Peringatan Hari Lahir Pancasila Momentum Perkuat Tekad Mengamalkannya

116

Bandung, (ansorjabar online)

Bertepatan dengan bulan suci Ramadhan,, belasan lembaga dari komunitas pemuda, mahasiswa, Perguruan tinggi, lintas gama menggelar peringatan hari lahir Pancasila dengan tajuk “Ngabuburit Pancasila”, Kamis (01/06/2017),  bertempat di Wisma Sejahtera, Jl. Ir. Djuanda, Bandung . Diantara pemrakarsa acara yaitu  Center of Diversity and Piece Studies, Jakatarub, PW GP Ansor Jabar, Forum Lintas Agama Deklarasi Sancang, Universitas Maranatha, Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika, LBH Bandung, GMKI, dan yang lainnya.

Dalam kesempatan tersebut diisi dengan Talkshow melibatkan pembicara antara lain Antropolog Dr. Kartini Sjahrir, Koordinator FLADS Ki Agus Zaenal Mubarok, Ketua PW GP Ansor Jawa Barat Deni Ahmad Haidar, Rektor Universitas Maranatha Prof. Ir. Armein Z.R. Langi, M.Sc., Ph.D, Koordinator Jakatarub Wawan Gunawan, Aktivis HAM Muhammad dan Cendekiawan Muslim Prof. Dr. Hj. Musdah dengan dipandu oleh Nia Syarifudin dari ANBTI.

Cendekiawan Muslim Musdah Mulya mengatakan bahwa Peringatan Hari Lahir Pancasila harus dijadikan momentum memperkuat tekad seluruh komponen bangsa untuk mengamalkannya.  Menurutnya, ditengah permasalahan yang melilit bangsa ini, tidak sedikit pihak yang menggugat keberadaan Pancasila sebagai ideologi Bangsa.

“Mereka menganggap Pancasila tidak jalan. Karena itu, tidak cukup dengan diperingati, saya mengajak dalam momentum ini agar nilai-nilai luhur Pancasila sungguh-sungguh diamalkan dalam laku kehidupan bangsa,” kata Guru Besar UIN Jakarta ini.

Untuk mengamalkannya, lanjut Musdah, komunitas civil society harus mendorong kesadaran masyarakat sola hak dan kewajiban warga Negara.

“Komunitas Civil society selama ini banyak diam  soal Pancasila. Sebab Negara ini dibangun dengan kontrak sosial, dan Pancasila sebagai aturan bersamanya” lanjutnya.

Kemudian, Musdah juga mengkritisi sikap dan kebijakan elit Negara baik di pemerintahan, korporasi dan tokoh agama yang mengabaikan kepentingan rakyat secara luas.

“Ada juga penista Pancasila. Yaitu pemimpin serakah yang tidak mementingkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat, korporasi yang hanya mementingkan untung sendiri, dan juga tokoh yang menjadikan agama sebagai tameng merebut kekuasaan,” tegasnya.

Pembicara lainnya Ki agus Zenal Mubarok mengatakan bahwa Pancasila merupakan perjanjian luhur (Mitsaqon Gholidzo) segenap komponen bangsa Indonesia yang beragam. Dalam kaitan hubungan agama dan Negara, Pancasila telah diabsahkan oleh para pendiri bangsa. Senada dengan Musdah, kata Deden yang terpenting adalah pengamalannya.

“Pancasila itu sudah final. Pertanyaannya, Pancasila sebagai sistem nilai dan pedoman hidup itu sudah kita amalkan atau belum?,” ujar Koordinator FLADS tersebut.

Selain talkshow, dalam kesempatan tersebut menampilkan pentas seni nasyid, tarian nusantara, puisi, doa lintas agama dan ditutup dengan buka bersama. (edi)