STUDENT MOBILITY PROGRAM SEBAGAI SEKOLAH PENGENDALIAN DIRI

29

STUDENT MOBILITY PROGRAM SEBAGAI SEKOLAH PENGENDALIAN DIRI

Oleh: Dr. Hj. Ida Umami, M.Kons
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Metro Lampung dan Koordinator Kegiatan SMP Kemenag RI

Kegiatan Student Mobility Program (SMP) yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Ditjen Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI dan dimotori oleh Forum Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama PTKIN se-Indonesia memiliki arti penting dan strategis dalam pengembangan kepribadian dan karakter mahasiswa sebagai generasi muda pemegang estafet kepemimpinan bangsa.

Pengembangan kepribadian dalam berbagai bentuknya kini sangat penting, dapat dikatakan sebagai pendidikan karakter bangsa. Salah satunya bisa ditempuh melalui dalam kegiatan SMP. Pada tahun ini adalah untuk kali ke dua dilakukan oleh Kementerian Agama yaitu ke Singapura, Malaysia dan Thailan, dengan mengunjungi 4 perguruan tinggi ternama yaitu Kolej Al-Zuhri Singapura, Kolej University Islaimis Selangor (KUIS), International Islamic University of Malaysia (IIUM) dan Fatoni University Thailan.

Mahasiswa yang notabenenya adalah aktivis Organisasi Kemahasiswaan (ORMAWA) khususnya Senat Mahasiswa (SEMA) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) adalah pionir penting dalam pengembangan PTKIN, pengembangan masyarakat dan pembangunan bangsa, harus mempunyai karakter yaitu pengembangan kepribadian.

Salah satu nilai dasar yang menjadi inti dalam kegiatan SMP adalah pengendalian diri (mujahadah an-nafs) yang merupakan kekuatan diri dalam menahan segala perilaku yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, tentunya dalam kontek sebagai masyarakat dan warga dunia (global community).

Pengendalian diri sangat diperlukan bagi setiap manusia termasuk di dalamnya mahasiswa agar pola pikir dan perilakunya mencerminkan sebagai pemimpin yang memiliki kualitas dan berkepribadian. Contoh sederhananya adalah menjaga kebersamaan, rasa kekeluargaan dan komitmen disiplin bukanlah hal yang mudah. Apalagi dalam rangkaian muhibah yang panjang ke tiga negara. Diperlukan kemampuan untuk saling memahami dan penuh pengertian antara individu yang satu dengan yang lainnya.

Cerdas Emosional

Proses SMP yang melibatkan banyak orang, dengan tujuan ke tiga negara dengan lika-liku perjalanan serta karakter negara tujuan yang komlek membutuhkan kecerdasan emosional (emotional quotion) tidak semata-mata intelectual quotion. Daniel Goleman pakar psikologi mengatakan kecerdasan emosional mendukung 80% keberhasilan seseorang dan 30% sisanya adalah kecerdasan intelektual.

Pengendalian diri atau penguasaan diri (self regulation) yang merupakan bagian dari emotional quotion (EQ( merupakan sikap, tindakan atau perilaku seseorang yang baik secara sadar atau tidak untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku dan disepakati bersama.

Pengendalian diri merupakan aspek penting dalam kecerdasan emosi. Sebab musuh terbesar manusia adalah letupan-letupan emosi yang harus ditaklukkannya agar perilakunya terkontrol dan tidak merugikan dirinya dan orang lain. SMP memberikan kesiapan diri untuk saling menghormati, semangat berbagi, simpati dan empati dengan orang lain. Apalagi perjalanan yang mengharuskan kita berkomunikasi tidak saja dalam satu negara tetapi lintas negara.

Hal penting yang harus dikendalikan adalah perilaku berprasangka buruk (suudzdzon) terhadap orang lain, yang akan menimbulkan kecurigaan dan ketidakpuasan yang disebabkan ketidakmampuannya dalam mengendalikan diri. Prasangka dan kecurigaan apabila tidak dikendalikan akan menggerus kemampuan untuk berpikir positip (positif thinking) terhadap diri sendiri dan orang lain.

Kemampuan pengendalian diri dapat ditunjukkan antara lain melalui, kemampuan bersikap positip terhadap orang yang tidak disukai, tidak bereaksi secara berlebihan atas kekurangan, mampu menjaga lisan dan ucapan yang dapat melukai hati orang lain dan merendahkan diri sendiri serta menjaga diri dari berprasangka buruk terhadap orang atau pihak lain. Dalam konteks Islam adalah ajaran untuk menjaga marwah diri dan orang lain, apalagi pimpinan dan guru-guru kita.

Melalui kegiatan SMP ini dilatihkan pengendalian dan kontrol diri melalui proses pengalaman sehingga perilaku mahasiswa yang cenderung menantang dapat diarahka kembali kepada perilaku positip sebagai bekal dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat.

Di sini bisa dipahami, SMP di samping sebagai ikhtiar untuk melakukan pendidikan karakter, pengendalian diri dan penempaan diri, juga dapat dijadikan momentum menajamkan pendidikan berbasis pengalaman. Ikhtiar Kementerian Agama untuk membawa 68 mahasiswa, 36 Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama PTKIN dan juga dosen serta tenaga kependidikan patut diapresiasi karena berdimensi luas sebagai bekal mahasiswa menyambut masa depannya.

Sekolah Pengendalian Diri

Belajar dalam pegertiannya yang luas, tidak hanya di bangku sekolah atau kuliah, yang dibatasi dengan dinding-dinding dan aturan-aturan yang rigid serta kurikulum yang baku. Belajar juga bisa dilakukan dimanapun, karena alam raya dan segala isinya merupakan sekolah kehidupan. Studen Mobility Program hakikatnya adalah sekolah kehidupan agar kita mampu menahan dan menjaga diri untuk tumbuh berkembang menjadi pribadi yang berkarakter dan unggul.

Dengan melihat pelbagai kultur dan tradisi akademik di luar negeri, kita akan mengambil best practicies untuk kita tiru, amati dan lakukan, sekembalinya dari kunjungan ilmiyah tersebut. Sebaliknya jika yang kita lihat dirasa lebih rendah dari apa yang kita miliki, akan menjadikan kita tumbuh sebagai pribadi yang percaya diri. SMP benar-benar telah mejadi sekolah untuk kita mengambil pelajaran.

Pengalaman SMP selama kurang lebih seminggu, menjadikan para pimpinan Ormawa PTKIN untuk berbenah diri, atas pelbagai kekurangan-kekurangan yang di milikinya. Dari hal yang sederhana, misalnya kemampuan berbahasa asing utamanya bahasa Inggris, tata kerama pergaulan internasional hingga manajemen perjalanan yang membutuhkan kesiapan yang tidak kalah pentingnya. Terpenting dari itu adalah sebuha sekolah untuk memahami berbagai perkembangan-perkembangan dunia, seperti informasi dan teknologi dalam pendidikan, peradaban dan juga soal radikalisme dan intoleransi yang menjadi masalah dunia.

Dengan SMP setidaknya kita mampu menempatkan diri sebagai bangsa yang berkomitmen pada nilai-nilai kebersamaan, kepedulian global, peningkatan mutu akademik dan berbagai hal yang menjadikan diri kita benar-benar terlatih dan terdidik sebagai masyarakat belajar, yang mampu berdialektika dengan orang lain. Wallahu ‘alam bi al-shawab