Tongkat Estafet

101

Kontestasi dalam sebuah organisasi merupakan hal yang lumrah ketika berpindahnya suatu kepemimpinan dari masa ke masa, untuk melahirkan penerus yang berkualitas serta mampu mengemban amanah para pendahulunya.

Nahdlatul Ulama adalah organisasi yang begitu besar, dengan jangkauan tidak hanya dalam negeri saja sekalipun sampai pelosok daerah terdalam maupun terluar NKRI ini, dibuktikan dengan adanya pengurus atau muharrik NU di daerah tersebut , namun tak sedikit jangkauan NU sudah tersebar dibelahan negara di Dunia, baik Asia Eropa Afrika Amerika bahkan Australia sekalipun sudah tersusun kepengurusan NU yang para penggeraknya baik itu warga diaspora ataupun penduduk asli negara tersebut, maka tak berlebihan jikalau NU adalah organisasi terbesar di Dunia.

Besarnya NU tidak terlepas dari peranan Badan Otonom NU yang lebih mashur dengan sebutan Banom yang merupakan sayap pergerakan NU dalam jenjang kaderisasi secara usia, mulai dari IPPNU, IPNU, Fatayat NU, GP Ansor dan Muslimat NU bahkan NU itu sendiri sebagai rumah besarnya.

Kabupaten Kuningan adalah salah satu daerah yang berada di Provinsi Jawa Barat dengan memiliki sumber daya alam yang begitu luas dan melimpah ruah, tak cukup sampai disitu sumber daya manusianya pun berkualitas dan berdaya saing dengan skill dan kemampuan yang munpuni dibidangnya masing-masing sehingga banyak SDM berkualitas bergabung di Organisasi Besar seperti NU, yang mana sebarannya tidak hanya masuk dalam ranah struktur kepengurusan harian namun juga kultur atau yang kita kenal dengan sebutan Warga Nahdliyyin.

Rumah Besar NU Kuningan tentu didalamnya terdapat segmen jenjang pengkaderan sesuai batasan usia sebagai wadah kaula muda yang menjadi bagian dari Nahdlatul Ulama, katakanlah Gerakan Pemuda Ansor Kuningan yang sedang masif pengkaderan dengan berbagai kegiatan, baik dalam penguatan militansi keorganisasian namun juga penguatan fikroh annahdliyyah sebagai perwujudan dari pemikiran wasathiyyah yang dikomandani oleh KH. Didin Misbahudin sebagai Ketua Ansor Kuningan, tentu setiap kepemimpinan tidak ada yang abadi karena sesuai kata “Setiap Masa ada Orangnya dan Setiap Orang ada Masanya”, maka kepemimpinan KH. Didin Misbahudin yang memiliki basic keilmuan agama yang tinggi sebagai alumni salah satu pondok pesantren yang melahirkan lulusan yang berkualitas seperti halnya KH. Didin yang berwibawa dan berkharisma serta diiringi keilmuan agama yang matang, maka pantas menjadi Ketua Ansor Kuningan, bahkan kepemimpinannya telah melahirkan kader-kader hebat, tentu tongkat estafet kepemimpinan KH. Didin Misbahudin haruslah diserahkan karena tibalah pada akhir masa pengabdian dan sebentar lagi GP Ansor Kuningan akan mengadakan hajat akbar yang kita kenal dengan sebutan Konferensi Cabang atau disingkat Konfercab.

Konferensi Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kuningan tinggalah menghitung hari yang akan dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 29 Februari 2020 M. Tentu hajat ini menjadi fokus warga NU khususnya para pemuda yang tergabung dalam GP Ansor Kuningan yang menantikan pengganti sosok KH. Didin Misbahudin, maka pantas jikalau yang menggantikan kepemimpinannya adalah orang yang tentu berkualitas, berwibawa, berintegritas serta memiliki keilmuan agama yang matang agar mampu menyelasaikan berbagai problem permasalahan keummatan dengan suguhan dalil-dalil baik aqli maupun naqli yang bisa difahami dan diterima secara keilmuan kaum sarungan, tentu tidak hanya fasih dalam beretorika namun juga diimbangi akhlaq mulia, apalagi menjadikan Ansor sebagai sarana pemanfaatan saja ataupun batu loncatan untuk sebuah kepentingan politis maka tentu perilaku tersebut sangatlah tidak pantas menduduki Jabatan Ketua Ansor, karena kata Ansor sendiri berarti penolong, penolong untuk ummat bukan untuk nafsu syahwat duniawi dan ambisi jabatan pribadi. Teringat dengan sebuah Bait dalam Kitab Alfiyyah Ibnu Malik yang berbunyi “Wafikhtiyarin la yajiu munfasil # idza ta-atta ayyajia muttasil” berangkat dari qoidah tersebut maka pantas pengganti KH. Didin Misbahudin harus memiliki kemampuan yang memang sama seperti halnya beliau, bahkan mungkin lebih daripadanya, tak berlebihan jikalau penggantinya harus memiliki basic pesantren dan juga keilmuan agama yang matang agar bisa hadir sebagai solutor atas berbagai macam tantangan dihari kemudian khsusnya yang Ansor Kuningan hadapi.

Tentu siapapun yang menjadi pengganti Ketua Ansor sebelumnya, sudah ada dalam cacatan lauhil mahfudz yang Alloh rahasiakan sebagai pelajaran bahwa kita diberi kewenangan untuk berikhtiar menentukan siapa yang telah Alloh tetapkan melalui sebuah kontestasi pemilihan.

Mari suskseskan Konferensi Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kuningan, dengan riang gembira dan memilih pilihan yang tepat agar menghasilkan keputusan yang maslahat.

Muhammad Iftor Nawawi
Selasa, 25 Februari 2020