Berdakwah dengan Hujjah bukan Hujatan

105

Berdakwah dengan Hujjah bukan Hujatan

Berdakwah adalah amalan yang mulia dan amalan para Nabi dan Rasul serta amalan para ulama, siapa yang menempuh dan berada dalam jalur dakwah dapat dipastika orang tersebut di muliakan Allah. Dakwah dapat ditempuh dengan berbagai macam cara, bisa dengan berceramah, berdiskusi, menulis, dan bisa juga dengan menunjukkan sikap yang baik terhadap orang lain, bahasa agamanya adalah akhlakul karimah.

Para Nabi dan Rasul dalam dakwahnya menggunakan Hujjah atau dalil yang kuat, bukan dengan hujatan, umpatan dan fitnahan. Lisan para Nabi dan Rasul dipenuhi oleh ilmu Allah saat menyampaikan dakwahnya, diikuti oleh para pengikutnya. Maka selayaknya para pendakwah mengikuti dakwahnya Nabi dan Rasul serta pendakwah yang sejuk dan berhujjah bukan dengan hujjatan.

Tegakkanlah dakwah dengan hujjah (dalil), karena hujjah adalah asas dan pondasi dari bangunan dakwah itu sendiri. Jangan sekali-kali dalam dakwah ada hujatan, karena hujatan akan merusak nilai-nilai mulia dalam dakwah, menurunkan derajat yang bedakwah serta memalingkan orang dari kebenaran.

Hujjah adalah cahaya penerang bagi akal dan jiwa, sedangkan hujatan dapat menyesatkan akal dan mengeraskan hati. Sehingga orang bilang keras kepala.

Dakwah dengan hujjah adalah dakwah yang berkualitas, yang bermutu, yang menyenangkan bagi semua orang. sedangkan dakwah yang disertai hujatan adalah dakwah yang dikotori oleh sampah-sampah nafsu dan syetan.

Tegakkan hujjah singkirkan hujatan, namun perlu dicatat hujjah itu akan dapat diposisikan dan difungsikan secara tepat tentunya dengan cara banyak belajar dan mengkaji sumber-sumber dan rujukan-rujukan yang representatif. Hujjah tidak akan pernah tegak kalau hanya bermodalkan semangat keagamaan yang dangkal. Hujjah tidak akan pernah tegak kalau hanya bermodalkan dalil yang minim, hazanah keilmuan yang kurang.

Simak firman Allah berikut ini.

Allah SWT berfirman

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِا لْحِكْمَةِ وَا لْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِا لَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ ۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِا لْمُهْتَدِيْنَ

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)

Allah SWT berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَا نْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِ ۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

Artinya: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.”
(QS. Ali ‘Imran: 159)

Ust Abdul Hakim Abu Bakar