Pagar Nusa Cirebon siap bentengi Ulama dan bangsa.

1055
Oleh : Amirudin Faisal (Wakil ketua Cabang Pagar Nusa Kab. Cirebon)
Sejak diresmikan menjadi salah satu Badan Otonom NU tahun 2004 pada Muktamar Ke-31 NU di Boyolali, Pagar Nusa terus melakukan pembenahan. Para Pengurus Pagar Nusa hingga kini selalu mengkhidmat kan, mengonsolidasi, dan terus menempa diri agar bisa menjadi organisasi pendekar pencak silat yang mumpuni.
Pagar Nusa merupakan pencak silat khas Nahdlatul Ulama. Anggota pencak silat ini tersebar di berbagai rentang usia, mulai dari yang masih berusia sekolah dasar hingga yang sudah berusia cukup lanjut.
Pagar Nusa memang prinsipnya adalah gerakan beladiri dan olah raga pencak silat, tetapi sesungguhnya, Pagar Nusa tidak sekedar olahraga.
Pagar Nusa sebenarnya adalah gerakan keagamaan, gerakan keolahragaan dan gerakan keindonesiaan dan kebangsaan. Tiga hal ini merupakan tritura dari Pagar Nusa, jangan sampai dipisahkan satu bagian dengan bagian yang lain.
Dasar bela diri dan keolahragaan pencak silat Pagar Nusa harus berdasarkan keagamaan dan tauhid kepada Allah SWT. Selanjutnya, berdasarkan aturan-aturan yang diatur oleh syariat Nabi Besar Muhammad SAW, ia tumbuh dari semangat keagamaan. Dari berkah ketauhidan dan kesyariatan ini, para ulama melahirkan seni bela diri pencak silat yang insyaallah menjadi ciri budaya leluhur bangsa Indonesia.
Hari ini waktunya kita mengekspor budaya kita, bukan hanya mengimpor budaya lain ke negeri Indonesia. Dan untuk itu, kader kader Pagar Nusa harus bisa menelorkan gagasan gagasan dan ide-ide keislaman dan keindonesiaan menjadi ide-ide universal yang bisa diterima oleh alim ulama dari seluruh masyarakat dunia.
Alhamdulillah pemikiran-pemikiran keagamaan ini bisa diterima dengan baik, berdasarkan tawassuth tasamuh tawazun dan i’tidal, garis moderasi dan garis yang mengangkat secara internasional masalah persamaan, keadilan dan persaudaraan.
Oleh karenanya, di dalam bidang seni béladiri dan keolahragaan, diharapkan Pagar Nusa duduk menyatukan kembali beberapa sumber-sumber yang sampai hari ini masih berserakan untuk disatukan sehingga dalam Pagar Nusa hanya ada satu metodologi yang diikuti. Setelah itu, Pagar Nusa harus melakukan kontak-kontak dengan organisasi-organisasi atau gerakan olah raga lain yang ada di Indonesia ini sehingga terjadi perpaduan olah raga dalam suasana persaudaraan, saling mengenal dan saling bersatu.
bukan hanya seni béladiri dan olah raga saja yang disebarkan secara nasional,akan tetapi yang difikirkan, bagaimana mengekspor metode Pagar Nusa ini dengan prestasi yang membanggakan, dan memang pantas untuk ditampilkan dalam skala internasional dan ini memerlukan kerja keras.
Ciri khas daripada pagarnusa adalah  berdasarkan akhlakul karimah dan tauhid para ulama nahdliyyah, yang berjalan diatas kebenaran dan syariat, yang akan menumbuhkan kekuatan yang disebut laa gholiba illa billah, harus terwujud dalam wadah yang sehat dalam sistem dan organisasi yang sehat dan jangan lupa setiap orang yang tinggi ilmunya, biasanya ia semakin tawadhu dan biasanya ketawadhuan merupakan bagian dari pendekar-pendekar Pagar Nusa, karena ciri pendekar sejati adalah kerendahan hatinya.
Pencak silat dan olahraga beladiri harus disambungkan dengan keindonesiaan kita, Indonesia yang mempunyai akar budaya luar biasa, memerlukan cara jitu untuk mengembangkan agama di dalam seluruh budaya dan mengangkat budaya yang ada selaras dengan ajarah rasulullah Muhammad Saw, bukan menghadapkan kemurnian syariat dengan budaya yang akhirnya membenturkan sesama anak bangsa sendiri.
Insyaallah dengan demikian, maka Pagar Nusa akan menjadi pergerakan yang berkhidmat untuk ulama dan bangsa dan termasuk  bagian dari Republik Indonesia dan bagian dari negara kesatuan republik Indonesia. Mudah-mudahan Pagar Nusa ke depan bisa maju dengan mantap mahabbah ilallah.
Yang jelas Pagar Nusa jangan sekali-kali jangan menjadi organisasi massa, dan partai politik praktis.
Pagar Nusa harus menjadi organisasi pergerakan kader, pelatihan-pelatihan pada tiga sektor (keagamaan, keolahragaan dan keindonesiaan)
Kader-kader pagarnusa yang militan meskipun sedikit tapi terpilih dan terorganisir perlu ada di lingkungan Nahdlatul Ulama, sekali tempo, sewaktu-waktu digerakkan, tanpa menunggu jam, tetapi menit, mereka akan bergerak bersama-sama membela negera Republik Indonesia.
Pencak Silat Nahdlatul Ulama (Pagar Nusa) tidak hanya sekedar merawat tradisi luhur Nusantara dalam seni bela diri, namun memiliki tujuan pengabdian untuk menjaga marwah kiai sekaligus menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sejak awal dibentuk, Pagar Nusa terbukti konsisten menjaga keseimbangan dalam keamanan nasional maupun di internal pesantren. Para pendekar dan kader Pagar Nusa mampu menjadi tonggak yang kokoh, sebagai benteng fisik, dan spiritual bagi komunitas pesantren. Pagar Nusa juga berkomitmen untuk menjaga kesatuan NKRI di tengah ancaman disintegrasi bangsa.
Di tengah arus deras Islamisme, bagaimana  Pagar Nusa mempersiapkan diri?
Tantangan radikalisme dan merebaknya ideologi transnasional yang masuk ke Indonesia melalui jaringan organisasi internasional, ataupun lembaga-lembaga yang terkoneksi dengan politik internasional perlu direspons secara strategis.
Bagaimanapun, Pagar Nusa bukanlah barisan paramiliter. Pagar Nusa tidak menyiapkan kadernya dalam pertarungan kasar yang hanya mengandalkan kekuatan fisik.
Para pendekar Pagar Nusa dilatih memiliki kekuatan fisik, kecerdasan emosional, dan kematangan spiritual. Sesepuh Pagar Nusa, almarhum Kiai Maksum Jauhari (Gus Maksum) menjadi teladan bagi para kader dan pendekar Pagar Nusa.
Akan tetapi, Pagar Nusa memiliki tanggung jawab untuk menjaga keamanan negeri. Para pendekar khos (khusus) yang dimiliki Pagar Nusa memiliki peran-peran strategis, yang tidak perlu dikampanyekan di ranah publik.
Peran sangat terasa, cepat dan signifikan jika menghadapi tantangan yang dirasa perlu mendapatkan respons. Ada standar dan kriteria masalah ataupun tantangan yang menjadi tanggung jawab Pagar Nusa.
Tidak semua hal harus direspons, tidak semua masalah harus dijawab secara reaktif. Pagar Nusa selama ini memilih bekerja secara efektif, bergerak dalam diam, namun kontribusinya  maksimal dalam menjaga kedaulatan bangsa, mengawal integrasi NKRI.
Yang jelas kami berprinsip bahwa jurus tertinggi dalam peperangan adalah bagaimana menaklukkan musuh tanpa harus berperang.
Di sisi lain, Pagar Nusa juga mengabdi untuk terus mengawal kiai-kiai pesantren yang menjadi panutan kami.
Jika kehormatan kiai dilecehkan dan dihina, Pagar Nusa tidak akan tinggal diam. Ini komitmen Pagar Nusa menjaga simbol pesantren apalagi simbol-Simbol NU dan Negara. Jika simbol pengetahuan NU dilecehkan, sama halnya tidak ada penghormatan atas jamaah (komunitas) Nahdliyin dan Jam’iyyah (organisasi) Nahdlatul Ulama dan para founding father bangsa ini.
Lalu, bagaimana cara Pagar Nusa menjaga NKRI di tengah arus deras islamisme dan radikalisme berbasis agama?
Arus islamisme merupakan gelombang formalisasi agama yang berusaha membangun kekuatan politik untuk kepentingan kekuasaan. Islamisme menggunakan kendaraan agama untuk masuk ruang kekuasaan dan politik. Inilah yang terjadi belakangan ini di Tanah Air, berupa kebencian-kebencian yang ditanamkan di mimbar-mimbar masjid dan forum forum diskusi lainnya.
Kebencian yang diserukan secara heroik dengan menggunakan jubah agama akan berbahaya bagi kesatuan umat. Seharusnya kita meminggirkan egoisme politik di lingkaran kesejukan agama. Islam mewartakan perdamaian dan kesatuan umat. Inilah yang harus menjadi renungan bersama.
Yang jelas Terhadap kelompok yang mengancam kesatuan dan kedaulatan NKRI, Pagar Nusa tidak akan tinggal diam. Mereka yang berteriak melawan negara atau bahkan berusaha merobohkan negara, harus berpikir ulang. Pagar Nusa berkomitmen untuk terus mengabdi menjaga negara. Sesuai kaidah yang menjadi rujukan: hubbul wathan minal iman , cinta tanah air /negara merupakan bagian dari iman.
Mencintai negara, sekaligus menjaga agar keamanan dan sistem sosial-politik stabil. Jika sistem stabil maka ekonomi, pendidikan, dan kebudayaanu akan mendapat dukungan untuk kreasi terbaik. Akan tetapi, dukungan Pagar Nusa terhadap negara dibarengi dengan sikap kritis untuk mendorong pemimpin bangsa bekerja untuk kemaslahatan umat.
“Tasharruful imam ‘ala al-ra’iyyah manuthun bil maslahah “, kebijakan seorang pemimpin haruslah terkoneksi dengan kemaslahatan publik. Jadi, kaidah yang menjadi fondasi prinsip Pagar Nusa terhadap pengabdian kepada negara dan dukungan kepada pemimpin yang berorientasi pada maslahat berada pada garis stabil.
Salam hormat kami