Simfoni Tarling, Persembahan Cirebon Untuk Nusantara

387

Cirebon, (AnsorJabar Online)
Cirebon sebagai salah satu daerah yang memiliki kekayaan seni, tradisi dan budaya, baik yang lahir pada masa lampau ataupun yang lahir era kekinian, menjadi proyeksi artisik yang melahirkan gagasan dan semangat untuk senantiasa melestarikan, mengembangkan, bahkan melakukan proses penciptaan karya baru.

Seni tradisi yang tercipta pada masa lampau menjadi kekayaan yang menyebabkan Cirebon menjadi rujukan atau referensi para seniman untuk senantiasa berkarya dan mencipta. Salah satu kekayaan seni tradisi Cirebon yang masih digemari dan diterima dengan baik oleh masyarakat Cirebon dan sekitarnya adalah tarling.

Maka sudah sepatutnya Cirebon dan tarling adalah satu kesatuan yang semoga tak dapat dipisahkan. Tarling akan senantiasa berurat dan mengakar di Cirebon. Tanah wali akan senantiasa mempersembahkan karya terbaik bagi keberlangsungan bumi nusantara.

Tarling dari masa ke masa selalu melahirkan maestro pada setiap zamanya. Dari mulai tercipta hingga kini, tarling mampu melahirkan seniman yang digemari dan dicintai oleh masyarakat. Sebut saja Jayana, Abdul Adjid, Sunarto, Hj Ningsih, Hj Uun, Nunung Alvi, Diana Sastra, dan lainnya.

Gejala seperti ini menunjukan bahwa seni pertunjukan tarling adalah karya cipta yang pastilah bermanfaat bagi kehidupan sesama. Sejalan dengan itu, kesadaran untuk terus berkembang nampak dari mulai diciptakanya seni tarling. Pada mulanya, tarling adalah kesenian yang memindahkan nada dari pentatonis gamelan menjadi nada diatonis pada gitar.

Bunyi seruling dan ketipung mampu menciptakan harmonisasi nada yang keluar dari petikan gitar. Disadari bahawa kesenian yang baik bukan semata pada tontonan melainkan tuntunan yang mampu menyampaikan pesan dan ajaran yang dikehendaki oleh sang seniman, maka tarling tidak semata menghadirkan musik, teks pada setiap kalimat atau syair diubah menjadi kidung atau lagu yang merupakan sarana berkomunikasi dengan masyarakat.

Di tengah derasnya gempuran pertunjukan seni musik, baik yang datang dari barat maupun industri musik dalam negeri, menyebabkan kami para seniman Cirebon dari berbagai latar belakang kesenian yang berbeda mencoba menghadirkan Simfoni Tarling sebagai bentuk ikhtiar yang hendak mensejajarkan tarling di jalur musik nusantara. Sehingga tarling kini bukan semata milik masyarakat Cirebon, tetapi menjadi kesukaan dan kebanggaan masyarakat nusantara.

Simfoni Tarling merupakan sebuah seni pertunjukan –perpaduan antara orchestra dan original tarling–yang berkolaborasi dengan seni tari, seni sastra dan multi media, serta berbagai seni lainya yang menjadi kekayaan nusantara. Pertunjukan ini berupaya menghadirkan sejarah dan perkembangan tarling dengan suguhan pangung, tata cahaya, tata artistik modern yang berlatar belakang tradisi Cirebon dengan menampilkan maestro tarling dari setiap zamanya, seperti: H Sunarto (Kang Ato), Hj Uun Kurniasih, Hj Ningsih, Nunung Alvi, dan Diana Sastra dengan iringan Oeblet Tabuhan Nusantara Etnic Orchestra.

Selain itu, kami berharap, ketika suatu kesenian yang dipentaskan dengan kemasan menarik dan kekinian dengan tanpa mengurangi nilai-nilai mendasar dari kesenian itu sendiri, akan mengembalikan kesenian, khususnya tarling, setia ada di hati masyarakat. Kami sadari, sebagai generasi penerus, kami dan kita semua masyarakat Indonesia memiliki tanggungjawab untuk melestarikan segala kesenian yang ada di bumi nusantara.

Adapun kegiatan ini akan diselengarakan di Graha Bhakti Taman Ismail Marzuki pada hari jumat dan Sabtu tanggal 7 dan 8 April 2017 Pukul 20.00–21.30 WIB dengan melibatkan seniman dari berbagai daerah di nusantara, khususnya seniman Cirebon.