Kuningan, Ansor Jabar – Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Puteri (KOPRI) Kab Kuningan menggelar diskusi bincang isu perempuan dan anak kabupaten Kuningan tentang Darurat Kekerasan Seksual dan Stunting. Pada kegiatan tersebut KOPRI menghadirkan dr Yanuar Firdaus selaku Kepala UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak serta dr H Agah Nugraha Subkor kesga dan gizi sebagai pemantik diskusi di warung kopi manis, Rabu (27/07).
Ketua KOPRI Kuningan Sri Melynda mengungkapkan perlunya kesadaran kader puteri untuk melek terhadap isu perempuan dan anak di Kuningan. Mengingat dalam bulan Juli ini kasus kekerasan seksual sedang marak terjadi.
“Diskusi ini merespon terhadap isu kekerasan dan pelecehan seksual yang saat ini sudah muncul beberapa kasus, sehingga perlu adanya diskusi dengan dinas terkait,” jelasnya
Menanggapi hal ini ketua UPTD PPA Firdaus mendorong KOPRI untuk berani melaporkan jika melihat serta mengetahui tindak pelecehan seksual untuk tidak takut melapor
“satu yang perlu diingatkan jangan takut untuk lapor bila melihat dan merasakan karena undang-undang TPKS menjamin keamanan saksi dan korban,” terangnya.
Lanjutnya kemudian,tindakan kekerasan dan pelecehan seksual yang terjadi pada korban dapat menimbulkan persoalan baru. Persoalan tersebut yaitu hamil tidak direncanakan, pernikahan yang belum siap.

Masih dalam kesempatan yang sama dr Agah Nugraha memantik diskusi mengenai stunting di Kab Kuningan. Menurutnya saat ini Kuningan termasuk dalam kategori kota yang aman dari stunting dikarenakan masuk kedalam 7 kota dengan tingkat stunting terbaik di Jawa Barat.
Sambungnya kemudian permasalahan stunting ini tidak sebatas bahwa balita ini kekurangan gizi sehingga kemudian diberikan asupan makan bergizi.
“Betul itu menjadi salah satunya, tetapi kita harus siapkan lingkungan, perumahan layak dan jaminan sosial memadai sehingga mampu mengurangi tingkat stunting,” ungkapnya.
Turut hadir juga dalam kegiatan diskusi bincang isu Alan Suwgiri selaku Mabincab PMII kab Kuningan. Ia berpesan agar aktivis mempersiapkan diri dengan pengetahuan yang cukup tidak sebatas pengetahuan kampus.
“Harus menambah wawasaan dari luar kampus seperti model interaksi melalui organisasi. Sehingga mendapat bekal penguatan jaringan, interaski sosial dan silang informasi lintas disiplin ilmu,” paparnya
Sambungnya kemudian, keberadaan kader perempuan khusunya yang tergabung di KOPRI saat ini memberikan manfaatnya baik langsung maupun tidak langsung. Kontribusi kader KOPRI harus dirasakan oleh masyarakat khususnya di daerah-daerah yang rawan terhadap kasus perempuan dan anak.