Gusdurian Bandung Awali Kelas Pemikiran Gus Dur 2017

241

Bandung, NU Online
Jaringan Gusdurian kembali menggelar Kelas Pemikiran Gus Dur (KPG) sebagaimana yang sudah digelar pada tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 ini, Gusdurian Bandung mengawali dengan kelas yang diikuti sekitar 30 peserta di Kantor PWNU Jawa Barat, Sabtu-Ahad (14-15/1).

Koordinator Gusdurian Bandung Awi Jaya dalam sambutannya menjelaskan bahwa melalui forum Kelas Pemikiran Gus Dur ini bertujuan untuk belajar bagaimana hidup dengan orang yang berbeda, mengayomi orang minoritas, dan membebaskan orang tertindas.

“Karena itu, kita menjadi garda terdepan dalam hal yang bersifat toleransi, menanggulangi radikalisme, dan garda terdepan dalam membela NKRI. Saya yakin kalau kita benar-benar dalam menjalankan nilai-nilai Gus Dur, kita pasti akan mendapatkan perjalanan-perjalanan spiritual,” jelas Awi.

Dalam kesempatan yang sama, Alissa Wahid menuturkan dari pelajaran-pelajaran sepanjang perjuangan Gus Dur, pihaknya ingin menyampaikan pada generasi muda tentang apa yang bisa diteladani dari Gus Dur kemudian bisa dipelajari lalu diambil inspirasinya. Bukan untuk memuji-muji Gus Dur, karena Gus Dur sukanya ditertawakan, bahkan Gus Dur suka menertawakan dirinya sendiri.

“Kalau kita sekarang mempelajari pemikiran Gus Dur supaya kita bisa mengambil inspirasi dan menggunakannya untuk kita sendiri dalam berkontribusi terhadap masyarakat,” kata Seknas Jaringan Gusdurian di kantor yang berlokasi di Jalan Terusan Galunggung Kota Bandung itu.

“Terutama yang paling baik adalah membela yang tertindas, menegakkan keadilan, memperjuangkan Islam Rahmatan Lil alamin, caranya Gus Dur bagaimana, apa strateginya, pemikirannya seperti apa, lalu kita ambil untuk melihat situasi saat ini seperti,” sambungnya.

Alissa berharap melalui acara ini nanti lahir pejuang-pejuang rakyat yang baru seperti yang diteladani dalam sembilan nilai utama Gus Dur, yakni ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, persaudaraan, kesederhanaan, keksatriyaan, dan kearifan tradisi.

“Selamat mengeksplorasi, mengkritiki, berproses, jadikan bekal untuk untuk menjawab persoalan demi umat. Jangan mengambil abunya, tapi mengambil apinya,” tegas Alissa Wahid. (M Zidni Nafi’/Alhafiz K)

Sumber : NU Online