Ajengan Huda: Toleran berarti Intoleransi terhadap Intoleransi

53

Pada hari Sabtu (12/11/19) Ansor Sindangkerta dan Cipongkor bersama TNI-POLRI menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) seputar melawan radikalisme di Pondok Pesantren Nurul Inayah, Bojong Loa, Sindangkerta.

Ajengan Huda dari Pondok Pesantren Nurul Iman yang bertindak sebagai salah satu pemateri meyampaikan bahwa radikalisme di NKRI tidak terlepas dari pengaruh konflik Internasional. Menurutnya dalam beberapa kasus, radikalisme juga terjadi dengan mengatas namakan agama. Pedahal agama manapun tidak ada yang membenarkan radikalisme dan kekerasan.

“Tidak ada satu pun ajaran yang melegalkan radikalisme. Inti semua ajaran itu adalah mengajarkan kasih sayang,” tegasnya.

Menurut Ajengan Huda, mereka yang terpapar radikalisme atas nama agama memiliki pemahaman bahwa ajaran agama harus dijadikan landasan negara sebagai penegakan agama secara kaffah.

Selain itu, ajengan huda menyebut mereka yang terpapar radikalisme sudah kehilangan rasa belas kasihan. Mereka berani menyerang dan membunuh siapa saja yang mereka anggap sebagai musuh. Menurutnya, orang yang terpapar radikalisme tidak memiliki ajaran tasawwuf dalam dirinya.

“Orang yang terpapar radikalisme antipati terhadap tasawwuf yang salah satu cirinya memanusiakan manusia,” ujarnya.

Ajengan Huda menambahkan, Nahdlatul Ulama lahir untuk merespon dan membendung faham dan gerakan radikalisme. Baik radikalisme beragama maupun bernegara. Menurutnya, NKRI sangat berpihak dan mengakomodir nilai-nilai Islam.

Ia menghimbau pentingnya toleransi antar pemeluk agama agar tercipta ketenangan dalam menjalankan ajaran agama. Dan diantara penegakan toleransi itu sendiri adalah melawan intoleransi yang terjadi.

“Salah satu sikap toleran adalah intoleran terhadap intoleransi,” sebut Ajengan Huda.