Mbah Soleh, Kyai Karomah Pejuang Resolusi Jihad

1679

INDRAMAYU – Tidak sedikit warga Nahdlatul Ulama (NU) ikut terlibat dalam aksi demontrasi dengan kemasan bela Islam, terjadi pula warga Nahdliyin malah mengikuti imbauan kelompok lain ketimbang institusi Resmi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Kapolri Jenderal Polisi Muhammad Tito Karnavian telah menyampaikan imbauan agar kegiatan aksi bela Islam ketiga 2 Desemeber nanti bisa dibatasi, dan jika bisa diurungkan saja, karena diduga kuat memiliki misi lain termasuk merongrong keutuhan NKRI dan merusak tatanan demokrasi dan toleransi yang telah dibangun. Hal itu juga diikuti imbauan resmi MUI yang memastikan secara institusi aksi awal desember mendatang bukan atas nama organisasi para ulama itu. Demikian juga PBNU, PP Muhammadiyah, dan beberapa tokoh Islam mengajak agar ummat tidak berpartisipasi dalam demo tersebut.

Tentu hiruk pikuk dan pertarungan politik DKI Jakarta diduga menjadi salah satu pemicunya, dimana Calon Gubernur Petahana Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok adalah non muslim dan mengeluarkan statemen mengungkap oknum tertentu yang menggunakan ayat Alqur’an untuk kepentingan politik.

Untuk itu, penting rasanya warga Negara Indonesia khususnya Nahdliyin (warga NU,red) diajak dan diingatkan kembali dengan perjuangan para Kyai dan Ulama Indonesia yang ikut melawan dan mengusir penjajah dalam resolusi jihad atas seruan langsung dari Mbah Hadrotusyaikh KH Hasyim Asy’ari. Hal itu agar seluruh nahdliyin dapat ikut merasakan dan meneladaninya serta bersama-sama menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Selain nama-nama Kyai Besar yang langsung nyantri pada Hadrotusyaikh ikut mengangkat senjata serta menunjukkan seluruh ilmu hikmah yang dimilikinya, terdapat Kyai dan Ulama daerah yang dengan senang hati berangkat ke Surabaya.

Diantaranya adalah Mbah Kyai Soleh salah satu dari 5 Kyai Indramayu yang mengikuti seruan resolusi Jihad yang merupakan keputusan para Kiai dalam rapat Nahdlatul Ulama di Bubutan, Surabaya, pada 21-22 Oktober 1945.

Dalam beberapa saksi hidup, Kyai Soleh mendapat ajakan langsung dari sahabat sekaligus gurunya yakni Kyai Khos Mbah Abbas bin Abdul Jamil, Buntet Cirebon santri langsung Hadrotusyaikh.

Selain bersama Hadrotusyaikh Hasyim Asyari Kiai Abbas adalah ulama yang mengikuti keputusan 21-22 Oktober di Surabaya bersama Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Bisri Syansuri, Kiai Wahid Hasyim, dan beberapa kiai lainnya. Tentu telah diketahui bersama saat itu berkumpul dalam sebuah majlis untuk membahas penyerbuan tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration, red).

Kiai HM Fariz Elt Haque yang merupakan keturunan langsung Mbah Kyai Abbas tidak menampik jika sejarah dahulu masih menutup-nutupi kiprah ulama dan kyai dalam memperjuangkan dan mendirikan Negara ini, setelah pemerintah mengakuinya kini seiring berjalannya waktu terungkap siapa saja yang ikut berjuang dalam resolusi jihad. “Benar Mbah Abbas itu mengajak 5 Kyai yang ahli ilmu hikmah diantaranya Kyai Soleh Segeran,” ujarnya usai berbincang dengan salah satu keturunan Kyai Soleh di Konverwil Ansor Jabar di Sumedang beberapa bulan lalu.

Kyai Faris juga mengaku sejak dahulu mencari keberadaan Kyai Soleh, baru saat ini ia bisa mengetahui dan bersyukur jika keturunannya dapat tetap terlibat di Nahdlatul Ulama (NU) dan badan-badan otonomnya.

Mantan Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Cirebon itu juga menambahkan, perlawanan kepada colonial itu jangan melupakan peran Mbah KH Abbas Buntet yang merupakan orang tuanya. “5 Kyai dari Indramayu itu sakti semua artinya memiliki ilmu hikmah termasuk Mbah Soleh dari Segeran itu, yang diajak Mbah Abbas berjuang, namun karena sejarah ditutup nama-nama pejuang tersebut sangat tidak populer, apalagi dituliskan dalam buku sejarah,” tandasnya.

Kyai Faris juga menyarankan, agar semua pejuan NKRI dari NU di wilayah Jabar khususnya di Cirebon Indramayu Majalengka Kuningan (Ciayumajakuning) bisa dituliskan dan menjadi sebuah buku. “Hal itu agar perjuangan beliau tetap utuh dan menjadi inspirasi perjuangan anak cucunya, bahkan bisa mungkin anak cucunya juga mendapatkan ilmu hikmah turunan dari Mbah Soleh,” katanya.

Selain itu, Menantu Kyai Soleh, KH Abdul Ghoni Segeran Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu juga membenarkan bahwa dirinya menjadi orang pertama yang diberikan informasi keberangkatan Mbah H Soleh ke Surabaya.

“Mbah H Soleh berangkat ke medan pertempuran, bom berhamburan namun dengan tekad keikhlasan jatuhnya bom tidak meledak, malah karena ketidaktahuan bom dipegang beberapa saat untuk dipertanyakan kepada sesama laskar barang apakah itu,” kata dia.

Tidak berhenti disitu, Diakui H Goni, kepungan bukan hanya dari tentara bersenjata musuh, melainkan pagar baja yang menjulang tinggi mengitarinya.

“Tanpa alat canggih, hanya berbekal tangan kosong dan bacaan basmalah mampu dirobohkan besarnya pagar baja besar dan prajurit musuh lari tunggang langgang, tapi Alkhamdulillah beliau pulang ke Indramayu dengan keadaan selamat,” bebernya.

Sementara itu, Cucu Kyai Soleh Fitroh menyatakan ilmu hikmah yang dimiliki kakeknya kurang bisa menyaksikan secara langsung, pasalnya kala itu ia masih kanak-kanak dan belum mengerti. “Akan tetapi saya sering diperintah Hj Asyiah ibu saya untuk membawa makanan untuk pencuri yang tidak bisa kemana-mana jika mencuri di ladang dan sawah Mbah Haji Soleh,” ungkapnya.

Cicit Mbah Soleh sekaligus Wakil Ketua PC GP Ansor Kabupaten Indramayu Taufiq Rahman mengaku, dalam setengah tahun terakhir dirinya diberikan informasi oleh sesepuh dan beberapa Kyai di Indramayu bahwa ada Kyai bernama Mbah Soleh dari Segeran yang menjadi pejuang di resolusi Jihad. “Karena penasaran makanya saya telusuri, dan akhirnya bertemu dengan Kyai Faris dan beliau membenarkan, begitu juga saat saya soan ke Kyai Abdul Goni paman saya,” ungkapnya.

Bahkan Mantan Ketua Umum PC PMII Indramayu itu menceritakan salah satu pengurus teras PCNU Indramayu Imron Rosyadi dari Langut juga tidak menampik ada nama Kyai Soleh dari 5 nama Kyai yang berjuang di resolusi jihad NU.

“Yang jelas kami berpesan ingatlah pesan Hadrotussyaikh KH Hasyim Asyari Bacalah sejarah karena itu baik, namun jauh lebih baik mulailah menciptakan sejarah,” bebernya. (casmudi)