NEGARA HADIR UNTUK YANG MUSTAD’AFIN

85

NEGARA HADIR UNTUK YANG MUSTAD’AFIN

Negara mestinya bisa menggratiskan biaya pendidikan dari Raudlatul Athfal /Taman Kanak-Kanak hingga Madrasah Aliyah/Sekolah Menegah Atas. Bahkan kalau ada political will bisa sampai jenjang pendidikan tinggi. Namun sayangnya anggaran yang ada belum bisa dioptimalkan untuk memenuhi hajat pemenuhan pendidikan tersebut. Sementara pendapatan negara belum mengeksplorasi kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) dan pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan baik dan ini masih menjadi problem tersendiri. Belum lagi upaya menekan angka korupsi yang trend-nya masih menempati posisi teratas ditengah kesulitan bangsa ini.

Namun, walau belum memenuhi harapan publik dalam 8-10 tahun terakhir ini masih berjalan program Beasiswa Bidikmisi untuk mahasiswa yang berasal dari kalangan kurang mampu secara ekonomi dan mempunyai berprestasi pada saat menempuh jenjang pendidikan menengah. Kini ribuan anak bangsa dapat mengenyam beasiswa ini yang disalurkan kepada mahasiswa baik pada Perguruan Tinggi Umum muupun Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) dibawah binaan Kementerian Agama RI.

Dalam Juknis Bidikmisi Direktorat Pendidian Tinggi Keagamaan Islam Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI dijelaskan bahwa Bidikmisi merupakan bantuan biaya pendidikan yang diberikan kepada calon mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi dan mempunyai prestasi yang unggul selama menempuh pendidikan di sekolah serta memiliki keinginan yang kuat untuk menyelesaikan studinya di perguruan tinggi dengan tepat waktu.

Misinya adalah untuk menghidupkan harapan masyarakat yang kurang mampu, namun mempunyai potensi akademik baik, untuk dapat menempuh pendidikan sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Selain itu program ini ingin menghasilkan sumber daya manusia yang mampu berperan dalam memutus mata rantai kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat. Pada gilirannya, akan memperluas akses kaum miskin untuk mengenyam pendidikan yang bermutu pada PTKI.

Prinsipnya jangan sampai ada istilah “orang miskin dilarang kuliah”, malah sebaliknya orang miskin harus kuliah, karena negara hadir, termasuk membka akses dan kesempatan yang luas kepada anak-anak bangsa belajar pada PTKI. Anak-anak dari segenap penjuru negeri dapat termotivasi untuk berjihad intelektual, mengarungi bahtera ilmu pengetahuan yang maha luas, dengan merendra studi dan prestasi setinggi-tingginya, walau mengalami keterbatasan ekonomi. Pada akhirnya program ini diharapkan akan melahirkan lulusan PTKI yang berkarakter, mandiri, produktif dan memiliki kepedulian sosial sehingga mampu memutus mata rantai kemiskinan.

Kendatipun tidak sebanyak yang ada pada Kemristek Dikti, menurut data Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, program Bidikmisi telah disalurkan kepada mahasiswa PTKIN (UIN, IAIN dan STAIN) sebanyak 26,946 orang medio 2011 hingga 2017, dengan perincian: 2,020 (2011), 2,100 (2012), 2,876 (2013), 2,220 (2014), 4,780 (2015), 6,750 (2016) dan untuk tahun 2017 berjumlah 6,200. Sementara untuk PTKIS baru dilaksanakan sejak tahun 2015 dengan total peserta 1.220 orang dengan perincian 2015 sebanyak 220 orang, 2016 ada 500 orang dan pada tahun 2017 sebanyak 500 orang. Secara kuantitatif pemerintah harus menambah penerimaan Bidikmisi bagi mahasiswa PTKI karena itulah sejatinya bentuk keberpihakan. Masih terjadi disparitas yang menganga antara bidikmisi yang ada pada PTU binaan Kemristekdikti dengan PTKI yang ada pada Kementerian Agama.

Saya berkesempatan memberikan pembinaan kepada 70 mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi pada PTKIS yang ada di Jawa Tengah yang berasal dari 7 PTKIS binaan Koprtais Wilayah X UIN Walisongo Semarang. Saya tegaskan kepada mereka beasiswa ini adalah bukti kehadiran negara kepada kalangan kurang mampu, dan anda semua adalah mahasiswa yang beruntung mendapatkan prgram ini. Gunakan dengan baik kesempatan ini untuk belajar dan terus belajar, agar mampu bersaing dengan anak bangsa lainnya di negeri ini. Terpenting adalah mampu berpartisipasi dalam pembangunan dan perubahan sosial.

Selain program Bidikmisi Kementerian Agama juga menyelenggarakan program Afirmasi Pendididikan Tinggi Keagamaan Islam (ADIKTIS) pada Daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Para mahasiswa yang brasal dari daerah 3T yang umumnya lemah akses, modal, politik dan kebijakan mendapatkan beasiswa selama 4 tahun penuh pada PTKI yang ditunjuk oleh Kementerian Agama. Sepulang menjadi sarjana diharapkan mampu menambah SDM untuk menggerakan pembangunan diwilayahnya masing-masing.

Sangat disayangkan akibat perlakukan yang kurang adil terhadap anak bangsa yang berada di wilayah 3T dan perbatasan, mereka lebih loyak terhadap negara tetangga daripada negerinya sendiri. Ini mengancam integrasi NKRI. Program ini menjadi sangat tepat, untuk membentengi Indonesia dengan bentuk affirmasi pendidikan. Dengan hanya pendekatan milliter dan keamanan fisik, terbukti selama ini kurang efektif. Maka dengan beasiswa adiktis akan dijadikan perekat NKRI dan komitmen sebagai bangsa dikokohkan.

Akses mereka harus diperluas dan kualitas mereka harus ditingkatkan. Pemerataan pembangunan harus menjadi tungku utama, selain tent saja keadilan dibidang pendidikan, kesejahteraan sosial dan kesehatan. Pada saat yang sama-sama anak-anak bangsa dari kalangan kurang mampu secara ekonomi dan lemah akses akan terbangkitkan kembali motivasi untuk meraih prestasi. Intelektual dan nuraninya ditajamkan, profesionalistasnya ditingkatkan, karakter, moral dan akhlaknya disempurnakan. Itulah tugas yang penting.

Pada sisi lain, program Adiktis 3T dan Bidikmisi juga sebagai piranti efektif menjaga keutuhan NKRI dan Pancasila. Kita tahu bersama, ancaman kelompok-kelompok radikal tidak sekedar wacana, tetapi menjadi gerakan serius yang terus berakar menghunjam kuat. Riset-riset menunjukan betapa angka komitmen pada NKRI dan Pancasila mulai memudar. Bahkan penelitian terbaru menunjukan bahwa 22,5 prosen ASN di negeri ini setuju terhadap khilafah Islamiyah. Ini sangat membahayakan dan harus disikapi bersama dengan mewujudkan keadilan dan keberpihakan pendidikan untuk kaum mustadh’afin. Wallahu a’lam bi al-shawab.

Bandara Soeta, 15 Desember 2017

Ruchman Basori
Kasi Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Ditjen Pendiikan Islam Kementerian Agama RI.