CIPONGKOR, (Ansorjabar Online) – Orang yang mencintai tradisi tahlil akan sangat mustahil menjadi pelaku bom bunuh diri yang mengakibatkan keruksakan, baik materi maupun jiwa manusia.
Pernyataan tersebut ditegaskan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Barat Deni Ahmad Haidar saat mengisi materi Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) Zona I GP Ansor Bandung Barat, di Pondok Pesantren Syukrillah, Sirnagalih, Cipongkor, Sabtu (08/07/2017) malam.
Tradisi tahlil, kata Deni, merupakan bentuk kasih sayang sesama manusia melalui rangkaian do’a-do’a secara sambung menyambung.
“Tiap tahlil selalu kita urut dari mulai guru yang terdekat, para ulama, waliyulloh, sahabat hingga kanjeng Nabi Muhammad,” kata Deni.
Melalui tradisi tahlil pula, sambung Deni, pada dasarnya sebagai upaya merawat persambungan sanad keagamaan agar tetap terjaga kebenarannya.
Hal demikian berlaku bagi setiap orang yang mengikuti kaderisasi ansor.
“PKD itu menyambungkan sanad keagamaan. Pastikan islam aswaja yang diajarkeun guru-guru kita tetap terjaga kebenarannya, melalui silsilah yang jelas bersambung kepada Rosululloh,” tuturnya.
Karena itu, pemuda yang bergabung dalam organisasi gerakan pemuda ansor merupakan bagian dari perwujudan syukur dan terima kasih kepada guru dan ulama yang telah memberikan ilmu dan teladan dalam beragama.
“Kader Ansor harus turut dan taat kepada ulama. Wajib mengikuti tapak lacak ulama. Kudu nyanghulu jeung para guru, ulah pasaliya. Mengikuti jalan yang sudah ditapak oleh ulama kita,” tegas Deni.
PKD Zona I Ansor Bandung Barat ini dilaksanakan selama tiga hari, diikuti lebih dari 150-an peserta delegasi PAC. (edi).