SURAT UNTUK BAPAK

486

Oleh : Yeni Wahid

“Bapakku tercinta, tak terasa 5 tahun lebih Bapak telah meninggalkan kami.”

“Begitu banyak hal yang terus kukenang tentangmu.”

“Aku ingat, dulu ketika Bapak mencalonkan diri menjadi Presiden, aku ragu.”

“Ragu Karena Bapak tidak bisa melihat, bagaimana mungkin Bapak bisa memimpin tanpa penglihatan?”

“Namun, seperti Abdullah bin Umar, kebutaanmu adalah anugrah bagi negeri ini.”

“Karena dengannya mata batinmu jadi bercahaya, dan lisanmu menjadi tajam menyuarakan kebenaran.”

“Justru kami yang sempurna penglihatannya, Pak, kadang tak mampu bedakan mana yg benar dan salah.”

“Bapak, minggu lalu adalah tahun baru Imlek.”

“Aku ingat ketika Bapak mengeluarkan aturan membolehkan perayaan imlek, ada sedikit kalangan yang mencibir.”

“Sama seperti ketika Bapak perintahkan banser jaga gereja. Orang-orang itu berkata Bapak hanya lindungi kelompok minoritas.”

“Mereka lupa, ketika zaman Orde Baru, Bapak berjuang bagi kelompok mayoritas yang ditekan, sampai Bapak sendiri harus jadi korban.”

“Bapak tercinta, terimakasih telah ajari kami, kaidah agama yg kita anut adalah agama yang cinta damai & mengasihi seluruh alam.”

“Makin banyak masyarakat yang hafal Qur’an & Hadist, namun sayang masih ada yang senang mengkafirkan orang lain.”

“Bapak, justru setelah kau pergi, aku masih melihatmu di mana-mana. Di kaos dan kalender yang banyak dijual orang,”

“Di spanduk dan iklan di layar kaca ketika musim kampanye tiba. Bersanding dengan logo-logo partai dan foto calon Presiden”

“Padahal sebagian dari mereka justru adalah orang-orang yg nilai politiknya berbeda dari dirimu.”

“Pak, sungguh kami rindu leluconmu. Tak ada lagi yang bisa marahi DPR & politisi. Bahkan anak TK pun tidak mau lagi disamakan dengan mereka.”

“Kalau Bapak masih ada, mungkin Bapak berkata : polisi kok dibilang bukan penegak hukum? Pantas sekarang maling-maling makin berani.”

“Merampok harta rakyat di siang hari lalu lakukan kriminalisasi agar kejahatannya terlindungi.”

“Bapak mungkin akan senang karena teman Bapak. Buya Syafii Maarif memberi nasehat kepada Presiden Jokowi agar jadi Rajawali.”

“Bapak mungkin akan menambahkan : Dik Jokowi, tangkap saja semua maling itu, gitu aja kok repot.”

“Kasihan Pak Jokowi, Pak. Begitu banyak bebannya dalam memimpin negeri. Sepertinya Beliau perlu teman untuk bicara.”

“Tolong datangi Pak Jokowi dalam mimpi agar terilhami untuk jadi lebih berani, karena rakyat negeri ini butuh diayomi.”

Puisi Surat untuk Bapak ini dibacakan oleh Yenny Wahid, putri kedua Gus Dur, dalam acara belajar Dari Gus Dur di Mata Najwa Metro TV. Tanggal 04 Maret 2015.