Ansor Ciamis Ngaji Bareng Santri Holland

304

Ketika kita berbicara “Holland” maka bayangan kita akan terbawa kesalahsatu negara di kawasan Eropa. Ya, Negeri Belanda. Negara yang beribu kota Amsterdam, selain beralias Netherland juga sering dipanggil Holland.

Tapi, Edi Hasanuddin memakai istilah “Holland” bukan untuk berbicara terkait dengan negara yang pernah menjajah Negara Indonesia selama 350 tahun itu. Tetapi Holland yang dimaksud adalah hol dijalan. Satu komunitas santri dimana para santrinya adalah bertemu dijalan.

“Ya, holand itu hol dijalan. Dalam bahasa sunda hol itu ketemu. Jadi ketemu di jalan. Kami pada pokoknya melaksanakan tolabul ilm. Meskpiun sampai hari ini kami belum memiliki tempat yang permanen, atau kobong,” ujar Edi Hasanuddin pengasuh santri holland (12/9/2017).

Bagi Edi yang pernah nyantri di Nurulhuda Cibojong Kabupaten Garut, dirinya mempunyai inisiatif untuk memperkenalkan “Santri Holland” dengan Gerakan Pemuda Ansor.

“Selain dari melaksanakan Istigosahan dan Sholawatan, kami juga membimbing masayarakat yang ingin belajar Al Quran. Alhamdulillah ada yang sudah mau khatam. Yang masih belajar Iqra pun ada,”ujarnya.

Ya, dalam pengamatan ansorjabar online, jamaah Santri Holland yang kemarin hadir. Rata-rata berusia 40 tahunan. Bahkan salahsatu santri ada yang sudah berusia diatas 50 tahunan.

“Usia saya sudah tidak muda lagi. Kalau kata orang sini, saya itu preman. Tapi meskipun preman saya juga ingin jadi santri, alhamdulillah saya diperkenalkan dengan Ustadz Edi,” ujar Edih.

Sementara itu, Ketua Gerakan Pemuda Ansor Cabang Ciamis berterima kasih atas inisiatif pengasuh Santri Holland yang berkenan mengundang Ansor.

“Yang pertama saya tentunya berterima kasih, ini akan menjadi wasilan dari pertemuan pertemuan selanjutnya,” ujar Dendeu Rifai Himi.

Dendeu menyebut, Kecamatan Maleber yanv notabene masuk daerah perkotaan, memiliki karakteristik masyarakat yang plural dengan akses informasi yang sangat cepat. Baik itu melalui media sosial atau media-media yang lainnya.

“Banyak sekali harokah ke Islaman di derah maleber. Oleh karena itu kita berdiskusi untuk mendiskusikan terkait informasi apapun yang berkembang. Karena informasi itu ada juga yang abu-abu bahkan Hoax,”katanya.

Dendeu yang juga Korwil Ansor Jawa Barat bagian Priangan Timur mempersilakan H. Aceng Amrullah yang kebetulan hadir pada acara kali ini.

“Sebetulnya saya hadir dalam agenda menghadiri acara Liga Santri Nusantra Region Priangan. Tapi ini ternyata membawa saya bertemu dengan Sahabat-sahabat dan bapak bapak semuanya,” kata Aceng.

Dalam paparan singkatnya, Aceng mengatakan bahwa memahami Islam hari ini harus memahi teks dan kontek dengan menyesuaikan pendekatan yang sesuai.

“Islam tidak kaku. Islam bisa dipelajari dimana saja, kapan saja. Tidak harus selalu ditempat yang biasanya. Contoh touring. Pada dasarnya touring itu kita bersenang senang. Tapi jangan salah, itu bisa jadi kegiatan tadabbur alam. Selai itu bisa dijadikan pembelajaran terkait cara menjama sholat,” ungkapnya.

Lanjut Aceng, dalam kondisi hari ini banyak sekali pendekatan agama yang kaku dan rigid. Padahal Islam harus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman agar dapat diterima oleh masyarakat.

“Islam itu rahmatan lil alamien. Harus menjadi rahmat bagi seru sekalian alam. Kita hidup 15 abad setelah zaman Nabi. Tidak mungkin sama,” ungkapnya.

Aceng juga menjelaskan bahwa dalam menyeru kepada kebaikan harus menyeru dengan cara cara yang makruf. Jangan sampai yang terjadi justru saling bertentangan di masyarakat hanya karena salah dala metode penyampaian.

Dalam akhir acara, Santri Holland menyatakan diri untuk bergabung dengan Ansor atau Banser. Dan senantiasa mengikuti setiap mekanisme oragnisasi Ansor.

Idham