Peran Kiyai dalam Percaturan Politik di Pilgub Jawa Barat

105

Peran Kiyai dalam Percaturan Politik di Pilgub Jawa Barat

Pemilihan Kepala Daerah di tingkat provinsi secra serentak yang akan dilaksanakan di Indonesia itu merupakan sebuah proses pesta demokrasi yang biasa diselenggarakan setiap lima tahun sekali. Termasuk di provinsi Jawa Barat, ada beberapa kandidat yang siap bertarung dikancah pemilihan kepala daerah 2018 ini untuk menjadi pemimpin Jawa Barat. Semua kandidat berlomba-lomba melakukan strategi pemenangan untuk pilkada Jawa Barat di tahun ini, termasuk peran partai politik mewarnai pesta domokrasi ini dengan menjagokan masing-masing kandidat melalui strategi jitunya masing-masing. Baik itu dilakukan melalui pencitraan dalam media secara tidak langsung atau juga itu dilakukan dengan pendekatan langsung ke masyarakat sebagai sebuah pencitraan untuk menarik simpati publik. Pendekatan langsung terhadap masyarakat salah satunya ini dapat dilakukan dengan menggunakan strategi pendekatan ketokohan yaitu strategi pendekatan kandidat termasuk partai tertentu, mereka mencoba merangkul Kiyai pesantren sebagai tokoh Agama yang disegani masyarakat dan begitu juga terhadap Kiyai panggung, mereka sowan terhadap para Kiyai untuk meminta dukungan dalam pilgub jabar nanti. Adanya perkawinan visi dan misi antara kandidat dengan Kiyai itu bisa disasari dengan kere’laan dan kematangan dalam dialektika percaturan politik Kiyai dalam mendukungnya, Dan bisa juga itu didasari dengan ketidak tahuannya dalam dunia politik sehingga menerima dan mendukung kandidat yang mengunjunginya tanpa mempertimbangan kebijakan dan langkah politik secara matang. Tidak terlepas dari dialektika pencalonan untuk pemenangan di pilgub nanti, peran Kiyai merupakan peran penting yang dapat mempengaruhi suara masyarakat dalam menentukan pemenangan pada percaturan politik dalam pemilu Jabar. Pada dasarnya bahwa peran Kiyai bukan hanya memberikan pengaruh terhadap percaturan politik dalam pemenangan pilgub jabar melainkan dapat mempengaruhi perubahan kehidupan masyarakat baik dibidang Agama, juga sosial. Karena mereka mempunyai posisi yang strategis dan sentral dalam masyarakat. Kiyai merupakan tokoh sentral dalam masyarakat, Maka dalam hal ini Kiyai harus bijak dalam menghadapi dialektika politik dalam pemilihan gubernur di Jawa Barat ini. Karena peran Kiyai secara ideal adalah bersih dari politik praktis dan mengembalikan posisi sebagai organisasi sosial keagamaan yang mengedepankan kegiatan keagamaan, pendidikan, sosial, serta mengembalikan peran Kiyai sebagai pemimpin yang seutuhnya.
Apabila kita kaitkan Kiyai dengan pengikut masyarakat maka Kiyai dapat diklasipikasikan kedalam dua kategori yaitu; 1). Kiyai yang mempunyai pengikut lebih banyak dan luas. Ini dapat dikategorikan sebagai Kiyai Pesantren, beliau memusatkan perhatiannya untuk mengajar dipesantren untuk meningkatkan sumber daya masyarakat melalui pendekatan pendidikan sehingga disitu terjadi transfer moral dan pengetahuan islam dari Kiyai kepada santri dan begitu juga terhadap masyarakat. Ada juga Kiayi yang mempunyai banyak pengikutnya yang disebut dengan Kiayi Tarekat, beliau memusatkan kegiatannya pada pendekatan bathin (pensucian hati). 2). Kiayi yang memusatkan kegiatannya melalui pendekatan dakwah. Belaiu disebut juga dengan Kiyai panggung,beliau memusatkan dakwahnya di daerrah dengan berceramah dan mempunyai pengikut di daerah, beliau hanya dikenal oleh umat Islam di daerah saja. Ada juga yang disebut dengan Kiyai politik (Kiayi Struktural),beliau mempokuskan kegiatannya pada organisasi Islam terkait dengan isu-isue soisal, Agama, pendidikan dan politik dan insfrastruktur kebudayaan lain. Imam Al-Ghazali mengklasifikasikan Kiyai kedalam dua kategori yaitu Kiyai Dunia dan Akhirat. Pada dasarnya istilah Kiyai semuanya itu memfokuskan pada kegiatan yang bersentuhan dengan nilai spiritual dan soisal. seperti halnya peran Kiayi mulai dr abad ke 15 M. Sampai sekarang tetep mewarnai dan memberikan perubahan kehidupan masyarakat dalam berbagai bidang termasuk dalam aspek sosial dan pendidikan.
Tetapi pada kenyataannya ada beberapa posisi Kiyai dimanfaatkan oleh elite poitik sehingga mereka terjebak dengan dunia politik lupa terhadap tugasnya sebagai Kiyai. Inilah realita yang terjadi saat ini. Maka dalam hal ini penulis mengajak ke semua tokoh agama termsuk Kiyai agar dapat menyikapi percaturan politik pada pilgub Jawa Barat ini dengan bijaksana tanpa mengurangi marwah Kiyai. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa fungsi Kiyai yaitu sebagai; pendakwah (syi’ar), pemimpin rohani, pengemban amanat Tuhan, Pembina umat (masyarakat), penuntun umat (masyarakat), dan penegak kebenaran. Meliahat dari peran dan fungsi Kiyai maka itu sudah sepatutnya bahwa Kiyai harus dapat menjaga marwahnya dalam dialektika politik pada pemilu Jawa Barat yang akan diselenggarakan pada bulan juni 2018 nanti. Karena peran Kiyai ini memberikan pengaruh besar terhadap percaturan politik di Jawa Barat. Jumlah penduduk dijawa Barat merupakan populasi penduduk yang mempunyi hak pilih mencapai lebih tinggi apabila dibandingkan dengan provinsi yang ada di Indonesia bahkan populasi pemilih tetapnya mengungguli Jawa Timur. Seperti apa yang telah disampaikan oleh Yayat Hidayat (Ketua KPU Jawa Barat) yang menyatakan bahwa data statistik telah menunjukan bahwa jumlah hak pilih penduduk Jawa barat pada pilgub Jawa Barat bulan Juni 2018 nanti, saat ini mencapai 31,40 juta jiwa. Ini menunjukan bahwa Jawa Barat akan menjadi icon dan barometer bagi provinsi lain dalam percaturan politik dan pengembangan sosial, ekonomi dan pendidikan. Melihat sumber daya manusia yang begitu besar dalam percaturan politik pada pemilu nanti, maka Kiyai harus dapat memposisikan marwahnya di tengah-tengah percaturanpolitik tanpa mencederai kepercayaan masyarakat.
Lalu apakah Kiyai harus menarik diri dari politik termasuk dalam pemilihan gubernur Jawa Barat nanti? Dalam hal ini, peran dan sikap Kiyai sudah jelas bahwa meraka memiliki kedudukan yang tinggi dan peran penting dalam kehidupan umat baik dalam aspek sosial, Agama, ekonomi termasuk dalam politik. Justru Kiyai harus memberikan penyadaran terhadap masyarakat untuk dapat berperan aktif dalam pemilihan di pilgub Jawa Barat nanti tanpa menggiring masyarakat ke ranah-ranah konflik dalam percaturan politik. Mereka berhak memilih sesuai dengan rasionalisasi mereka terhadap kandidat gubernur Jawa Barat nanti. Dalam hal ini justru kiyai harus bijak dan memahami rekam jejak masing-masing kandidat sebagai sosok pemimpin di jabar yang mendukung dan menghidmatkan untuk kesejahteraan masyarakat Jawa Barat. Karena Jawa Barat ini perlu sosok pemimpin yang bertanggung jawab yang dapat membawa Jawa Barat jauh lebih baik. Baik dari aspek ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan Agama.
By
Hapid Ali (Pengurus PWNU Lakpesdam Jawa Barat)