REFLEKSI HARI SUMPAH PEMUDA GERAKAN MAHASISWA PASCA REFORMASI

334

REFLEKSI HARI SUMPAH PEMUDA

 GERAKAN MAHASISWA PASCA REFORMASI

Oleh : Obay Mukhtasor Ziddan

(Sekertaris Umum PKC.PMII Jawa Barat) 2014-2016

 

 

Secara fitrah, manusia di bekali akal dan nafsu dalam menjalani pengembaraannya di dunia yang fana ini. namun mayoritas di antara seantero manusia lebih mengedepankan nafsu ketimbang akal. Kadangkala nafsu mereka jadikan raja dan akal oleh mereka di jadikan budak.

Meskipun secara realitas seperti itu, besar harapan hati apa yang tertera dalam pembahasan ini bukan timbul dari ambisi yang bermuara dalam nafsu, akan tetapi timbul dari akal yang berdasarkan dari referensi- referensi, pengalaman dan wawasan yang semoga memiliki nilai positif bagi pembaca dan termotivasi selalu ingin bergerak pada kebaikan.

Kita sebagai insan berakal terlebih lagi yang memiliki predikat mahasiswa sudah tentu mampu berfikir dan dapat menyelesaikan permasalahan dengan berbagai macam pertimbangan yang bijak serta keterampilan dari potesi-potesi individu. Apalagi kita sebagai warga pergerakan (baca:PMII) mengenal paradigma kritis transformatif.

Dengan tulisan ini saya berharap, kita sebagai kader PMII mampu berdialektika menyelesaikan permasalahan-permasalahan masyarakat hari ini. Karena tidak bisa di nafikan lagi kita yang berjubah PMII harus mampu mengawal kaum-kaum Mustad’afin seperti yang selalu kita gaungkan bahwasannya ditangan kita tergenggam arah bangsa.

 

Gerakan Mahasiswa (PMII Awal)

 

Mungkin kita pernah membaca ataupun seperti yang di ketahui bahwa PMII sebagai organisasi yang bergerak untuk social dan mengawal kebijakkan-kebijakkan parlementer. Artinya gerakan mahasiswa (PMII awal) lebih bergerak pada khittah gerakannya sehingga mampu mengantarkan TRITURA dan menumbangkan rezim Orde Lama kerana memang rezim orde lama sudah di anggap salah langkah dalam mengelola negara. Itulah salah satu bukti gerakan mahasiswa dengan jargon wadahnya (organisasi) sendiri dan ikut serta atas keterlahirannya Orde Baru sebagai langkah koreksi total terhadap kebijakan rezim Orde Lama.

Kenyataan sejarah menunjukan betapa besar peran gerakan mahasiswa islam indonesia dalam kebangkitan suatu gerakan politik mahasiswa di indonesia dan merupakan salah satu penegak Orde Baru di indonesia, setelah melihat orde baru memberikan kesempatan bagi indonesia untuk masuk ke abad XX dan dapat dikatakan mampu mengeluarkan indonesia dari keterbelakangan dan keterpurukan.

Berkat reputasinya dalam berjuang melawan rezim Orde Lama maka PMII menjadi animator dan lobby pemuda serta mahasiswa di indonesia. Pergerakan mahasiswa islam indonesia mengorganisir perjuangan melawan kekuatan-kekuatan rezim Orde Lama dan menstimulir. Berkat sikap mereka yang tegas keterlibatan mahasiswa dan pemuda untuk berpihak pada Orde Baru dengan demikian ia menjadi kelompok penekan (pressure group) yang memihak pada kepentingan bangsa dan negara. Karena dinamika organisasi kemahasiswaan sangat terkait pada misinya, pandandangan dan cita-citanya. Rumusan visi mahasiswa tentang masa depan ataupun pandangan dan cita-citanya berhubungan erat dengan dinamikanya. Dari itulah jelas sekali bahwa visi, pandangan dan cita-cita PMII berkaitan dengan mesyarakatnya yaitu masyarakat indonesia.

 

  1. Sejarah Gerakan Mahasiswa

 

Sejarah gerakan mahasiswa timbul atas dasar kesadaran communal dan penghormatan terhadap pluralisme menjadi corak tertentu yang ada dalam masyarakat indonesia saat ini. Dari hal tersebutlah tercipta sebuah nilai loyalitas nasionalisme terhadap masyarakat pinggiran sehingga menjungjung tinggi perbedaan dan keseimbangan relasi di dalam masyarakat menjadi kesadaran yang tinggi dan menjadi semangat kebangsaan pada setiap kader gerakan mehasiswa kebangsaan. Nilai dan semangat nasionalisme terbangun dalam lingkungan keluarga dan realitas social termasuk di dalam universitas yang memiliki kolerasi positif terhadap pembentukan karakter kebangsaan kader gerakan.

Dengan demikian pemahaman terhadap nalar pluralisme manusia harus di dekontruksi menjadi sebuah nalar teologi transformatif agar dapat membentuk pola karakter kader gerakan kebangsaan yang sesungguhnya, selalu bersikap kritis dengan realitas yang ada dan hegemonik.

Gerakan-gerakan mahasiswa tentu mempunyai wadah (organisasi) tersendiri sebagai wahana geraknya. Karena tidak mungkin tercapai suatu keberhasilan yang di harapkan tanpa bersatu, dalam arti kata bergerak secara individu. Salah satu diantara sekian banyak wadah mahasiswa yaitu PMII yang mana sebagai salah satu wadah (organisasi) mahasiswa yang berideologi ahlussunnah waljamaah.

 

  1. Romantisme 98

 

Gerakan mahasiswa 98 yang waktu itu sempat mengusung salah satu agenda reformasi pada butir ke 6 yang berbunyi otonomi daerah yang kemudian diimplementasikan dalam UU No. 22 tahun 1999 membawa dampak yang sangat penting bagi gerakan mahasiswa dikarenakan persoalan otonomi daerah akan mengarah kepada dua isu besar dalam tatanan social kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara, Yaitu desentralisasi dan dekosentralisasi. Persoalan otonomi tidak berkait pada penyelenggaraan negara saja, akan tetapi berlaku bagi organisasi social politik masyarakat serta organisasi mahasiswa kebangsaan lainnya, yang sampai detik ini tidak bisa melepaskan diri dari sentralisasi isu dalam gerakan mahasiswa yang terpusat pada jakarta.

Desentralisasi dan Dekosentralisasi menjadi sangat strategis sebagai salah satu komponen penting dalam gerakan social. Pemberdayaan masyarakat akan membuka peluang yang luas pada masyarakat banyak dalam merumuskan dan membantu kebijakan politik pemerintah atau organisasi kemasyarakatan lainnya. Jelas tertera bahwa pergerakan-pergerakan mahasiswa sebagai patron dan kekuatan dalam menumbangkan Tirani yang hegemonik.

Eksponen 66 mahasiswa mampu menumbangkan rezim Orde Lama dengan mengantarkan Rezim Orde Baru sebagai sentralisasi kepemimpinan. Tahun 1978 simpati mahasiswa terhadap orde baru mulai meluntur dan merubah haluan menjadi antipati sehingga gerakan-gerakan mahasiswa pada tahun 1978 cenderung melawan rezim orde baru yang mengkooptasi, hegemoni, dan menindas. Romantisme 1998 gerakan mahasiswa berhasil menjatuhkan rezim orde baru. itulah gerakan kebangsaan yang selalu bersikap kritis atas realitas yang ada dan hegemoni, peduli akan bangsa dan negaranya dengan selalu bergerak untuk masyarakat dan mengawal kebijakan-kebijakan parlementer.

 

  1. Gerakan Mahasiswa Pasca Reformasi

 

Gerakan mahasiswa pasca reformasi, apahkah sama dengan gerakan-gerakan mahasiswa zamannya rezim orde lama atau masanya orde baru yang begitu tegas dan kritis terhdap setiap kebijakan politik serta peka terhadap problematika social yang terjadi di masyarakat? perubahan kesadaran kader kebangsaan yang tidak berkonsentrasi pada persoalan problematika kebangsaan serta memfokuskan diri pada persoalan keagamaan menjadikan paradigma berfikir kader kebangsaan terdistorsi pada satu pola gerakan masa lalu.

Perubahan struktur elit kebangsaan membawa perubahan yang substantif hampir di seluruh komunitas kebangsaan. Pergeseran cara pandang komunitas nasionalis kebangsaan di samping dipengaruhi oleh kentalnya patronase dan klan dalam tradisi kaum kebangsaan, tapi juga lebih pada pertimbangan sebuah pilihan yang pragmatis dan ekonomis dalam merespon persoalan atas realitas dunia yang sangat kapitalistik dalam suatu realitas dunia yang konsumeristik dan akhirnya terjadi suatu distorsi pemikiran paradigma kader kebangsaan. Bukan hanya itu saja, gerakan-gerakan mehasiswa saat ini juga hanya cenderung bergerak dalam persoalan-persoalan suksesi kepemimpinan nasional dan tidak mau berdampingan dengan kekuatan rakyat dan buruh yang senantiasa menggugat persoalan perut rakyat yang lapar.

Dari sini terlihat jelas bahwa gerakan mahasiswa yang membawa jargon-jargon kebangsaan telah pudar di mata masyarakat dikarenakan terlampau elitis sehingga tidak lagi berbasiskan kepada rakyat dengan tidak membawa isu-isu yang populis mengenai persoalan rakyat kecil karena hanya mau memainkan isu-isu elite politik di parlemen. Beranjak dari pemahaman tentang penomena gerakan mahasiswa kebangsaan di atas apakah masih relevan posisi mahasiswa sebagai kekuatan politik atau agent of change? gerakan mahasiswa sebagai pendorong perubahan dalam konteks kekinian memperlihatkan kecenderungan menurun, karena tidak ada suatu kreasi yang kreatif dari kalangan mahasiswa itu sendiri dan mereka juga tidak mampu merumuskan gerakan-gerakan yang kreatif. Sebaiknya kita telusuri factor penyebabnya mengapa factor tersebut dapat terjadi?

Jika saat ini yang menghegemoni aliran modernisme dan developmentalisme, dengan melihat posisi yang demikian itu gayuh mahasiswaterletak bukan pada kuantitasnya, akan tetapi justru titik gayuhnya ada pada kualitasnya. Masalahnya sekarang ini ialah, sampai seberapa jauh takaran perhatian mahasiswa secara kualitas terhadap masyarakat dan seberapa besar jiwa social dan nasionalisme yang terbangun dalam individunya. Hal ini merupakan pertanyaan sederhana yang sebenarnya tidak mudah dan cukup panjang untuk di jawab.

Menjadi tidak mudah untuk menjawabnya sebab di tengah kehidupan politik yang di penuhi oleh gerakan ” Politik Mencari Makan” arus dinamika kampus yang mulai pergmatis, terkikis daya kritis dan idealisme, serta transisi demokrasi dan reformasi yang belum juga mampu menemukan bentuk dan system yang paling ideal. Menjadi cukup panjang sebab jawaban atas pertanyaan itu salah satunya harus di mulai dengan kembali kembali melakukan lacak historis. Menjawab pertanyaan itu sama artinya memaksa mahasiswa untuk membedah posisi dan peran mahasiswa pasca reformasi, terutama dalam arah gerakan mahasiswa. Tanpa berkaca pada sejarahnya sendiri, mahasiswa ibarat badan tanpa nyawa dan tidak akan tahu bagaimana peran mahasiswa dulu seperti apa.

Pijar-pijar kritisme, radikalisme dan idealisme mahasiswa dalam mengusung dan memprjuangkan semua cita-cita dan system nilai yang di yakini benar, semua itu dapat dengan jelas dibaca dalam lembar-lembar dokumen, peristiwa dan produk hukum yang sudah tercatat dalam buku-buku. Lembar sejarah juga menunjukan realitas eksistensi gerakan mahasiswa yang lahir dari sebuah keyakinan bahwa sikap kritis mahasiswa itu terletak pada kekuatan daya penalarannya, dan merupakan kebijakan yang menentukan hajat hidup dan nasib jutaan rakyat indonesia. Gerakan mahasiswa pasca reformasi lebih cenderung terkonsentrasi pada wilayah gerakan kepentingan individu atau kelompok yang lebih banyak melupakan kepentingan-kepentingan masyarakat (civilis society) yang mana merupakan kepentinagn bangsa. Gerakan mahasiswa kekinian juga lebih cenderung hedonis pragmatis seakan lupa terhadap khttah mahasiswa yang mempunyai beban moral dan beban social yang harus mampu dipertanggung jawabkan di depan bangsa indonesia.

Kapitalisme global sudah banyak mempengaruhi mahasiswa dari kritis, radikalis dan idealis berubah mernjadi modernis konsumeristik, oportunistik, dan pragmatis. Degradasi nalar kritis gerakan mahasiswa memberi dampak besar terhadap pergerakan bangsa indonesia baik secara primordial ataupun secara comunal. Semoga sedikit goresan tinta ini menjadi insvirasi bagi sahabat-sahabat pembaca untuk terus berpikir progres demi terwujudnya tatanan indonesia yang lebih baik menyongsong perubahan zaman yang semakitn camuraut.dan semoga juga tulisan ini mampu merevitalisasi nalar kritis dan gerakan-gerakan radikalis mahasiswa yang selama ini mengalami degradasi. Empaworing mind dan move action mahasiswa semoga kembali dapat menjadi loud speaker aspirasi dan kepentingan masyarakat.

 

 

BAHAN BACAAN

Yoedhanegara, Desentralisasi Gerakan Mahasiswa; DPP Aliansi Wartawan Indonesia:2005 Hlm:4

Alfas Fauzan,PMII: Dalam simpul-simpul sejarah; PB.PMII:2006 hlm:152

disajikan pada pelatihan kader dasar (PKD) di transito tugu Semarang