Rindu kami untukmu, Gus

60

Rindu kami untukmu, Gus

Oleh : Vinanda Febriani

“Gus, Kami sangat rindu padamu”
Begitu ungkapan hati orang-orang yang mengeluh merindukan sosok nyentrik yang memiliki intelektualitas tinggi. Abdurrahman Wahid atau biasa di sapa Gus Dur ini lahir di Jombang, Jawa Timur pada 7 Desember 1940 dan “Menghadap Allah” pada umur yang ke-69 tahun (30 Desember 2009).*

Sebelum Gus Dur berpulang, ketika duduk di bangku kehormatan istimewa RI-1, beliau sempat melontarkan pernyataan-pernyataan kontroversial dan menjadi polemik di kala itu. Pernyataan sentilan beliau tehadap DPR mislanya, mengatakan bahwa DPR seperti Taman Kanak (TK), Kumpulan Playgroup, menyebut sapaan “Prof” yang berada di kursi DPR sebagai ‘Profokator’ dan masih banyak lagi*. Beberapa oknum yang ‘belum bangun’ tentu marah dan geram dengan apa yang di lontarkan Gus Dur. Singkat cerita, pada 23 Juli 2001 peristiwa penting sejarah perpolitikan ‘kotor’ bangsa Indonesia terjadi. Gus Dur lengser dari jabatannya sebab jutaan fitnah yang melanda beliau kala itu, yang nyatanya tidak terbukti dalam persidangan.

Antara rasa percaya dan tidak percaya, namun ini nyata. Orang-orang yang beliau didik dan besarkan malah pada akhirnya menjatuhkan sosok Gus Dur. Sejak saat itu, rasa ‘tidak terima’ menyelimuti tiap-tiap orang yang dekat dan mengenal sosok Gus Dur. Sebelum di-lengserkannya Gus Dur dari masa jabatannya sebagai Presiden RI dengan cara yang tidak konstitusional, ratusan ribu ‘Pasukan Berani Mati’ membela Gus Dur dan siap perang darah jika sampai Gus Dur di lengserkan dari kursi Jabatan RI. Tapi beliau berpesan, “Tidak ada jabatan di dunia ini yang harus di pertahankan mati-matian. Apa lagi sampai meneteskan darah orang Indonesia. Nanti, biar sejarah yang membuktikannya” sontak luluh hati mereka, tangisan haru menyelimuti rakyat se-antero negeri kala itu.

“Gus Dur, mungkin kau bukan lagi Presiden kami sejak saat itu. Tetapi Engkau-lah Guru Bangsa kami, Guru Bangsa yang abadi, seabadi ajaran Toleransi yang kau tumpahkan kepada kami”

Begitu cloteh banyak orang yang masih sangat mencintai sosok Gus-Dur. Memang sejak kehadirannya di Bumi Pertiwi ini, banyak pelajaran berharga yang di bawakan oleh Gus Dur seperti Toleransi, Demokrasi yang sebenar-benarnya dan juga Islam Nusantara yang ramah tamah. Gus Dur di sebut sebagai ‘Bapak Tionghoa’ oleh masyarakat etnis Tionghoa pada masa-nya, sebab Gus Dur mampu melegalitaskan Tiong Hoa sebagai salah satu etnis yang ada di bumi nusantara.

Sejak saat di-lengserkannya Gus Dur hingga saat ini, istilah “Hukum Karma” bak hal yang patut di percayai. Semua orang yang dahulu menjatuhkan sosok Gus-Dur, kini hidup tak teratur. DPR yang dahulu beliau sebut sebagai “Kumpulan Anak TK dan Playgroup”, kini benar terjadi. Banyak penghina Gus-Dur yang ‘Jatuh tertimpa tangga’, menjadi DPO Polisi misalnya.

Hingga detik ini
Ribuan bahkan jutaan manusia yang dekat, mengenal dan minimal sudah membaca tentang ‘sosok Gus Dur’ masih sangat merindukan guyonnya yang nyentrik, menyindir dengan tawa. Jasanya banyak di kenang generasi bangsa. Misalnya dengan mendirikan Komunitas ‘Gus Durian’ atau komunitas-komunitas semacam itu untuk kembali memperkenalkan dan membumikan ‘Ajaran Nyentrik’ sosok Gus Dur.

Gus, kami masih merasakan bahwa engkau masih ada disini, bersama kami. Maafkan kami yang belum mampu berbuat banyak untuk negeri ini, malahan kami sibuk mengurus diri, mencari simpati dan empati, mempertinggi jabatan dan memperbanyak harta tanpa perduli dengan nasib bangsa Indonesia kedepannya.
Gus, jasadmu memang telah tiada.
Namun Jasamu, abadi selamanya.

Gus Dur, kami rindu
Walau kala itu, aku belum tahu dan belum mengenalmu, namun aku banyak membaca dan mendengar tentangmu. Aku percaya kau adalah Guru sejati, guru dari seluruh guru di Indonesia yang ada pada masa itu, hingga saat ini. Semoga Gusti Allah selalu memberkatimu, mengukuhkan jasamu, menempatkanmu dan seluruh keluargamu serta anak-cucumu di Singgasananya yang suci.

Gus Dur, Do’a, Rindu dan cinta kami dari hati dan nurani selalu tercurah untukmu wahai sang Maha Guru Sejati
WE LOVE YOU SO MUCH

With Love
Vinanda Febriani
Jamaah Kopdariyah, Netizen Magelang Raya
Borobudur, 25 April 2018.