Sosok Dibalik Sukses Tidaknya Pilgub Jabar 2018

241
JAKARTA, –  Jawa Barat kini sedang panas. Bukan lantaran suhu udara tapi provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak seluruh Indonesia ini, sedang dalam situasi menjelang Pemilihan Kepala Daerah. Meski belum memasuki tahapan resmi, namun tarik ulur partai politik dalam mengusung para calon gubernur semakin ketat.
Ada partai yang  terang-terangan sudah punya calon, ada partai yang masih wait and see, ada  partai yang masih bingung dan ada pula merasa ditelikung. Pokonya dinamikanya hangat dan panas.
Di luar situasi persaingan para calon yang ketat dan panas, membincang Pilgub Jawa Barat  tidak dapat lepas dari sosok Ketua KPU Jawa Barat Yayat Hidayat. Pria  yang akrab disapa  Kang Yayat ini akan menjadi tokoh sentral  dalam penyelenggaraan Pilgub Jawa Barat. Peran Kang Yayat, dalam memimpin penyelenggara Pilgub Jawa Barat tahun 2018 sangat menentukan  sukses tidaknya  pesta demokrasi rakyat itu.
“Kunci sukses menjadi penyenggara pemilu itu taat aturan. Sebagai penyelenggara harus ngelotok masalah regulasi. Selama kami (penyelenggara) taat aturan, penyelengaraan Pilgub Insya Allah  aman dan sukses,” ucap Kang Yayat, kepada www.pikiranjabar.com di ruang kerjanya KPU Jawa Barat, Jalan Garut, Bandung.
Kang Yayat mengungkapkan kunci sukses lain dalam menyelenggarakan adalah komunikasi dengan stakeholder.  Menurutnya, pendekatan komunikasi yang intens dengan pemerintah, DPRD, partai politik, kesekretariatan KPU dan KPU kab/kota seluruh Jawa Barat.
“Memang taat dan mengerti regulasi saja tidak cukup. Kadang  terdapat perbedaan tafsir atas aturan. Namun selama kita mampu menjalin komunikasi dengan mereka (stakeholder) seluruh perbedaan dan masalah dapat diselesaikan,” tegas Kang Yayat.
Kang Yayat melanjutkan, bahwa masalah sudah pasti ada di tengah proses penyelenggaraan pemilihan kepala daerah. Namun demikian masalah bagi Kang Yayat adalah bagian dari pendewasaan dan pengayaan kehidupan. Jika persepektifnya seperti itu, jelas Yayat, semua akan biasa-biasa saja – terselesaikan dengan baik.
Bagi Kang Yayat, menjadi orang nomor satu di  KPU Jawa Barat, bukan merupakan beban meski memiliki tugas dan tanggung jawab sangat berat.  Secara berkelekar pria low profile ini mengatakan, lebih berat ‘ngurus’ organisasi mahasiswa ketimbang ngurus KPU.
“Lha, waktu di organisasi mahasiswa, buat panitia sendiri dan cari duit sendiri.  Sedang di KPU semua sudah ada, anggaran ada, supporting system ada. Kita kerja sesuai aturan. Itu saja,” katanya.
Matang Diorganisasi
Kang Yayat memang asli putra Jawa Barat.  Dia lahir di Ciamis, 12 Juni 1969. Kang Yayat banyak menghabiskan waktu kecilnya di Ciamis.   Saat kuliah, pria yang suka makan sate ini, hijrah ke Jakarta.
Saat di ibukota, Kang Yayat mulai bersentuhan dengan dunia aktivis ke mahasiswaan.  Dia aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).  Ketika menjadi aktivis mahasiswa, Kang Yayat merupakan salah satu aktor alias pelaku tumbangnya kekuasaan Orde Baru.
Di masanya, gerakan mahasiswa sedang genjcar-gencar melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Orde Baru.  Sebelum kekuatan mahasiswa ‘meledak’  dan melahirkan reformasi tahun 1998, Kang Yayat salah satu aktor  yang  melakukan gerakan ‘bawah tanah’ dan bergaul dengan lintas komponen masyarakat.
“Dulu kita melakukan diskusi-diskusi bertema perlawanan secara sembunyi menghindari intel. Karena meledaknya kekuatan mahasiswa berawal dari diskusi-diskusi bawah tanah,” kenang Yayat.
Tempaan selama di organisasi tersebut turut membentuk karakter Kang Yayat.  Terutama karakter dalam bidang kepemimpinan, yaitu seni mengelola masalah. “Terus terang PMII salah satu yang membentuk karakter. Saya banyak mendapatkan ilmu  selama di PMII yang  dipergunakan saat memimpin KPU,” katanya.
Paska Reformasi,  Kang Yayat yang konsen pada bidang pemilu dan demorkasi  turut mendirikan Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) DKI Jakarta.   Melalui aktivitas KIPP itu, Kang Yayat mendalami dunia kepemiluan. Kang Yayat mulai terlibat dalam pemantauan Pemilu 2004.
Ketika ada kesempatan pembukaan seleksi anggota KPU Jawa Barat,  Kang Yayat, yang  asli orang Jawa Barat, terpanggil untuk turut serta.  Nah, bekal keilmuan di KIPP Kang Yayat akhirnya terpilih menjadi anggota KPU Jawa Barat tahun 2008.
Pada 14 Mei 2012, Kang Yayat  terpilih secara aklamasi menjadi ketua KPU Jawa Barat menggantikan Ferry Kurnia Rizkiansyah  yang menjadi komisioner KPU-RI.  Kang Yayat memimpin KPU Jawa Barat  sampai akhir September 2013. Pada periode kedua, 2013-2018, Kang Yayat terpilih kembali secara aklamasi sebagai ketua KPU Jawa Barat.
Pendidikan Pemilih
Menjadi Ketua KPU Jawa Barat tidak hanya bertugas menyelenggarakan pemilu, baik pilgub, pileg maupun pilpers. Menurut Kang Yayat, KPU juga memiliki tangggungjawab melakukan pendidikan politik kepada masyarakat.
Salah satu pendidikan pemilih adalah melengkapi fasilitas rumah pemilu di kantor KPU Jawa Barat. Dalam satu kesempatan Kang Yayat, mengajak tim pikiranjabar.com berkeliling rumah pintar pemilu.
“Satu gedung ini, saya pergunakan untuk rumah pintar pemilu.  Fasilitas lumayan lengkap, ada studio, ada ruang simulasi pemilu, dan lain-lain,” ujar Kang Yayat.
Kang Yayat berharap rumah pintar pemilu  dibuat dan dibangun untuk fasilitasi setiap warga yang ingin mendapatkan informasi bagi masyarakat. Makanya rumah ini menjadi sarana tempat belajar bagi masyarakat.
“Melalui rumah pintar menjadi salah satu usaha agar partisipasi pemilih di Jawa Barat meningkat,” harapnya.
Kang Yayat  sendiri mengaku heran dengan rendahnya partisipasi politik masyarakat di Jawa Barat. Padahal, alokasi anggaran untuk meningkatkan jumlah pemilih terbilang besar.
Berkaca pada Pilkada Jabar 2013, dari 32,5 juta pemilih, partisipasi masyarakat Jawa Barat hanya sekitar 65 persen.
“Sepanjang sejarah reformasi (tingkat partisipasi) semakin hari semakin menurun. Padahal ‘GR’-nya kami di KPU, setiap Pemilu berusaha sekuat tenaga, banting tulang, bagaimana mensosialisasikan agar informasi sampai ke masyarakat. Tapi partisipasi masih turun,” ungkap Yayat .
Yayat mengatakan, tren negatif ini disebabkan anggapan masyarakat yang menilai pemilu bukan produk demokrasi yang mampu mengubah nasib.
“Artinya bahwa persepsi masyarakat terhadap Pemilu semakin menyedihkan. Persepsinya kurang baik terhadap Pemilu. Pemilu tidak bisa diharapkan sebagai instrumen untuk mengubah nasib seseorang,” kata Yayat.
Karena itu, dalam Pilkada 2018, KPU membuat sebuah program yang melibatkan berbagai pihak untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Pilkada. Salah satunya, bekerja sama dengan tiga perguruan tinggi di Bandung, yakni Unpad, ITB, dan Unpar.
“Berkaitan soal sosialisasi, mulai 2004 sampai sekarang perasaan sudah sangat optimal. Biaya juga tidak sedikit dan menginformasikan apapun yang ada di dalam Pemilu. Tapi hasilnya juga tidak menggembirakan,” ucapnya.
“Mudah-mudahan hasil riset Universitas Katolik Parahyangan nanti bisa membantu mendongkrak meningkatkan partisipasi. Saya targetkan di Pilkada 2018 mendatang partisipasinya bisa seperti pemilihan legislatif, ya sekitar 75 persen,” jelasnya.
Nama         : DR. H. Yayat Hidayat, M.Si.
Lahir          : Ciamis, 12 juni 1969
Alamat      : Kompleks eks DPRD I, kavling 32, Margasari, buah batu, kota bandung.
Pekerjaan   :
– Ketua KPU provinsi jabar (2x),
– Dosen LB Pasca Sarjana Fisip Unpad Bandung,
– Mengajar di Fisip UIN Sunan Gunungdjati Bandung,
– Dosen tamu di Jurusan Ilmu Politik Fisip Universitas Negeri Siliwangi, Tasikmalaya.
Pendidikan :
S1 ilmu politik Universitas Indonesia, S2+S3 ilmu politik universitas padjajaran (unpad) Bandung.
Pengalaman organisasi :
– Mantan Ketua Umum PMII Jakarta Timur
– Mantan Wakil Ketua PB PMII,
– Ketua Dewan Penasehat PW GP ANSOR Jawa Barat
– Wakil Ketua PWNU Provinsi Jawa Barat.
Sumber : pikiranjabar.com