Mencari Benar Di Dunia Dusta

813

Oleh DENI AHMAD HAIDAR *

Dunia maya adalah dunia pura-pura, pura-pura nyata padahal tidak, seperti nyata padahal dusta. Kira-kira demikian pada awalnya dunia maya dideskripsikan, dikonstruksi dan dipersepsi, hanya maya, pura-pura nyata. Kenyataan digital sebagai mahakarya matematika, pengejawantahan warisan Al jabar dengan ditemukanya angka 0 dan penggunaan angka arab.

Sebab dunia maya adalah hanya mainan dari kombinasi antara 0 dan angka 1, tidak lebih. Pecinta trilogy film The Matrix akan lebih mafhum pada kenyataanya.  Walapun kini relasi dunia nyata dan dunia maya versi film tersebut telah menjadi basi, bahwa dibutuhkan sebuah portal khusus bagi seseorang untuk masuk ke dunia maya menjadi terbantahkan. Kini, yang maya dan yang nyata telah sama-sama nyata, tanpa butuh portal dan tetek bengeknya.

Prinsip-prinsip yang selama ini secara baku dipegang antara yang nyata dengan yang maya sudah luluh lantak. Jika tidak semuanya nyata maka akan difahami sebagai semuanya nyata. Kejahatan di dunia maya jika terbukti maka dipenjaranya nyata. Namun demikian yang senyatanya nyata bisa saja menjadi sangat maya.

Sebuah  tatanan dunia yang porak poranda. Semua konstruksi filsafat seakan menjadi lenyap ketika berhadapan dengan doa kenyataan atau duo kemayaan tersebut.  Ruang dan waktu menjadi tidak ada. Seluruh indra manusia dituntut untuk beradaptasi dengan dwi dunia tersebut. Idealisme sebagai keyakinan sebuah kenyataan hanyalah ide dihadapkan pada kondisi bahwa kemayaan dan kenyataan sama-sama benar sebab keduanya hidup secara “nyata” di dunia ide.

Seakan semua bersalinrupa pada sekedar kombinasi 0 dan 1. Uang sebagai sesuatu yang sangat nyata hari ini hanyalah data maya, sialnya dengan kondisi uang yang maya tersebut bisa secara sah dipakai untuk transaksi hal-hal yang nyata.

Kondisi resiprokal antara nyata dan maya telah juga secara jauh merambah dunia yang sakral, agama dan keyakinan. Jika bahasa adalah candu paling mematikan, maka hari ini ia mengambil momentum terbaiknya.  Di dunia mayalah tampak sangat nyata para pengkhotbah sangat sibuk. Antara pengkhotbah kebenaran dan kesesatan tampak hampir tiada bedanya. Banyak yang benar disampaikan dengan cara-cara yang salah, pun demikian kesesatan disampaikan dengan cara-cara yang “benar”.

Keduanya memiliki efek yang sangat nyata didunia yang kita anggap nyata.  Agama yang harus terjaga orisinalitasnya melalui kesahihan riwayat (sanad) dan kesahihan teks (matan) mendapatkan tantangan yang sangat nyata untuk berdialektika. Dunia nyata yang dianggap rigid dan kaku mendapatkan kembaran baru yang bebas dan tanpa batas. Bukan hanya ruang dan waktu yang menghilang, semua standar yang baku dalam kenyataan telah runtuh.  Identitas yang mestinya sangat nyata menjadi maya bahkan tanpa batas dalam jumlah maupun nama.

Ilmu pancasona dan malihwarni yang selama ini hanya mitos telah berwujud senyatanya.  Media sosial sebagai perwajahan umum dunia maya, adalah sebuah dunia ambigu. Sebab dimedsos siapaun bisa jadi siapapun, tergantung keinginan.

Copet yang muncul sebagai tokoh moral hampir tak bisa dibedakan dengan  kebalikanya. Semua hanya soal cara. Semua menu tersedia.  Tekhnologi digital yang bisa didapat dengan mudah akan sangat berpengaruh. Sebagai contoh, film komersial yang menggunakan efek dusta untuk mengemukakan pesan yang benar jika dipergunakan untuk digunakan sebagai media propaganda? Jika dalam film ada adegan pembunuhan, bisa dipastikan itu adalah bohong. Sebab ini film. Bayangkan jika efek audio visual bisa diputarbalikan tanpa bisa diverifikasi sumbernya akan sangat membahayakan sekali.

Peristiwa pembunuhan yang nyata akan dianggap hanya sebagai tekhnik dan efek saja atau efek dan tekhnik yang merekayasa seakan-akan adanya pembunuhan padahal tidak ada?  Agama sebagai sesuatu yang sakral, ajaranya nyata, tokohnya nyata harus tetaplah orisinil. Tidak boleh direproduksi secara sefihak. Prinsip-prinsip dalam menjaga orisinalitas agama harus tetap bertahan dan dipertahankan jika agama masih dipandang sebagai jalan hidup yang sempurna.  Teks-teks suci agama terlarang ditafsirkan sekehendak hati apalagi sekehendak  kepentingan-kepentingan atasnama apapun. Prinsip dan proses istinbath al ahkam yang telah diatur secara rigid sebagai metode menjaga orisinalitas agama haruslah tetap dipertahankan.

Prinsip ketersambungan sanad, yakni relasi musad dan musnid haruslah tetap dalam prinsip yang ditetapkan oleh nubuwat itu sendiri.  Ujaran-ujaran siapapun dalam dunia digital bisa dan mudah untuk direproduksi bahkan dipalsukan. Munculnya tradisi meme adalah pisau bermata dua, sebab tradisi verifikasi dan falsifikasi untuk menjaga orisinalitasnya menjadi hilang. Antara yang nyata dan dusta menjadi kabur.  Tradisi keagamaan yang dianggap rigid untuk menjaga orisinalitas agama haruslah tetap dipertahankan.

Dengan demikian sumber pengetahuan keagamaan yang melulu hanya dari media sosial dan dunia digital haruslah ditolak. Sebab mencari kebenaran hanya dengan mengandalkan dunia maya adalah dusta. Namun dunia maya sebagai dunia yang nyata juga tidak bisa diabaikan begitu saja, ia haruslah dijelajahi, ditaklukan dan digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan kebaikan. Serta bertindaklah di dunia maya dengan tetap menggunakan standar kenyataan, sebab jika melanggar hukum di dunia maya akibat penjaranya tetap nyata, jika berbuat dosa di dunia maya dosanya tetap sama dengan dunia nyata. Wallahu ‘alam..

*Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Barat