Begini Cara Kader PK PMII STAI Al-Masthuriyah Menyambut Hari Santri Nasional

159

Begini Cara Kader PK PMII STAI Al-Masthuriyah Menyambut Hari Santri Nasional

Menyambut Hari Santri Nasional, Bercengkerama soal kesantrian. Begitulah suara yang terdengar jauh-jauh hari dari kader-kader PK PMII STAI Al-Masthuriyah. Bercengkerama tentang kesantrian merupakan bentuk dialektika yang dilakukan para Kader PK PMII STAI Al-Masthuriyah-Kab. Sukabumi dalam forum bahtsul matsail untuk menyelidiki hakikat santri dan pesantrennya, sampai-sampai dalam Keputusan Presiden No. 22 Tentang Hari Santri, yang ditandatangain presiden pada Tahun 2015, diputuskan bahwa 22 Oktober Hari Santri Nasional. Begitu besar jasa kyai-santri yang menghidupkan budaya Indonesia, padahal hanya bangunan sederhana yang menjadi sumber santri menyelami berbagai disiplin ilmu, itulah pesantren.
Banyak suara yang diutarakan oleh para kader tentang santri saat bercengkerama tentang kesantrian, suara-suara itu tertulis dalam berkas notulensi di akhir kegiatan, secuil paragraf tercatat bahwa tentang kesantrian tidak luput dari segala bentuk aktivitas yang dilakukan santri dalam kesehariannya dimulai dari mengaji, menalar, memahami tradisi klasik, munadzrah, mudzakarah, sampai ngaliwet (masak-masak) di kobong. Keseharian yang sederhana itu ternyata menjadikan santri sebagai aktor dalam mewujudkan perjuangan pergerakan kemerdekaan negara Indonesia, santri sebagai bentuk seorang Manusia Indonesia yang mengabdi kepada kyainya jelas dibentuk oleh para Ulama Indonesia terdahulu, dimulai masuknya Islam ke Indonesia, pada masa walisongo, berdirinya kerajaan-kerajaan Islam, hingga masa Kyai-Santri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia baik saat mewujudkannya atau saat mempertahankannya, dan pada masa inilah Nahdlatul Ulama berdiri dengan terus menjaga segala tradisi pesantren hingga mencetak santri-santri yang cakap dalam menjalankan kehidupan beragama dan berbangsa.
Pun demikian, PMII yang terlahir dari rahim Nahdlatul Ulama adalah santri yang tetap komitmen untuk menjaga segala tradisi pesantren yang dibangun kyai-santri pada masa-masa yang lalu. Meski PMII tetap dengan Independensinya, namun tradisi pesantren Nahdlatul Ulama tak pernah dilepaskan dalam aktivitas kesehariannya, sebab para pendiri PMII merupakan santri, hingga hari ini elemen besar PMII tetaplah santri, yang patuh terhadap Kyainya, yang tetap utuh komitmennya menjaga nilai keislaman (Islam Ahlussunnah Wal Jamaah) dan nilan keindonesiaan.
Kemudian, kegiatan yang dilaksanakan di bestcamp selepas waktu asar, 22 Oktober 2017, Ali Zulfikar, Ketua Komisariat PMII STAI Al-Masthuriyah – Kab. Sukabumi, sebelum kegiatan mengatakan bahwa “Untuk menyambut Hari Santri Nasional sudah seharusnya kader-kader PMII, khususnya Komisariat STAI Al-Masthuriyah tetap berkumpul untuk memahami lebih dalam makna dan latar belakang Hari Santri Nasional yang hari ini ramai dibicarakan, selain diskusi keseharian kultural komisarat, momentum adalah sesuatu yang penting”, tegas Ali Zulfikar.
Dialog pada kesempatan Hari Santri Nasional kali ini, Riswandi, yang akrab dipanggil Ciwang, sebagai Ketua Cabang PMII Kab. Sukabumi memandu langsung jalannya Hari Santri Nasional dengan memberikan berbagai pemahaman tentang sebab mengapa Hari Santri Nasional mesti ada, dan sebab tanggal 22 Oktober dijadikan hari Santri Nasional, agar para kader yang menyambut hari santri nasional dengan bercengkerama tetap sistematis dalam membahas tentang kesantrian, terkhusus hubungannya dengan tanggal 22 Oktober.
“Bukan kegiatan besar yang dilakukan oleh PMII Komisariat STAI Al-Masthuriyah dalam mepemperingati Hari Santri Nasional, berhubung banyaknya anggota dan kader yang berpartisipasi dalam Kegiatan Hari Santri Nasional yang diselenggarakan oleh PCNU Kab. Sukabumi. Hal itu bukanlah sebuah masalah, maka kami berinisiatif membuat forum untuk anggota dan kader agar bercengkerama mengenai Perjuangan Kyai-Santri, pada momentum Hari Santri Nasional ini dipandu oleh ketua cabang, Bang Ciwang, agar tetap sistemtatis, beliau kan santri tulen. Bentuk kegiatannya lebih pada kegiatan kultural, mengoptimakan momentum, meski tidak glamor, namun dengan ini semoga basis pemahaman dan penghayatan tentang Hari Santri Nasional, tanggal 22 Oktober dapat tertanam dalam diri anggota dan kader.” Ujar Putri Nur’aeni, yang berinisiatif untuk memprakarsa acara ini, Kader Putri PMII Kab. Sukabumi sebagai Wakil Ketua Bidang Eksternal PK PMII STAI Al-Masthuriyah – Kab. Sukabumi.
Kemudian, kerangka pembahasan dalam dialog kali ini, membicarakan 12 pokok pembahasan yang terdapat dalam catatan pra-kegiatan, dimulai dari pembahasan tentang Sejarah Kyai-Santri Pra kemerdekaan, seluk beluk AFNEI dan NICA, resolusi jihad NU, landasan Hukum Resolui Jihad, hingga metode Kyai-Santri mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Pembahasan ini adalah langkah-langkah dalam memahami secara mendalam tentang Santri sehingga dikenang dalam salah satu hari Nasional, karena begitu tidak elok apabila perayaan sebagai bentuk pengamalan Hari Santri Nasional ini tidak diimbangi dengan pemahaman dan penghayatan yang melandasinya, terutama bagi santri PMII yang menyandang status mahasiswa.
“Semua orang berselebrasi, bereuporia merayakan kedatangan Hari Santri Nasional, sungguh menyenangkan untuk kita, Kader PMII, kita juga santrinya Kyai NU, lagipula sebagian besar Kader dan Anggota PMII Al-Masthuriyah adalah santri di pesantren, terutama Perguruan Islam Al-Masthuriyah. Miris apabila perayaan ini gak dibarengi dengan pemahaman dan penghayatannya, apalagi kita yang beridentitas Mahasiswa”. Lugas I. Muazd, Sekretaris Putri Nur’aeni, melengkapi persoalan cara kader PMII Komisariat STAI Al-Masrthuriyah menyambut Hari Santri Nasional.

Bidang eksternal PK PMII STAI Al- Masthuriyah – kab. sukabumi melaporkan.