Dakwah Digital Ancaman Nyata Bagi Nahdlatul Ulama

364

(sebuah catatan Penting untuk pengurus dan warga NU)

Oleh : Zainuddin

Perkembangan dunia digital yang begitu melesat membuat prilaku dan life style masyarakat Indonesia berubah cepat menyesuaikan perkembangan informasi dan basis pengetahuan, Marshall McLuhan pertama kali pada tahun 1962 dalam tulisannya The Guttenberg Galaxy: The Making of Typographic Man. McLuhan berpikir bahwa budaya kita dibentuk oleh bagaimana cara kita berkomunikasi.

Inti dari teori McLuhan eksistensi manusia ditentukan oleh perubahan mode komunikasi. Kalau mau kita lihat, saat ini tidak ada satu segi kehidupan manusia pun yang tidak bersinggungan dengan apa yang namanya media massa. Hampir-hampir tidak pernah kita bisa membebaskan diri dari media massa dalam kehidupan kita sehari-hari, Nothing remains untouched by communication technology.

Determinasi teknologi mengubah konfigurasi masyarakat, mulai dari masyarakat agraris, industrial sampai ke masyarakat informasi. Dalam perubahan tersebut, teknologi komunikasi berkembang sebagai upaya manusia untuk mengisi pola-pola hubungan dalam setiap konfigurasi baru.

Perkembangan teknologi yang mempengaruhi kegiatan komunikasi, pertaliannya dapat dilihat pada dua tingkat. Pertama secara struktural, yaitu faktor teknologi yang mengubah struktur masyarakat, untuk kemudian membawa implikasi dalam perubahan struktur model komunikasi. Kedua, perubahan model komunikasi secara kultural membawa implikasi pula pada perubahan cara-cara pemanfaatan informasi dalam masyarakat.

Determinisme teknologi media massa memunculkan dampak. Media massa mampu membentuk seperti apa manusia. Manusia mau diarahkan pada kehidupan yang lebih baik, media massa punya peran.

Namun demikian, media massa juga punya andil dalam memperburuk keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi komunikasi membentuk cara berpikir, berperilaku, dan bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi selanjutnya di dalam kehidupan manusia.

Contohnya dari masyarakat yang belum mengenal huruf menjadi masyarakat yang canggih dengan peralatan cetak maupun elektronik. Inti teori determinisme teknologi komunikasi yaitu penemuan atau perkembangan teknologi komunikasi merupakan faktor yang mengubah kebudayaan manusia. Di mana menurut McLuhan, budaya kita dibentuk dari bagaimana cara kita berkomunikasi.

Arah perkembangan global tersebut memberikan tantangan sekaligus peluang dakwah tersendiri bagi Nahdlatul Ulama untuk menyampaikan atau mempromosikan ajaran Islam yang rahmatan lil’alamin dalam rangkaian kebangsaan melalui media-media massa Nahdlatul Ulama, khususnya Media Sosial (Medsos). Mengapa Medsos ?

Jawabannya tentu karena Media Sosial menjadi salah satu alasan bagi masyarakat Indonesia untuk membeli perangkat teknologi telekomunikasi (gadget/Smartphone) termutakhir dan terjangkau saat ini.

Hal itu ditunjang dengan maraknya penggunaan smartphone berbasis Android menjadikan media sosial makin digemari dan lebih praktis diakses kapan saja dan dimana saja melalui smartphone ketimbang PC atau notebook. Dan jalur komunikasi pun seolah-oleh sudah berpindah dalam wadah media massa dikarenakan dianggap efesien, hemat dan mampu melampaui ruang dan waktu.

Kehadiran sosial media di dunia termasuk di Indonesia mengalami perubahan peranan yang lebih besar. Melihat dari ketertarikan masyarakat terhadap sosial media saat ini selain menjadi sarana untuk berkomunikasi dan saling berbagi informasi, sosial media juga menjadi salah satu sarana promosi yang banyak digunakan.

Banyak hal yang bisa dipromosikan melalui media sosial, termasuk ber-Islam ala NU, Islam Nusantara, Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Jika mengikuti teori MCLuhan, upaya NU terjun di pemanfaatan teknologi komunikasi semacam media sosial itu adalah sebuah ikhtiar untuk membentuk cara berpikir, berperilaku, dan bergerak masyarakat Indonesia. Itu artinya NU telah berupaya mengarahkan, mempertahankan atau bahkan bisa berfungsi mengembalikan masyarakat Indonesia kepada budaya Islam Nusantara yang tengah mengalami tantangan zaman saat ini.

Ada banyak media sosial yang tersedia, namun yang paling populer digunakan untuk melakukan promosi di Indonesia adalah Facebook, Twitter, Instagram dan Youtube. Pada keempat media sosial tersebut masyarakat Indonesia paling banyak berkumpul.

Nahdlatul ulama yang mayoritas penduduknya berbasis di perkampungan kurang begitu banyak mengakses internet, sesekali membuka facebook atau medsos hanya sebatas silaturrahim dengan kerabat atau saudara, demikian warga nahdliyyin yang diperkotaan mayoritas mengakses internet tetapi tidak jauh dengan prilaku yang diperkampungan intinya hanya sebatas penikmat konten yang tidak jarang kontenya sendiri menyudutkan Nahdlatul Ulama meskipun hanya berupa meme atau gambar yang memberikan pesan ataupun sindiran kelompok-kelompok yang tidak suka terhadap NU.

Ada catatan penting yang harus menjadi perhatian khusus terutama para pengurus NU disemua level, “kelompok yang suka menyudutkan NU sangat serius menyikapi perkembangan bangsa Indonesaia, serbuan terhadap media (web, video youtube dan atau blog) digarap secara serius dan fokus tidak terkecuali medsos seperti FB, Twitter dan Instagram. serbuan bertubi-tubi tersebut tensinya naik semenajak pilkada DKI 2017, upaya sistematis dan terorganisir sengaja dilakukan untuk memberangus NU supaya tidak tumbuh besar agar keinginanya merebut NKRI melenggang.

Bersyukur ada kesadaran kelompok-kelompok muda yang menggerakan pentingnya mengenal medsos dan pendalaman dunia digital meskipun belum massif, Ngeh atau tidak ngeh bahwa NU sedang terancam ini mayoritas tidak disadari oleh pengurus-pengurus NU sehingga tidak terlalu ngopeni anak-anak yang muda yang tau problem gapteknya warga NU, mudah percaya dengan berita-berita yang menyudutkan NU, apakah harus menunggu warga nahdliyyin terpecahbelah baru penggede-penggede NU itu sadar soal vitalnya dakwah digital..?
wallahu a’lam.

*Penulis adalah pemerhati media online Dewan Instruktur PW GP Ansor Jawa Barat