ENERGY ZERO

146

Tuhan Yang Pengasih dan Penyayang, menghadiahkan peluang yang sama pada setiap manusia, baik laki-laki ataupun perempuan, berbadan gemuk atau kurus, berkulit hitam atau putih, berambut kriting atau lurus, berbahasa sunda atau cina, berdasi maupun bersarung, di kota dan di desa, di gunung atau di laut, dulu atau sekarang, kini atau mendatang, semuanya AKU berikan dengan peluang yang sama. Namun sayang, tidak semua orang memiliki komitmen berjuang yang sama untuk mencapai pemberian Tuhan dan menggapai hadiah termahal, yakni kasih sayang Allah SWT. Norman V. Peale dalam buku yang berjudul ”You Can If YouThink You Can”, secara cermat mengungkapkan bahwa ”Apabila Tuhan ingin menghadiahkan sesuatu yang berharga, bagaimanakah Ia memberikannya kepada Anda? Apakah Ia menyampaikannya dalam bentuk suatu kiriman yang indah dalam nampan emas? Tidak! Malah Tuhan membungkusnya dalam suatu masalah yang pelik, lalu melihat dari jauh apakah Anda sanggup membuka bungkusan yang ruwet itu dan menemukan isinya yang sangat berharga, bagaikan sebutir mutiara yang Mahal harganya yang tersembunyi dalam kulit kerang”. Inilah ujian atas hadiah Nobel dari Tuhan Sang Penyayang bagi segenap manusia.

Dalam keseharian, kita sering melihat perilaku Para pedagang, petani, birokrat, politisi atau pelajar yang begitu semangat dalam menjalankan pekerjaannya, hampir-hampir tidak Tahu lagi mana siang mana malam, bekerja sepanjang hari dan sebentang malam tanpa henti, ti isuk jeder nepi ka sore jedor, ti suksruk ti dungdung, suku dijieun Hulu, Hulu dijieun suku. Atau ada pelajar yang begitu serius dalam belajar, Namun banyak pula pelajar yang hanya nampang keren, nampang beken, mengejar prestise Bukan prestasi, bergaya, asal-asalan dan seterusnya. Begitu pula banyak pegawai yang jarang masuk kerja, politisi yang tak ada aksi, birokrat yang sekarat, pedagang yang malang dan pelajar yang kurang ajar. Semua perilaku ini menyisakan sebuah Pertanyaan besar, kenapa semua ini bisa terjadi? Apa yang sebenarnya ada dalam pikiran mereka? Faktor apa yang menyebabkan semua itu bisa terjadi? Dan seterusnya.
Semua perbedaan perilaku, ternyata dipicu dan dipacu oleh perbedaan sistem nilai, inner life, suasana batin, semangat hidup yang bersumber dari keyakinan atau keimanan masing-masing. Kata hati atau suaraSuara batin yang merupakan kekuatan Maha dahsyat acapkali di khianati, dilumpuhkan dan bahkan dibunuh, sehingga gairah kerja hanya untuk mengejar materi belaka bahkan belajarpun hanya untuk memperoleh nilai angka, Bukan untuk meraih nilai hidup yang sesungguhnya. Tak ada lagi dari mereka yang bekerja karena ketulusan dan keikhlasan dengan sepenuhnya hanya diikatkan pada tali keimanan dan simpul ketaqwaan. Sekali lagi, Bila energi materialism, esensi pragmatisme dan budaya hedonisme yang menghinggapi perilaku bangsa kiita. Politisi, birokrat, rakyat, pegawai, petani, pengusaha, artis, guru, kiyai dan Maha dewan terhormat, jangan harap energi kebaikan bisa bangkit mendorong dan membimbing kita menuju surga keberhasilan yang sesungguhnya.
Kini, perilaku yang nampak kepermukaan penuh keberpurapuraan, sarat kebohongan, berwajah artifisial, bermuka formalitas belaka dan bertopeng keberpihakan pada rakyat dan kebenaran, padahal semuanya benar benar dan benar semuanya telah melupakan Suara kejujuran kata hati, ketulusan Suara batin dan kekuatan God Spirit yang ada pada titik terdalam dari kedalaman manusia yang mendalamiNya. Inilah Titik Nol, yang memiliki energi Maha dahsyat.
Sayang semuanya telah terlanjur basah, berlalu tanpa malu, lewat tanpa tobat dan terjadi cukuplah sebagai pelajaran yang memilukan dan memalukan. Kini kita perlu segera berpikir positif untuk mencapai kemajuan gemilang suatu bangsa atau prestasi terbaik rakyat jelata dan hadiah kemajuan semua manusia. Nampaknya butuh keberanian beralih wajah, berganti muka, rubah budaya, pindah gaya dan ganti Cara, agar bisa segera tampil beda dengan menjadi bangsa yang Jaya, rakyat bermartabat dan individu yang Maju serta pribadi yang berprestasi mandiri.
Sony Syahrani,