, acuh, masa bodoh, apatis tanpa mempedulikan siswanya yang melakukan pelanggaran, melakukan tindakan memalukan, atau melakukan perbuatan tercela lainnya. Tidak boleh juga mengatakan “biarlah itu urusan dia, ga usah mikirin anak orang lain segala toh dia juga ada ortunya dan sebagainya”.

Memberikan nasihat tidak ada salahnya selama tujuannya itu baik, memberikan nasihat tidak ada salahnya disaat ada orang yang memintanya, memberikan nasihat tidak ada salahnya selama tidak membuat mereka malu. Yang tidak boleh itu adalah “nasihat diiringi dengan pembunuhan karakter”.

Seorang penceramah bukan berarti bisa mengimplementasikan apa yang diucapkannya. Seorang motivator belum tentu mampu menghadapi problem yang akan menimpanya nanti, begitupun dengan seorang guru belum tentu mampu memberikan tauladan yang baik untuk para siswanya, tapi hal-hal yang semestinya tidak perlu dilakukan seperti postingan kasar, penghinaan, kebencian, ancaman, permusuhan, pembunuhan karakter, sindiran tajam, upload foto bersama pacar dengan adegan yang romantis disertai sentuhan yang tidak pantas dilakukan layaknya pasangan suami isteri, curhat karena masalah dengan teman ataupun keluarga hingga ujung-ujungnya menutup air didulang mata terkena percikannya (buka rahasia, buka aib) dan sebagainya yang biasa saya saksikan perlu kiranya saya memberikan nasihat untuk para guru-guru saya.

Wahai para siswa, kita hidup di alam demokrasi bebas untuk berekspresi, namun jangan diartikan bebas tanpa batas. Bukannya kalian belajar tentang norma dan etika? Bukannya pendidikan moral Pancasila dan pendidikan Agama kalian pelajari, bahkan tidak cukup di sekolah tapi juga di pengajian-pengajian Majelis Ta’lim, Pondok Pesantren, Masjid, ataupun Madrasah?

1. Upload foto bersama lawan jenis.

Memasuki usia remaja wajar saja kalian memiliki hasrat untuk menjadikan lawan jenis sebagai pasangan hidup. Agama pun tidak melarang. Terus terang saja saya pun memiliki pacar, walaupun pacaran adalah dosa indah yang termanis berpotensi merontokkan keimanan dan dalam ajaran Islam pun tidak dibenarkan. Hanya saja saat kalian sudah berani terang-terangan di medsos mengupload lawan jenis dengan romantis itu merupakan tindakan yang tidak pantas dilakukan. Ditambah usia pun relatif masih sangat muda, seharusnya belajar yang harus diprioritaskan. Dengan lebaynya emotikon penuh cinta pun dijadikan penghias istimewa. Kenapa harus diupload? Apakah pacar yang anda klaim milikmu takut dipacari oleh orang lain? Pengakuan? Atau karena bangga? “ini loh pacar saya, ini loh pacar baru saya dan sebagainya”. Cinta memang hak dan kewajiban pada setiap orang. Tapi “Kedaulatan cinta bukan diukur dengan postingan dan upload foto di medsos, cukup antara kau-dia dan orang-orang disekeliling anda yang tahu”.

2. Postingan kasar, permusuhan, hinaan, ancaman, kebencian, sindiran, dan pembunuhan karakter.

Kesal sampai puncaknya marah pada setiap orang itu pasti terjadi. Namun, ketika kesal dan marah yang anda rasakan sengaja dipublish di medsos itu tidak dibenarkan. Selain bertentangan dengan norma dan etika, kalau isinya mengarah ke provokatif-agitatif-intimidatif maka bisa terjerat hukum (UU ITE nomor 11 tahun 2008, KUHP terutama Pasal 310 Ayat 1 dan SE tentang Ujaran Kebencian). Kalau anda tiba-tiba dilaporkan atas postingan kasar provokatif-agitatif-intimidatif, apa yang akan anda perbuat? Anda akan anggap si pelapor lebay? Oke bisa saja laporan tersebut lebay kalau memang anda anggap biasa-biasa saja, tapi kalau sampai menyulutkan konflik dan perpecahan, saya rasa wajar anda dilaporkan. Selain itu, konsekuensi dalam kehidupan di masyarakat adalah, anda akan dinilai sebagai manusia doyan posting masalah, tak bisa kontrol diri, dan penilain negatif lainnya.

3. Upload foto berpakaian seksi.

Keseksian tubuh anda bukan konsumsi publik guys. Anda pamer keseksian tubuh ingin dapat pujian atau ngobral sih? Pujian ataupun ngobral tetap saja salah. Masih mending dipuji, kalau di anggap murahan, yakin ga bakal marah? Kalau dianggap kimcil, cabe-cabean yakin ga bakal marah ni?. Upload foto tanpa berkerudung saya tidak mempermasalahkan walaupun sudah seharusnya seorang perempuan itu baik di medsos maupun di dunia nyata berkerudung. Ingat yang saya kritisi bukan upload yang ga pakai kerudung, tapi itu tuh lekuk tubuhmu yang aduhai asoy, lekuk indahmu yang menggoda, dan lekuk tubuhmu yang terlihat belahan dadanya yang saya kritisi. Perlu kalian ingat, keseksian tubuhmu hanya sedap dipandang mata oleh segelintir orang saja, selebihnya terutama kalangan tua justru akan menunjukkan dengan sikap yang berbeda (muak, kesal, dan sedih).

Hal-hal yang pernah anda lakukan semua di medsos (postingan kasar, upload keromantisan bersama pacar, pembunuhan karakter, penghinaan, sindiran dlsb) belum pernah saya memberanikan diri menasihati anda di kolom komentar. Dan kalaupun saya memberanikan diri menasihati tidak di kolom komentar, tapi dengan komunikasi privat via inbox atau kotak masuk, atau langsung ke orangnya tanpa sedikitpun menyengaja menasihati dihadapan orang lain. Karena itu akan membuat anda tentunya malu kan?.

Wahai generasi lebay, wahai generasi doyan curhat, wahai generasi doyan marah-marah, wahai generasi doyan ngomong cabul. Ingatlah bahwa apa yang anda lakukan itu justru akan membuat anda rugi. Kebebasan berekspresi dan kebebasan HAM bukan tanpa batas. Ada etika yang tidak boleh dilanggar dalam berekspresi dan berkomunikasi di medsos. Begitupun dampaknya tentu berpengaruh pula pada keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitar anda. Bukannya membanggakan prestasi di hadapan orang lain pun belum tentu orang merasa senang?, apalagi membukakan aib sendiri yang jelas-jelas itu privasi tak layak dipublikasi malah kau anggap jalan pintas.

#Pesan saya: Bijaklah dalam mengekspresikan diri di medsos. Postingan terbaik di medsos adalah upadate status yang informatif-inspiratif. Jadilah manusia yang beradab, dan proporsional dalam memposting. Berikanlah kenyamanan pada orang-orang sekitar dan teman-teman medsosmu. (Umam : Ketua PAC GP Ansor Tenjolaya)