NU Itu “Islam Tradisional” Plus

306

Sindangkerta, (Ansorjabar Online)

Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi Islam yang unik dan khas ala Indonesia. Lahir dengan identik sebagai komunitas tradisional, namun senantiasa berpikiran maju ke depan. Sisi tradisionalismenya, NU senantiasa akomodatif dengan adat dan tradisi masyarakat Indonesia. Demikian pula, NU merupakan pilar penting yang mengokohkan bangunan kebangsaan Indonesia hingga saat ini.

“Sisi tradisionalismenya, NU akomodatif dengan budaya dan kearifan lokal masyarakat. Tidak ada dalam kamus NU untuk memberantas adat dan budaya lokal. Selama tidak bertentangan dengan syariat, nilai dan tradisi lokal tetap dilestarikan dan diperkaya dengan nilai-nilai keislaman sebagaimana jalan dakwah yang ditempuh para walisongo itu”, kata sekretaris Lakpesdam NU Jabar Wawan Gunawan dalam acara Sarasehan Nahdliyyin Bandung Barat, Sabtu ( 20/05/2017), di Pondok Pesantren al-Ghuroba, Sindangkerta, Bandung Barat.

Kemudian, dengan kejeniusan para kyainya NU juga mampu mengawinkan pandangan keagamaan dengan wawasan kebangsaan secara komprehensif. Inilah point plus nya NU yang belum kita temukan pada belahan dunia Islam lainnya atau pun ormas lain di Indonesia.

“Dalam kontek politik kebangsaan, di belahan dunia muslim lainnya nasionalisme dan Islam masih belum ada titik temu dan seringkali terlibat konflik bahkan peperangan satu sama lain. Maka, sebagai bangsa kita wajib bersyukur dengan kehadiran NU, karena adanya merupakan berkah bagi bangsa Indonesia yang aneka ragam ini,” ujar Wawan.

Jauh sebelum kemerdekaan, lanjut Wawan, NU melalui muktamarnya tahun 1936 di Banjarmasin telah menegaskan bahwa Indonesia sebagai Darussalam (negeri damai), bukan darul islam atau daulah islam. Demikian pula, saat ijtihad kebangsaan KH. Wahid Hasyim merelakan Pancasila sebagai dasar Negara dalam sidang BPUPKI tahun 1945. Pada tahun 1983 dalam Munas Alim Ulama di Situbondo, NU merupakan organisasi pertama yang mencetuskan penerimaan azas tunggal Pancasila.

Wawan meyakini, pada masanya nanti dengan model corak keislaman yang dikembangkan NU, Islam Indonesia akan menjadi kiblat dari peradaban Islam dunia dalam menciptakan harmoni dan perdamaian.

Acara Sarasehan yang diigagas Nahdliyyin Bandung Barat ini diikuti tidak kurang dari 250-an ajengan dan aktivis Nahdliyyin KBB. Selain Wawan, hadir juga sebagai narasumber diskusi adalah Ketua PW Ansor Jabar Deni Ahmad Haidar. Selepas disukusi, dilanjutkan dengan pembahasan draft rekomendasi yang dipandu KH. Hilman Farid (Inisiator Sarasehan). Dalam kesempatan tersebut, disampaikan pula tausyiah oleh Rois Syuriah PCNU KBB KH. Aa Maulana.(Moch.Ramdani/edi).