Taufiq Lubis, Mengolah Limbah Menjadi Berkah

165

Menjadi sosok anak muda yang mampu menginspirasi banyak orang memang tidak mudah, selain membutuhkan perjuangan, juga butuh mental, semangat dan ketelatenan yang tinggi.
Taufik Lubis, pemuda asal desa Maruyung Sari, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran adalah satu dari sekian pemuda inovatif dan inspiratif yang bisa menjadi sosok teladan bagi generasi masa kini.

Ya, Pemuda yang menghabiskan keseharianya di rumah produksinya tersebut, telah berhasil menyulap limbah batok kelapa yang hampir tak bernilai menjadi beraneka karya seni yang membuatnya di buru banyak orang, mulai dari jam dinding, Lampion, Wall Paper, Lukisan, Miniatur Kapal, Gelas Antik, Kaligrafi, Teko, sampai
Vandel pun sudah di produksinya.

Saat ditemui di kediamannya, Taufik dengan penuh keramahan dan keakraban menyambut kedatangan awak media, ia pun mulai bercerita awal mula menekuni limbah batok dan menyulapnya menjadi karya seni yang telah menghantarkanya memperoleh pengahargaan sebagai finalis Wirausaha muda nasional dari Kementrian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora RI) tahun 2018.

“Dulunya sih kita nggak kepikiran bikin beginian mas, mungkin karena terdesak kali yah”.
Lebih jauh, taufik juga menceritakan awal dirinya berada di rumah selepas sekolah dan mesantren, ia mengatakan bingung apa yang harus di lakukan. terlebih, ia harus mulai belajar beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Mendingnya, ia selalu ingat nasehat dari gurunya agar senantiasa menjadi manusia yang bermanfaat.

” Uh, waktu itu bingung banget mas, mau ngapain. Apalagi baru selesai sekolah sama mesantren, kan, kerjanya cuman ngalor ngidul”, terang Taufik seraya mengenang masa lalunya.

Beruntung, biarpun agak terlambat, Taufik tersadar dari kebingunganya dan mulai mencoba memutar otak untuk membuat sesuatu yang bermanfaat dari barang – barang yang di pandang kurang bernilai.

Dan secara kebetulan, ketika ia sedang jalan – jalan berkeliling kampung, dirinya melihat banyak batok kelapa di jongko (tempat mengepul kelapa – red), seperti mendapat ilham, tiba – tiba terlintas dalam pikiranya untuk mengolah batok kelapa tersebut.

Berbekal latihan seni kaligrafi yang pernah di pelajarinya di pesantren, ia mulai usahanya, mengembangkan bakat yang di milikinya itu untuk menyulap batok kelapa menjadi karya seni yang bernilai tinggi. Dirinya juga merasa batok adalah bahan baku yang pas, karna selain mudah di dapat juga ramah lingkungan.