Apakah PMII hanya Untuk Laki Laki ? Mitos atau Fakta ?

290

Apakah PMII hanya Untuk Laki Laki ?
Mitos atau Fakta ?

Arus diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan sudah menjadi persoalan klasik dan hadir dibanyak negara, termasuk indonesia didalamnya, dalam catatan LBH APIK yang di muat oleh CNN,Jum’at 08/01/2021, pada tahun 2020 saja di situasi pandemi, Kekerasan Gender Berbasis Online (KGBO) meningkat secara drastis, tercatat 1178 kasus pada tahun 2020 dan 6 laporan pada setiap harinya.

Gerakan untuk adanya pembebasan perempuan pun dilakukan melalui slogan slogan, aksi kampanyeu, advokasi dan lain sebagainya, hal demikian tidak lain dan tidak bukan untuk mewujudkan cita cita terciptanya ruang aman bagi perempuan ,baik diruang publik, sekolah/universitas, pesantren, ruang kerja dan lain sebagainya.

PMII dalam hal ini melalui KOPRI termasuk salah satu organisasi yang menyuarakan akan adanya pembelaan dan pembebasan atas kasus kasus kekerasan ataupun persoalan diskrimatif yang terjadi pada perempuan di indonesia.

Namun apakah betul PMII sudah benar dalam memposisikan perempuan dan tidak diskriminatif terhadap perempuan? Ataukah perempuan sendiri melalui kopri menjadi dapat membentuk syndrome inferior perempuan yang akhirnya melahirkan pikiran dan tindakan yang mendiskriminatif perempuan sendiri?

Organisasi PMII sendiri yang diketahui oleh penulis adalah organisasi ketersalingan diantara laki laki dan perempuan , baik laki-laki maupun perempuan bisa berproses , mau jadi apapun dan posisi dimanapun.

Pro dan kontra terkait posisi kopri seringkali hadir ditengah tengah organisasi PMII, pada kongres pmii ke XIII tahun 2000 lembaga kopri pun di bubarkan atas dasar arus pemikiran pmii mengenai kesetaraan gender, karena kopri dianggap menjadi kelompok yang men subordinasi perempuan atau kelompok minor di pmii dan tidak di perhitungkan , perempuan cukup menyelesaikan dan mengurus persoalan-persoalan perempuan tidak lebih dari itu.

Meskipun hari ini Kopri pun hadir kembali dalam kelembagaan organisasi pmii, dengan dalih untuk menyelesaikan persoalan persoalan perempuan yang hadir, namun nyatanya sudut pandang terkait eklusifitas terhadap perempuan pun dianggap menjadi bentuk dari diskriminasi terhadap perempuan, kalopun tidak, hal itu menyebabkan Syndrome Inferior atau dalam kata lain, perempuan merasa tidak mampu untuk bersaing di pmii, perempuan cukup menjadi pengurus atau ketua kopri. Padahal dalam konsep kesetaraan, sangat memungkinkan perempuan untuk menjadi ketua di pmii sekalipun . Kalopun memang PMII betul betul menggunakan konsep kesetaraan .

Lalu timbul pertanyaan, bagaimana dengan kasus kasus diskrimasi dan kekerasan terhadap perempuan yang terjadi? apakah akan ikut hilang ketika kopri tidak ada?

Jikapun benar PMII sebagai organisasi yang dapat mewujudkan kesetaraan dan pembebasan terhadap perempuan, persoalan persoalan perempuan yang hadir bisa di tuntaskan dan di advokasi oleh perempuan dan laki laki dengan bingkai organisasi PMII, hal demikian bentuk perwujudan kesetaraan dan ketersalingang antara perempuan dan laki laki yang lebih konkrit.

Menuju Kongres PMII Ke XX yang akan dilaksanakan pada waktu dekat , kita bisa melihat wujud dari syndrome Inferior perempuan di KOPRI, dari 17 calon ketua umum PB PMII yang hari ini menjadi 16 orang, tidak satupun muncul seorang perempuan, apakah memang kebetulan ? Atau memang karena realitas? Atau memang semuanya sudah terstuktur sampai kepada bawah alam sadar, bahwa kontestasi pemilihan ketua umum PB PMII hanya bisa dilakukan oleh seorang laki-laki, padahal tidak ada dalam aturan bahwa perempuan pun tidak boleh mencalonkan diri bukan? Apakah ini bukti dari inferioritas perempuan yang sengaja di ciptakan oleh sistem dan budaya? Kalopun tidak kita bisa lihat, sejarah rentetan para ketua PMII sendiri dari Ketua Pertama Mahbub Djunaidi sampai Hari ini , apakah ada satu orang perempuan yang menjadi ketua PB PMII ? tidak bukan .

Maka penulis ingin bertanya sekali lagi, apakah benar PMII hanya untuk laki-laki? Kira-Kira Mitos atau Fakta?

Penulis
Muhammad Gani Asyauqi
Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
Cabang Kabupaten Bandung