CSS Mora IPB Bogor Gelar Diskusi Dan doa Bersama

55

BOGOR, ansorjabar online-Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) yang diperuntukan untuk para santri pesantren adalah untuk mengangkat harkat dan martabat kaum santri.

Selain itu untuk mengejar ketertinggalan komunitas pondok pesantren akan sains dan teknologi yang sangat diperlukan.

Hal itu dikatakan Ruchman Basori Mantan Kasi Pemberdayaan Santri pada Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, saat menjadi nara sumber kegiatan Penutupan CSS LIGA DAN CSS MORA IPB BERDOA BERSAMA pada Minggu (25/3) di Kampus Fakultas Pertanian IPB.

Lebih lanjut dikatakan Kasi Kemahasiswaan pada Direktorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama RI ini PBSB merupakan ikhtiar menebus dosa sejarah pemerintah terhadap pondok pesantren.

“Kalangan pondok pesantren, kyai, ustadz dan para santri telah berjasa berjuang melawan penjajah dan mengantarkan Indonesia merdeka, namun belum dapat apa-apa dari negara”, kata Ruchman.

Keprihatinan akan nasib pondok pesantren ini ditempuhlah Memorandum of Understanding (MoU) antara Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam (Bimbaga Islam) kala itu Prof. H. A. Qadri A. Azizy, M.A., Ph.D dengan Rektor IPB Prof. Dr. Anshori Matjik sekitar tahun 2005. Disepakati untuk pertama kali Kemenag memberikan beasiswa untuk 25 santri di IPB dan 15 santri pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIN) UIN Jakarta.

Sebagaimana diketahui PBSB kini telah berlangsung sejak tahun 2005 dengan menggandeng 15 PT Mitra seperti IPB, UGM, ITS, UNAIR, UPI Bandung, ITB, UI, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Walisongo Semarang, UIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Sunan Kalijaga dan sejumlah PTUN lainnya. Sampai kini kurang lebih 4.500 telah merasakan program ini dan alumninya tersebar di seluruh Indonesia.

Ruchman Basori mengutip Almarhum Qadri A. Azizi waktu itu, mengharapkan agar kelak para sarjana yang berasal dari pondok pesantren ini akan menjadi sarjana yg inventor (penemu), creator (pencipta) dan inovator (pembaharuan) dalam kehidupan khususnya memajukan pembangunan di Indonesia.

“Program ini dinilai banyak kalangan sebagai program yang brillian, mampu memberikan affirmasi kepada para santri yang umumnya berada dalam keterbatasan ekonomi mampu studi pada PT Papan Atas di negeri ini”, tambah Ruchman.

IPB menjadi kampus pertama bermitra dengan Kemenag untuk studi para santri melalui PBSB di tahun 2005. Dalam empat tahun terakhir telah menerima mahasiswa PBSB sejumlah 59 orang dengan perincian Angkatan 2017: 17 orang; 2016: 12 orang; 2015: 13 orang dan angkatan 2014:17 orang.

M. Ikhsan Habib Ketua Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs (CSS MoRA) IPB mengatakan liga CSS MoRA telah dilaksanakan dengan sukses sebagai implementasi mengembangkan bakat minat dan keahlian mahasiswa.

Selain itu acara ini digelar untuk meningkatkan semangat solidaritas (ukhuwah) anggota CSS MoRA IPB.

Banyak penerima PBSB yang belum memahami latar belakang dan spirit munculnya PBSB, karenanya kami ingin mendapatkan sharing gagasan dari Pak Ruchman Basori Pengelola PBSB medio 2005-2013 tentang program beasiswa santri berprestasi ini” kata Ihsan.

Sementara itu Atin Senior Mahasiswa CSS MoRA IPB Angkatan Kedua berharap agar seluruh anggota CSS MoRA IPB selalu berkomunikasi dengan pimpinan pondok pesantren dan bapak-bapak dan ibu Pengelola PBSB di Kementerian Agama RI. “Jalin komunikasi yang baik dan mintalah doa restu agar mudah menjalani studi di IPB ini” katanya.

Para mahasiswa yang tergabung dalam CSS MoRA ini mengharapkan kepada Kementerian Agama untuk menambah kuota PBSB di IPB dikembalikan lagi seperti awal mula program ini dilaksanakan.

Juga berbegai program matrikulasi untuk membekali mahasiswa baru, pembinaan peserta PBSB dan pengembangan kemahasiswaan lainnya; (Pipo).