LAILATUL IJTIMA Mwcnu kecamatan sukasari Bangkitkan gairah warga NU

132

Sabtu, 2 November 2019
Lailatul Ijtima
MWCNU kecamatan sukasari

Dalam acara lailatul ijtima mwcnu kecamatan sukasari yang digelar 2 november kemarin,
Acara diawali dengan tawashulan / hadiahan serta doa bersama yang dipimpin oleh Syuriah mwcnu kecamatan sukasari Kiyai Badruddin Muhammad,SH dan acara berjalan dengan lanacar dan penuh ke khusyuan, hadir pula Kiyai Muslim Mubarok,M.A sebagai wakil rais Syuriah, kiyai Agus Taqin sebagai waklil ketua Tanfidziyah.

Dalam acara tersebut Kiyai Sofwan,ST sebagai ketua Tanfidziyah MWCNU kecamatan sukasari menyampaikan bahwa, “Warga NU harus tetap bersatu membangun kemaslahatan bagi umat terlepas dari warna politiknya apa, beliau juga menyampaikan bahwa kita jangan sampai melupakan sejarah perjuangan para kiyai sepuh terdahulu yang mana berkat kegigihan dan perjuangannya,NU bisa menjadi besar sampai sekarang ini, disela-sela itu beliau juga mengucapkan syukur yang mana berkat perjuangan dan keberkahan para kiyai, saat ini kita semua dapat merasakan kedamaian dalam beragama dan berbangsa , beliau juga menambahkan bahwa kami akan terus melakukan pembenahan, baik secara administrasi ataupun ke strukturan dalam wadah kepengurusan mwcnu kecamatan sukasari, Ansor juga diharapkan menjadi pupuk bagi yang lainnya untuk kemajuan NU di lingkungan kecamatan sukasari kedepannya”. imbuhnya

Dalam acara tersebut hadir pula ketua penasehat PAC GP Ansor kecamatan sukasari Kiyai, Deni Hidayatul Mustafizd, seorang kiyai muda Milenial bersosok sederhana dan apa adanya, dengan mengenakan kaos oblong bergambar Gusdur dalam materinya beliau menyampaikan: Geliat BerNU di kecamatan sukasari saat ini begitu hebat, ini dapat dilihat dari beberapa kegiatan yang digelar di kecamatan sukasari salahsatunya peringatan HSN ( Hari Santri Nasional) yang digelar pada tanggal 19 Oktober kemarin di aula kantor kecamatan sukasari yang begitu semarak,dapat dilihat dari hadirnya berbagai Banom daintaranya ,GP Ansor, Banser, Fatayat, Muslimat, IPNU, IPPNU dan Pencaksilat PagarNusa,juga dihadiri oleh peserta dan seluruh masyarakat dari berbagai desa dilingkungan kecamatan sukasari sebagai bentuk apresiasi dan ke antusiasan masyarakat, terlebih Banom-banom NU, belum lagi anak-anak kecil yang sudah senang mengenakan seragam ke NU-an yang mana meraka sudah mampu melantunkan mars-mars ke NU-an dengan baik. Inikan merupakan sebuah prestasi sebagai acuan kemajuan NU dan banom-banom lainnya di kecamatan sukasari untuk lebih meningkatkan gairah KeNU-an kedepannya.

Selanjutnya beliau juga menyampaikan bahwa: NU itu Organisasi ( Jam’iyah) bukan sekedar komunitas ( Jam’ah). BerNU itu bukan sekedar beribadah denga cara NU tetapi juga berpikir dan bergerak cara NU karena menurutnya yang beribadah dengan cara NU bukan Hanya NU, banyak juga organisasi lain yang ubudiyyahnya sama dengan NU tetapi bukan NU. Menjam’iyahkan “NU itu artinya menyatukan amaliah, fiqrah dan harakah dalam satu tarikan nafas”. Dan itu hanya bisa melalui kaderisasi.
Kuranglebih ada 5 jenis kaderisasi diantaranya :
1. Kaderisasi Struktural ( MKNU)
2. Kaderisasi penggerak ( PKPNU)
3.Kaderisasi Calon Syuriyah ( PPWK )
4. Kaderisasi Fungsional
5. Kaderisasi Profesional
Di tingkat banom pun demikian seperti kaderisasi di GP Ansor namanya PKD,PKL dan PKN, di Banser juga ada Kaderisasi namanya DIKLATSAR, SUSBALAN,DIKLATSUS dan yang lainnya.
Sekarang PR NU masih banyak, banyak orang yang merasa ber-Kultur NU, tetapi tidak pernah mengikuti kaderisasi di lingkungan NU atau belum pernah ikut kaderiasi di tempat lain ( NU nya sekedar Amaliyah).

Biasanya yang begini sulit diajak berfiqrah dan berharakah NU, NU-nya fakultatif. Selebihnya tidak mau ikut NU. Jumlahnya lumayan banyak, mereka sibuk mengaku dan minta rekom NU untuk suatu urusan, setelah selesai tidak mau ikut NU. Ada juga yang bahkan ikut”maledogan” (Melempari) pengurus NU, ketika NU nya kesandung masalah ( sedikit netral), umumnya mereka tidak punya loyalitas terhadap organisasi dan pimpinan.Imbuhnya

KADER NU MESTINYA BEDA
Kalau kader NU sejati itu, ada atau tidak ada jabatan akan selalu loyal kepada organisasi dan pimpinannya, NU tidak butuh orang-orang yang mengaku NU atau di aku-aku NU, NU itu butuh kader dalam kondisi apapun tetap menjadi kader loyal terhadap organisasi dan pimpinan “Berjam’iyah menjadikan orang NU sebagai kader NU”. Saya bangga pada acara insedentil kemarin, para pengurus /Jam’yah NU kecamatan sukasari beserta unsur banom Ansor Banser danlainnya, menjadikan MWCNU sukasari sebagai juara ( Apresiasi PCNU), bukti bahwa ada syi’ar yang kembali bersinar. Dan saya berdoa semoga para jam’iyyah sukasari beserta jam’iyyah Banom Ansor dan Banser dan lainnya mampu menjawab tantangan isu-isu yang “ haneut-haneut tiis” ( sedang trend namun tidak nampak) kedepannya, dengan menyelenggarakan kajian-kajian / pengajian-pengajian Aswaja di wilayah sukasari dan agar terjalin kebersamaan sesama “Speaker-speaker agama” ( para tokoh keaagamaan) agar tercipta masyarakat yang madani, dimana Ngaji adalah hal yang paling penting, dalam forum itulah ide dan gagasan akan muncul, ide yang tidak hanya wacana tapi ide yang terprogres, “Kakara diaku santrina Mbah Hasyim”( kalau sudah begitu baru akan diakui santrinya mbah hasyim) ha ha sambil diselingi dengan tertawa nya yang khas. Tutur Kiyai Deni Hidayatul Mustafizd

Acara diakhiri dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh wakil ketua mwcnu kecamatan sukasari Kiyai Agus taqin. Diakhir doa beliau berdoa semoga acara ini membawa keberkahan bagi semuanya. Aamiin

Penulis : Suryana