Kota Bekasi, Ansor Jabar Online
Dalam upaya memperkuat nasionalisme dan cinta tanah air, warga di lingkungan Gang Sabana, RT 9 RW 2, Kota Bekasi, menggelar ngaji kebangsaan bersama tokoh nasional.
“Mas Awan, jangan bilang-bilang yaa, selama saya mengampu di Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) belum pernah ketemu teroris ber-KTA NU. Nggak pernah! Kebanyakan dari tetangga sebelah sono dan sono,” terang KH. DR. Taufik, MA., saat diminta menjadi pembicara Ngaji Kebangsaan Sabana.
Kiai berjenggot panjang, suka mengenakan kopiah putih dan begamis ini, kalau yang belum kenal, sangkanya pasti Minhum. Golongan ummat yang fasih dengan hadist 3 kata, bid’ah bid’ah dan bid’ah. Padahal di setiap Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) Ansor kota Bekasi, beliau selalu nyempetin hadir sebagai narasumber.

Pengasuh Pesantren Al Fath Jakasetia Kota Bekasi ini menduduki jabatan strategis di Lembaga Batsul Masail (LBM) di PBNU sekaligus nakhodanya lembaga ngeyel keilmuan di Kota Bekasi.
Ia mencatat, “Lembaga Ngeyel Keilmuan” itu ciri khasnya LBM. Para punggawanya terdiri dari santri belasan tahun yang sudah ngaji puluhan kitab kuning tebel-tu
ebel, membedah dan meneliti Al Qur’an dan hadits sekaligus menghafalnya.
“Jadi produk hukum Ijma, atau kimiawi atau produk hukum terapan, maupun kontemporer, hafal, faham, tau dan mengerti luar dalam,” ujarnya.
Kiai Topik yang juga didapuk sebagai Pembina Yayasan Masjid Adzikra Galaxy Kota Bekasi menjelaskan, bahwa teroris lahir bukan karena tak faham agama. Tapi justru merasa yang sudah hafal Al-Qur’an itu, jumawa bahwa garansi surganya jelas, makanya bersikap merusak sesama.
“Jadi hafal mereka sama Qur’an. Tapi sikap menterjemahkannya yang salah. Tafsir perkata salah, akhirnya jadi satu kalimat tambah salah kemana-mana. Hipotesis nya merujuk pada sikap melawan negara jadilah teroris,” terang Kiai yang juga menjadi dosen di Amerika, China, tentang pemberantasan terorisme ini.
Dirinya menegaskan, bahwa pemerintah melalui BNPT bertugas menyelaraskan dan menyadarkan para teroris ini ke jalan yang benar.
“Diskusi ilmiah sudah pasti tentu dilaksanakan di forum ini, dalam rangka menyamakan frekuensi teroris yang tadinya salah kaprah menjadi benar tentang bernegara dan aturan mainnya,” tandasnya.
Pewarta: Awan Setia Budi
Editor: Wandi Ruswannur