Kisah Kepala Desa dari GP Ansor Yang Memberangkatkan 86 Warga NU Untuk Umroh

930

Kabupaten Bandung (ansorjabar online)
Ahmad Syarif Hidayat Atau yang Biasa di panggil Abek ini, lahir 08 nevember 1979 di Kampung Sukasari Desa Cibeureum Kertasari Kabupaten Bandiung, anak ke 6 dari 8 bersaudara dari pasangan Oman Abdurahman dan Siti saadah ini Besar dilingkungan keluarga yang tidak lepas dari dunia pendidikan dan dunia harokah NU, Hal itu Karna Selain Ibunya Berprofesi sebagai Guru Ngaji di daerahnya Ayahnya juga merupakan penggerak Nahdlatul Ulama di Kecamatan Kertasari kec kertasari dan Kab. Bandung pada Zamanya.

Pengalaman Menjadi santri di Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya yang telah mengenalkanya dengan dunia pergerakan, berbagai Peristiwa seperti saat kejadian Tasikmalaya rusuh Pada Tahun 1996 dan peristiwa tersebut telah menumbuhkan Gelora jihad yang sudah menggelora untuk menghantarkanya untuk membela ulama yang di lecehkan, lalu keterlibatannya sebagai santri dalam perhelatan Muktamar Nahdlatul Ulama ke-29 yang digelar 1-5 Desember 1994 di Cipasung, telah memotivasi para santri untuk meneruskan perjuangan ulama nahdliyin dan mengukuhkan tekad bahwa santri harus mnjadi benteng ulama.

Berbekal Pengalaman dan pengabdian di pesantren, Ketika abek kembali ke kampung halamanya abek langsung mencoba terjun di dunia pertanian,dimulai dari sebagai petani hingga menjadi penyuplai sayuran ke pasar-pasar induk nusantara dan pada saat itu belum terpikirkan olehnya melanjutkan Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu ke Perguruan tinggi.

Namun Kegaglan dan Kerugian materi dan setelah kematian ayah tercinta membuatnya sangat terpukul hingga ia berpfikir ulang tentanmgh apa langkah selanjutnya yang harus di jajaki setelah masa krisis dialami.

Namun Di balik kegagalan tersebut Banyak hikmah yang hikmah yang didapat selain Keluarga adalah pendorong utama yang membangkitkan kembali semangat untuk berdinamika menjalankan kehidupan.

Ia juga mendapatkan pengalaman berdagang dan berteman yang paling mengesankan adalah dunia pasar telah melatih mental bertarung dan bernegosiasi, Perkenalan dengan dunia niaga menghantarkanya berinteraksi dengan lingkungan berwarna dari para cukong,bandar,mafia dagang,sampai kaum pekerja dari berbagai starata dan suku masarakat yang berkumpul di dunia pasar induk.

Selanjutnya Perkenalan dengan aktivis98 di PSDK (pusat sumber daya komunitas)Kabupaten bandung merupakan awal daeri langkah selanjutnya untuk meneruskan cita-cita yang masih tersimpan yaitu melanjutkan pendidikan tinggi.
Gerakan Pemuda Ansor kecamatan Kertasri, Kelompok Pencinta Alam Wanapasa,Radio Komunitas Citra 107,9 Gunung Wayang,Desis (Dewan Siswa Senior) Mts sukasri menjadi ruang untuk mengasah ruhul jihad pengabdiann, hingga kemudian menghantarkan saya berkenalan dan berinteraksi dengan para aktivis 98.

STAI yamisa perguruan tinggi yang menjadi ruang aktualisasi girroh ke Nahdliyinannya berkembang, dengan aktif sebagai Anggota PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam ) Pergaulan dengan aktivis 98 yang notabene mempunyai basis gerakan yang berbeda telah membuat PMII yang saya pimpin berwarna dari unsur gerkan advokasi sampai urusan pengorganisasian, Sehingga ia Mampu Mendirikan PMII Komisariat Yamisa dan Juga Merupakan Ketua Komisariat PMII di Kampus tersebut.

Dengan pengalaman di Pesantren dan Di organisasi telah menumbuhkan kepercayaan dirinya untukmenjalankan fungsi pengorganisasian dan kewirausahaan yang kemudian selanjutnya mendorong untuk berjejaring, diantaranya dengan lembaga pergerakan Indonesia (PI), Perkumpulan Inisiatif Bandung,Walhi Jabar dan berbagai aktifitas organisasi baik lokal atau Nasional. hingga Aktivitas tersebut telah mengantarkanya untuk mendapatkan prestise mahasiwa teladan dan cumlaude prestasi terbaik di angkatanya.

pengabdianya Kepada masyarakat menjadikannya semangat dalam berkiprah, sebagai peneliti,surveyor bahkan penggerak masa dalam aksi aksi berbagai isu di kabupaten bandung membuatny mendapatkan kepercayaan lebih dari masyarakat hingga menjadikanya sebagai Kepala desa. Terutama dari tokoh-tokoh sepuh NU dengan amanat bahwa desa adalah salah satu bagian penting penyangga perubahan negara.

Diawal jabatanya menjadi kepala desa ia mendapat tantangan yang cukup kompleks dimulai Bangunan desa yang ambruk karena gempa yang menyebabkan fasilitas desa yang tidak ada jejaknya sampai adminstrasi desa pun hilang tidak tersisa, Pun inprastruktur desa yang masih banyak yang tidak layak.
Namun dengan berbekal semangat memulai untuk menjalankan roda managemen perubahan desa, di mulai dengan RPJMDes yang dibuat sebagai langkah awal pedoman yang dijalankan. Hingga RPMJS tersebut telah merubah desa yang tdinya zero sekarang sudah kelihatan perubahannya terlebih di akhir masa jabatanya telah menjalankan RPJMdes kurang lebih 80 persen.

Selanjutnya sebagai kepala desa ia tidak lupa pengabdianya terhadap Nahdlatul Ulama, selain menjabat sebagai Kepala desa ia juga berperan Aktif sebagai Pengurus GP Ansor Kabupaten Bandung , dan yang membanggakan di tahun 2017 sebagai pembuktian pengabdianya terhadap nu ia berhasil memberangkatkan wargan NU di Kab Bandung untuk berangkat Umroh ke tanah suci, tak tanggung-tanggung sebanyak 86 orang telah di berangkatkanya untuk menjalani ibadah umroh. Warga Nu Tersebut Terdiri dari IPNU, IPPNU, Muslimat GP Ansor dan Para Ustad atau Guru Ngaji yang ada di Kabupaten Bandung.

Dengan prestasinya sebagai kepala desa telah mengantarkanya menjadi Sekjen APDESI (Asosiasi Perangkat Desa Seluruh Indonesia ) jawa barat, juga mengantarkanya menjadi delegasi perwakilan 5 kepala desa se-indonesia untuk diberangkatkan ke cina sebagai peserta study banding tentang pengelolaan agrarian. (moch)