Keindahan Kota Damaskus Sebelum Datangnya Khilafah

306

Sebelum adanya khilafah, Damaskus merupakan negeri yang aman subur makmur. Bahkan Damaskus termasuk kedalam sepuluh negara teraman di dunia. Tak hanya negerinya yang aman, warga Damaskus juga sangat percaya terhadap hadist. Tidak seperti orang Indonesia yang membaca hadist hanya membaca saja dan tidak terlalu percaya terhadap hadist tersebut.

Hal tersebut disampaikan oleh gus Najih dalam halaqoh kebangsaan dan bedah buku Daulah Islamiyah di pondok pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar Jawa Barat siang tadi, (13/9).

Penulis buku itu meneruskan bahwa sebagai contoh saja seperti hadist yang apabla memberi makanan, atau bersedekah pada bulan Ramadhan. Orang Damaskus sangat percaya akan pahala dan kehebatan suatu hadist tersebut. Dan dapat kita nikmati selaku mahasiswa yang sering diberi sedekah oleh mereka.

Contoh lain apabila seorang wanita keluar dari rumahnya pada tengah malam meskipun sendirian tidak ada yang mengganggu. Mobil saja diparkirkan dipinggir jalan tidak ada yang digarasi. Negaranya aman sangat aman.

Selain itu, Damaskus juga merupakan negara yang mempunyai peradaban tua. Sejak zaman Habil dan Qobil saja Damaskus sudah ada. Damaskus terdiri dari dua suku kata Dam dan Syaqiq yang berarti darah saudara kandung. Maka jadilah nama Damaskus. Tak hanya itu, Damaskus juga dahulu menjadi negara peradaban Bani Umayah, Abbasiyah, Turki Usmani sampai Romawi Timur dahulu pernah berperadaban di negeri Syiria ini.
Namun, setelah adanya khilafah semuanya berbeda drastis. Digerbang masuk perbatasan Damaskus saja sudah hangus akibat di bom oleh yang menggembor gemborkan khilafah. Dahulu Kahlil Gibran juga dari Damaskus yang dalam bahasa Arab disebut dengan Holil Jibron. Syairnya banyak yang menceritakan keindahan kota Damaskus yang aman tentram. Tidak ada pencurian dan kriminalisasi. Namun semuanya berubah setelah adanya Arab Spring. Dimana para pemimpin Timur Tengah satu persatu dikudeta dan turun dari kursi kepemimpinannya.

Gus Najih mengenang Kyai Hasyim Muzadi pernah guyon “jika ada perempuan Damaskus 10, maka yang cantik ada 20,” selorohnya.

“Karena bayangannya pun cantik,” tambahnya sontak mengundang tawa gus Najih dan teman temannya.

Disamping itu, kang Ayik Heriansyah mantan ketua HTI Bangka Belitung dan pernah menjabat 10 tahun lamanya mengatakan bahwa HTI yang digembor-gemborkan adalah suatu partai politik. Seperti halnya partai politik lainnya, pastilah menginginkan bahwa kader HTI dapat menjadi orang nomor satu dinegaranya. Begitupun HTI yang ingin menjadikan kadernya sebagai pemimpin dinegaranya. Namun dengan berbeda sistem.

Masih menurut kang Ayik, sebenarnya HTI adalah proxy atau kepanjangan tangan dari Inggris yang ingin memporak porandakan suatu negara dengan imajinasi semu yang kebenarannya belum tentu terwujud. Dan Inggris sengaja menjadikan HTI di Indonesia untuk melenakan rakyat Indonesia dan menyibukkannya dengan berbagai hal yang semu dan tidak tahu akan kebenarannya.

Buktinya saja disetiap negara yang dinegaranya menggembor-gemborkan khilafah tidak ada negara yang sukses. Yang membuat tentram negaranya. Melainkan yang ada hanyalah kelaparan, pembunuhan, penyiksaan penduduk di negara tersebut.

Siti Aisyah