Jalan Pintas Menuju Surga ?

125

Oleh: Encep Sopyan Nusantara
(Pengurus GP Ansor Kabupaten Cianjur)

Mungkin bagi kita yang berakal sehat dan mempunyai nurani, tidak habis pikir, mengapa ada orang yang berani mengorbankan dirinya dengan melakukan bom bunuh diri serta tega mengorbankan orang lain demi angan-angan mendapatkan surga. dengan mengatasnamakan ajaran Agama mereka merusak, dengan mengatasnamakan ajaran agama mereka membunuh serta mengacaukan tatanan Negara yang sedang damai, dengan cara seperti itu mereka pikir telah menjalankan ajaran Agama, padahal sesungguhnya mereka sedang merusak Agama yang dibangun Rasulullah SAW dengan akhlak yang mulia dan kasih sayang.

Angan-angan untuk mendapatkan pahala dan kenikmatan berupa surganya Allah SWT memang tidak salah, tetapi apabila hal tersebut dijadikan ambisi tanpa didasari dengan pemahaman ilmu keagamaan yang benar, mereka akan mudah tergoda tipudaya setan dan ajakan orang yang merusak Agama dengan mengatasnamakan Agama. Mereka akan membius korbannya dengan doktrin yang radikal dan cendrung akan menghalalkan segara cara, termasuk melakukan bom bunuh diri dengan alasan Jihad menegakan Agama Allah.

Biasanya kelompok radikal seperti itu juga akan membujuk korbannya dengan mengiming-imingi pahala yang besar dan jaminan masuk surga, seakan-akan mereka memilikinya, dengan mengesampingkan pemiliknya yaitu Allah SWT yang maha Rahman dan Rahim. Surga mereka jadikan tujuan utama dalam hidupnya, padahal seharusnya yang menjadi tujuan utama umat Islam bukan surga, tetapi Ridho Allah SWT, sebab surga dan neraka itu adalah ciptaannya miliknya sama dengan kita manusia, adapun nantinya manusia akan dimasukan ke surga atau neraka itu tergantung kepada kehendak dan Ridhonya (biidznillah), yang biasa kita sebut takdir. Kehendak Tuhan tidak bisa di Intervensi oleh makhluknya, apalagi dengan cara menyakiti dan membunuh orang lain, seperti melakukan bom bunuh diri yang jelas hukum haramnya dalam Agama.

Rasulullah SAW Bersabda, yang artinya “ Barang siapa yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di dunia, niscaya pada hari kiamat, ia akan disiksa dengan cara seperti itu pula”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Apalagi kalau bom bunuh diri tersebut menimbulkan kerusakan dan korban jiwa yang bisa dimasukan kedalam pembunuhan. Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya: “barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya adalah neraka Jahannam dan dia kekal didalamnya, Allah akan marah kepadanya, melaknatnya, dan menyediakan untuknya siksaan yang dahsyat”
(Surat An Nisa ayat 93).

Islam itu agama perdamaian, agama yang diturunkan kedunia ini untuk menjadi Rahmatan Lil’Alamin, seperti halnya Rasulullah SAW yang menyebarkan agama dengan akhlak yang baik dan kasih sayaang, jadi kalau sekarang ini ada orang yang menyebarkan Agama Islam dengan menebar kebencian, melegalkan kekerasan apalagi sampai membunuh, tentunya hal tersebut sudah menyimpang dari ajaran Agama Islam, yang di ajarkan dan dicontohkan Rasulullah SAW.

Dalam ajaran agama Islam, Jangankan membunuh kaum muslimin membunuh orang non muslim yang sedang dalam ikatan perjanjian damai dengan kaum muslimin (kafir mu’ahad) atau non muslim yang berada didalam kekuasaan kaum muslimin (kafir dzimmi) dan non muslim yang meminta perlindungan kepada kaum muslimin (kafir musta’man) pun, dalam ajaran Agama Islam mereka semua diharamkan untuk diganggu apalagi dibunuh, justru mereka wajib dilindungi seperti yang dilakukan Rasulullah SAW di Madinah beliau hidup berdampingan dengan orang-orang yahudi bani Auf, meskipun mereka berstatus non muslim namun Rasululullah SAW memberikan hak dan keadilan yang sama, seperti yang tercantum dalam Piagam Madinah.

Hadits Abdullah bin Amr Radhiallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya: “Barang siapa yang membunuh kafir mu’ahad maka dia tidak bisa mencium aroma surga, padahal aromanya tercium dari jarak empat puluh tahun perjalanan”. (HR Al Bukhari :3166).

Lagi-lagi Indonesia dikejutkan dengan kejadian bom bunuh diri yang dilakukan teroris, rasanya belum lekang diingatan kita rangkayan kejadian bom bunuh diri, seperti bom bali, bom JW Marriott dan bom bunuh diri yang disertai penembakan secara berutal dikawasan Sarianah Jakarta, kini kejadian yang sama terulang kembali, di kawasan Kampung Melayu Jakarta, ibu pertiwi kembali berduka, seolah tidak ada habisnya teror di negeri yang kita cintai ini, ratusan orang yang tidak bersalah harus menjadi korban kebodohan orang-orang yang tidak paham Agama dengan mengatasnamakan Agama.

Sebagai warga Negara yang masih diberi rasa cinta dan kasih sayang oleh sang pencipta, untuk mencintai negerinya, mencintai sesama manusia, kita tidak boleh takut sedikitpun terhadap aksi dan teror mereka, karena ketakutan hanya akan memberikan peluang bagi mereka untuk menyebarkan teror dan membuat kekacauan di negeri ini. Semua elemen bangsa harus bersatu untuk terus menjaga dan menyuarakan pesan kedamaian bersama dengan ulama dan umara, agar Negara yang kita cintai ini tetap nyaman, aman dan damai.

Indonesia sebagai Negara yang berpenduduk Muslim terbesar di Dunia tentunya selain harus meningkatkan kewaspadaan terhadap gerakan teroris yang akan mengancam kedamaian dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kita juga harus mempersempit ruang gerak mereka dengan mentrasformasikan dan mengajarkan ajaran Islam Rahmatan Lil’Alaim melalui lembaga-lembaga pendidikan di negeri ini, supaya generasi penerus bangsa mempunyai pemahaman keagamaan yang baik seperti yang diajarkan Rasulullah SAW dan para penyebar Islam di Indonesia.

Pemahaman keagamaan yang dangkal dan cenderung tekstual di tambah hilangnya rasa nasionalisme terhada negaranya menimbulkan seseorang dapat dengan mudah dipengaruhi oleh kelompok yang melakukan kekerasan dengan mengatasnamakan Agama seperti yang terjadi belakangan ini, untuk mengantisipasi tumbuhnya gerakan radikal di Indonesia, tentunya semua komponen bangsa harus dilibatkan dalam melakukan pencegahan tersebut sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya masing-masing, selain itu pemerintah juga harus bertindak tegas tanpa pandang bulu, lembaga pemerintahan dan lembaga politik harus terbebas dari paham-paham radikal semacam itu. Jangan sampai gerakan radikal di Indonesia justru mendapatkan backup dari kekuatan politik yang sepaham dan seideologi dengannya.

Untuk menyadarkan diri kita sebagai mahluk yang jauh dari kesempurnaan mengabdi kepada Sang Khaliq, Tulisan ini akan penulis akhiri dengan senandung Al I’tiraf dari seorang sufi yang bernama Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami atau yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Nawas, senandung yang sangat menyejukan hati dan penuh makna serta kedamaian sebagai berikut:

“Ilahi lastu lil firdausi ahla wala aqwa ‘alan naril jahimi fahabli taubatan wagfir dzunubi fainnaka ghafiru dzambil ‘adhimi”. yang artinya “Wahai tuhanku aku bukanlah ahli surga firdaus, namun aku takkan kuat menahan panasnya api neraka maka terimalah tobatku dan limpahkanlah ampunan atas dosaku karena sesungguhnya engkau maha pengampun dosa-dosa besar”. Wallahu a’lam bisshawab.