Memoar Rindu

164

Memoar Rindu

” Faiz Ali Ramdhani ”
Ini masih pukul setengah enam saat gema azan magrib berkumandang, mengantarkan pulang segerombolan hantu dan aku tidak takut lagi; gumamku, dia sudah pulang tapi esok datang lagi
Sepenggal waktu lagi langit akan menggergaji dingin
Ini yang selalu ku benci darimu, harus menghafal nama – nama hari dan menjadi saksi tenggelam nya matahari. (07/11/2021)

Bukan, aku tidak bermaksud seperti itu; aku hanya ingin menjadi sebentang jalan bukan jurang dan lelaki sepertiku selalu kelabakan memperlakukan waktu, dan rindu telah mewabah seperti musibah.

Rindu tak cukup memandang dalam sebuah lembaran cerita
Jika rindu adalah derita kini aku sudah terlena
Dan jika rindu adalah musibah kini aku sudah mati.

Entah sudah berapa uzur usia waktu saat kali mula – mula kita berseteru
Sebab jika rindu adalah musibah maka ku relakan tertimbun getar seperti lini di kota tadi.

Jangan seseru itu membenciku dilangit manapun kau meneduhkan diri warna nya tetap sama, biru atau merah muda disitu aku menyimpan do’a yang berisi ribuan semoga.