PMII Komisariat STAINU Bogor Gelar Diskusi Aswaja dan Kebangsaan

280

Bogor,- Islam Ahlussunah Wal Jama’ah merupakan paham keagamaan yang menekankan pada aktualisasi nilai-nilai Islam berupa keadilan (ta’adul), kesimbangan (tawazun), moderat (tawassuth), toleransi (tasamuh) dan perbaikan (ishlahiyah). Ajaran ini merujuk padapaham yang diamalkan oleh Rasulullah , sahabat-sahabatnya , dan para pengikutnya.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Biro Kaderisasi PKC PMII Jawa Barat Fachrrizal dalam diskusi rutin dengan materi Aswaja dan Kebangsaan yang diselenggarakan PMII Komisariat STAINU Bogor, Rabu (16/11) di Bogor.

Menurutnya, Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia yang didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 Hijriyah/31 Januari 1926 Masehi, pada awal lahirnya sebagai respon terhadap paham dan gerakan Wahabi. Motivasi utamanya adalah untuk mempertahankan paham Aswaja ini.

“Memperkuat nilai-nilai Aswaja dalam konteks kebangsaan Indonesia sangatlah penting. Didalam Agama dikatakan  Hubbul Wathon Minal Iman. Mencintai tanah air sebagai salah satu standar keimanan. Karena itu, nilai-nilai Aswaja yang ramah ini relevan dengan realitas masayrakat Indonesia yang multi agama, ras, suku bangsa, dan multibudaya”, tuturnya.

Sayangnya, lanjut pria yang dipanggil Fras ini, wajah Islam ramah ini seringkali dinodai oleh model Islam garis keras dengan dalih Jihad dan Amar Ma’ruf Nahyi Munkar.

“Aksi kekerasan tersebut sesungguhnya sangatlah berlawanan dengan ajaran Islam yang mulia seperti kedamaian dan persaudaraan” terangnya.

Demikian juga aksi kekerasan tersebut tidak sejalan dengan Piagam Madinah, Konstitusi Negara RI (UUD 1945), falsafah bangsa (Pancasila) dan semboyang bangsa (Bhineka Tunggal Ika).

“Aktualisasi nilai-nilai Aswaja NU itu dapat menjadi salah satu solusi untuk mencegah maraknya aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama”, tambahnya.

Sementara itu Ketua Komisariat STAINU Bogor Imam Shodiqul Wa’di mengatakan pentingnya untuk memperkuat nilai-nilai Aswaja dikalangan mahasiswa semakin lama semakin pudar  ternodai oleh faham-faham ekstrimis-radikalis melalui berbagai model gerakannya.

“Negara kita bukan hanya milik satu agama, ras, ataupun suku. Tidak kalah pentingnya dalam menjaga keharmonisan bangsa dan menjaga keutuhan NKRI, pemerataan kehidupan sosial sebagai mana yg termaktub dalam Pancasila seyogianya dapat dipenuhi oleh penyelenggara negara.

Dikatakan oleh Imam, sebagai kampus berbasis Nahdlatul Ulama PMII harus menjadi yang terdepan terus giat mendakwahkan nilai-nilai Aswaja ini ditengah-tengah masyarakat kampus. (M. Fathurohman/Edi)