Digdaya GP Ansor Digdaya Indonesia Refleksi Harlah ke 89

318


Ruchman Basori, Ketua Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Bidang Kaderisasi

Derap langkah dan khidmah Gerakan Pemuda Ansor menginjak usianya yang ke 89. Lahir pada tanggal 24 April 1934, dalam situasi perjuangan bangsa yang di inisiasi oleh para kyai muda dan anak-kaum muda Nahdlatul Ulama.

Organisasi kepemudaan yang mengusung paham keagamaan ahlussunnah wal jamaáh yang moderat, kini menjadi kebanggan, tidak hanya internal NU, tetapi oleh masyarakat Indonesia, karena kecintaan dan komitmen berbangsa dan bernegara dengan basis keagamaan yang rahmatan lil ‘alamin.

Tepat kiranya pada perayaan hari lahir yang ke 89 ini, mengusung tema: “Digdaya GP Ansor Digdaya Indonesia”. Ekspektasi yang bukan tanpa alasan, yang merupakan hasil ijtihad para pimpinan organisasi pemuda terbesar di dunia dengan jumlah jumlah anggota kurang lebih mencapai 7 juta.

Anggota Ansor, apalagi kader dan pemimpinnya, berada pada fase yang relatif mapan (eksis), baik dilihat dari paradigma berfikir, paham keagamaan, kebangsaan, kelembagaan organisasi, jejaring mapun kiprahnya yang termanifestasikan dalam khidmah secara nasional dan internasional.

Penulis sebagai salah satu bagian dari pimpinan pusat–dan tentu juga sahabat-sahabat lainnya–merasa bangga di bawah nahkoda Sahabat Yaqut Cholil Qaumas, yang akrab disapa Gus Yaqut, telah membawa organisasi ini menjadi digdaya. Tidak sekedar bermakna kuat, tetapi lebih dari itu menurut KBBI, berarti tidak terkalahkan atau sakti.

Teologis-Historis

Secara konseptual kedigdayaan GP Ansor dapat dilihat dari sandaran historis dan teologis, bagaimana the founding father mendirikan Ansor. Didasarkan kepada pelbagai ayat dan hadits juga perjalanan hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah.

Kader Gerakan Pemuda Ansor pasti paham dengan dua ayat penting sebagai landasan teologis berjam’iyah dan berharakah. Fa lammā aḥassa ‘īsā min-humul-kufra qāla man anṣārī ilallāh, qālal-ḥawāriyyụna naḥnu anṣārullāh, āmannā billāh, wasy-had bi`annā muslimụn.(QS. Ali Imran:52).

Makna Ansor lebih tegas lagi disebutkan dalam QS. As-Saff:52: “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikutnya yang setia itu berkata, “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah,” lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; lalu Kami berikan kekuatan ke-pada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang menang”.

Secara historis, pristiwa hijrah Nabi Muhammad saw. menjadi best practicies dan landasab berfikir dan bersikap sebagai tafa’ulan. Yang berhijrah dari Makkah ke Madinah bersama nabi, disebut sebagai sahabat Muhajirin dan yang menyambut dan menolong di Madinah di sebut dengan sahabat Ansor.

Demikianlah Ansor dapat dikatakan digdaya, tak terkalahkan atau sakti karena tafa’ulan dengan Nabi Muhammad Saw, sang creator peradaban. Membawa manusia ke arah pencerahan melawan segala bentuk kegelapan, kebathilan dan kedzaliman.

Dua ayat di atas menjadi inspirasi dan motivasi para kader bahwa Ansor adalah organisasi yang mempunyai sandaran yang sangat kuat. Tidak perlu ragu lagi bahwa setiap gerak langkah Ansor tentu akan menjadi amal jariyah yang berdimensi spiritualitas. Dimensi duniawi-ulhrowi ini juga yang menjadikan semangat dan komitmen anggota dan kader Ansor membaja, tak terkalahkan dari hal-hal yang bersifat bendawi dan pragmatis.

Keagamaan-Kebangsaan

Faktor lain yang menjadikan Ansor digdaya adalah kecintaan dan komitmennya kepada ke-Indonesiaan dengan basis nilai-nilai keagamaan yang rahmatan lil ‘alamin. Dalam istilah Kementerian Agama, dimana Sang Ketua Umum PP. Ansor juga menjadi Menteri Agama.

Disebuah kesempatan Gus Yaqut mengatakan bahwa, saat ini banyak pihak yang segan kepada Ansor dan Banser. Hal itu tidak terlepas dari sikap tegas dan kecintaan Ansor dan Banser terhadap NKRI. “Setiap gangguan sekecil apa pun kepada bangsa, berarti mengganggu apa yang dulu pernah diperjuangkan para kiai kita, dan itu berarti menginjak harga diri dan martabat kita. Hanya ada satu kata, lawan,”, kata Gus Yaqut.

Dalam Penutupan Konferensi Besar Ke-XXVI GP Ansor di Asrama Haji Kota Bekasi, Jawa Barat, Minggu (27/11/2022). Ketua Umum Yaqut Cholil Qoumas mewanti-wanti agar masyarakat Indonesia waspada dengan penggunaan politik identitas bernuansa keagamaan. Terlebih menjelang pemilu.

Gus Yaqut, berpendapat bahwa politik identitas yang memanfaatkan simbol-simbol agama rawan memecah belah umat, bahkan membahayakan keutuhan bangsa. Menurutnya, persatuan yang telah dibina kuat saat ini sudah seharusnya dirawat dan dijaga karena Indonesia terbukti menjadi rumah bersama.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, publik Indonesia tak pernah lupa akan kepeloporan dan keberanian Ansor melawan kelompok intoleran, radikal bahkan teroris yang akan mengganti Pancasila dengan dasar idiologi lainnya. Bahkan Abu Jandal dedengkot teroris menantang Banser disetarakan dengan TNI dan Polri.

Belum lagi ribuan kader Ansor-Banser yang diturunkan untuk kerja-kerja kemanusiaan. Mengamankan tempat ibadah agama lain di setiap perayaan agama, membantu korban gempa, tanah longsor dan banjir dan juga membantu para pemudik pulang kampung, menyambut Idul Fitri.

Bagi Ansor mengamankan gereja, pura, wihara tidak semata-mata panggilan kebangsaan tetapi juga panggilan keagamaan. Gus Dur telah mengajarkan dengan sangat fasih bagaimana para Banser dan Ansor memilah antara hal-hal yang teologis dengan hal yang sosiologis. Warisan paham dan gerakan Gus Dur ini menjadi energi yang menguatkan Ansor di tengah pluralitas bangsa termasuk keagamaan.

Yang Maya dan Nyata

Hal lain yang kadang belum banyak diketahui, mengapa Ansor menjadi sangat diperhitungkan dan menjadi faktor determinan kekuatan perjuangan adalah keberhasilan Ansor dalam transisi dunia nyata ke dunia maya. Alih teknologi informasi dari cara-cara kehidupan yang manual ke digital. Dari hal-hal yang bersifat nyata (manual) beralih memanfaatkan hal-hal yang bersifat maya atau media sosial.

Media sosial telah menjadikan gerak langkah Ansor semakin lincah. GP Ansor bisa menyasar kaum muda millenial untuk ikut bersama-sama mengikuti langgam Ansor di dalam merefleksikan visi GP Ansor yaitu terwujudkan GP Ansor yang teguh dan mandiri sebagai pengawal eksistensi Islam ahlussunnah wal jamaah dan NKRI.

Perlawanan GP Ansor dengan para penentang NKRI mendapat momentumnya melalui media sosial. Dengan kekuatan jaringan media, Ansor dengan mudah dapat mematahkan langkah-langkah kelompok yang ingin mengganti NKRI dengan khilafah Islamiyah. Termasuk kelompok yang kerap menebarkan ajaran kebencian, intoleransi dan radikal yang merusak sendi-sendi kebangsaan.

Issu-issu keagamaan dan kebangsaan mampu dibaca dengan baik oleh Pimpinan GP Ansor, terkomunikasikan dengan sangat apik kepada institusi dibawahnya dan mampu menggerakan kader untuk termanifestasikan melalui perangkat gerakan.

Di usianya yang ke 89 GP Ansor, telah menjadi sumber pengetahuan dan sumber nilai, bagaimana bersikap layaknya anak muda untuk terpanggil menyelesaikan problem-problem keumatan. Insya Alloh Digdaya GP Ansor Digdaya Indonesia. Walllohu a’lam bi al-shawab.