Rahasia Kekuatan Banser

1258

Oleh : Nugie Dwi Nugroho Kustanto *)

Meski banyak dinyinyir karena menjaga gereja, Banser mempunyai rahasia yang membuat kedudukan mereka tak tertandingi. Mereka memang digembleng dengan berbagai macam ilmu kesaktian ala pejuang kemerdekaan dulu, tapi bukan itu rahasia kekuatan mereka.

Rahasia kekuatan mereka adalah kecintaan pada ulama.

Banyak banser hanyalah laki-laki desa biasa, yang tidak dibayar, yang berkhidmah hanya karena ingin dapat berkahnya ulama. Mereka juga tidak punya kecanggihan untuk memutuskan menjaga gereja, mereka hanya menjalankan perintah ulama.

Banser banyak pengorbanan.

Mereka rela mengatur jalan, tidak mendengarkan ceramah ketika acara pengajian atau maulud Nabi. Padahal mereka juga tentu sangat ingin sekali melihat kiai atau syaikh yang hadir, mendengar ceramah beliau dan mencium tangan mereka.

Tapi mereka rela tugas di jalan. Seperti dalam foto banser berbaris dibawah ini, banser berbaris di jalan raya Pekalongan setelah acara Maulid di Pesantren At-Taufiqi selesai. Mereka bertugas paling awal, makan paling akhir dan pulang paling akhir.

Tentu tidak banyak yang memiliki keistimewaan seperti itu.

Meski tidak mendengarkan mauidhoh hasanah, tidak mencium tangan syaikh yang hadir, tapi diantara yang hadir mereka yang mendapat paling banyak.

Banser-lah yang mendapatkan paling banyak.

Maulana Habib Luthfi sampai dawuh: “seandainya Alloh menjadikan aku ahli surga, maka pemberian Alloh itu tidak akan aku ambil sebelum semua banser masuk surga”.

Setahu saya tidak ada yang mendapat kemuliaan sampai seperti banser itu.

Bahkan MATAN (Mahasiswa Ahli Thorikoh Muktabaroh An-Nahdiyyah) yang beliau besut sendiri-pun tidak beliau sebut dengan cara seperti itu.

Itulah kekuatan terbesar banser. Nyinyiran bisa malah jadi negativitas yang kembali pada penyinyirnya.

Mereka bisa bertanya pada diri mereka sendiri: “sampai dimana kecintaan dan pengorbanan saya pada ulama sebagai warotsatul anbiya?”

Banser memberikan semuanya. Riyanto gugur dalam rangka menjalankan perintah ulama.

Menjaga gereja hanyalah sebagian kecil yang mereka lakukan, tapi mereka dihujat hanya bagian kecil itu. Yang paling banyak dan tidak terhitung adalah keterlibatan mereka melancarkan berbagai event ulama.

Bahkan menjaga gereja pun bukan atas inisiatif pribadi, tapi atas perintah ulama. Tujuannya juga bukan untuk menjaga gereja itu sendiri tetapi adalah untuk menjaga NKRI.

Banser bukanlah orang yang pinter berdebat. Tapi kecintaan mereka terhadap ulama membuat mereka mampu memahami hal yang sulit dipahami orang berpendidikan tinggi: tugas mayoritas adalah melindungi yang minoritas.

Tugas muslim adalah membuktikan Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Tugas muslim adalah menunjukkan akhlak yang tinggi. Membuktikan sebagai khoiru ummah.

Tugas muslim adalah mengayomi yang lemah, meyakinkan agar tidak ada yang terdhalimi dibawah kekuasaan muslim ketika menjadi mayoritas.

Dari mana mereka bisa memahami yang kompleks itu, yang banyak orang pintar bergelar sarjana, doktor bahkan profesor gagal memahaminya?

Karena ketaatan dan kecintaan pada ulama.

Karena ketaatan itu, mata hati mereka dibuka. dirahmati dan dipahamkan Alloh.

Bagaimana reaksi kita muslim Indonesia dengan sikap sebagian penduduk eropa yang melindungi masjid dengan membentuk pagar manusia untuk melindungi masjid disana ketika masjid tersebut mendapat ancaman?

Kita senang

Islam yang dibawa Rasulullah, kemudian para sahabat dan ulama terdahulu, sebagaimana cerita Syaikh Ahmad Ad-Dabbagh Mursyid Thoriqoh Syadhiliyah di Inggris adalah seperti bunga mawar harum nan indah yang siapapun akan menyukainya.

Kewajiban kita menunjukkan itu. Banser dikenal dunia karena perannya itu. Islam Indonesia dikenal dan dipuji dunia karena apa yang dilakukan banser.

Ditulis sebagai penghargaan untuk Riyanto, pahlawan Banser yang telah memberikan nyawanya untuk kedamaian NKRI.

Riyanto membuktikan Islam rahmatan lil alamin, dan kemuliaan hamba yang mengikuti akhlak Nabi Muhammad SAW.

Sebagaimana pengabdiannya semoga Riyanto dikumpulkan bersama ulama amilin, auliya sholihin dan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Lahul fatihah.

*Penulis merupakan Banser surakarta solo