Padasuka ; Membalas Penghormatan kepada Bung Hatta dengan Doa, Damai dan Cinta

121

Padasuka ; Membalas Penghormatan kepada Bung Hatta dengan Doa, Damai dan Cinta

Padepokan Dakwah Sunan Kalijaga yang di pimpin oleh KHR. Syarif Rahmat, RA, SQ, MA mengadakan kegiatan pengajian dengan tema “Munajat Anak Negeri”. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Tanah Kusir, Kebayoran Baru. Tepatnya berlokasi di Komplek Makam Pahlawan, terkhusus di Makam Tokoh Proklamator yaitu Bung Hatta (16/08/17). Menurut koordinator kegiatan, Ali Rahman yang ditemui disela-sela pengajian. “Acara ini memang diadakan di makam para pahlawan, adalah upaya untuk mengenang jasa pahlawan karena jika pahlawannya saja tidak dikenal apalagi nasehat-nasehatnya”.

“Padepokan Dakwah Sunan Kalijaga adalah salah satu Majlis Dzikir dan Ilmu yang sampai saat ini masih komitmen dalam menjaga keutuhan Budaya Bangsa Indonesia di tengah banyaknya paham-paham ideologi baru yang merongrong kesatuan Bangsa dan Negara yang kita cintai ini” Ujar laki-laki yang juga pendekar Pagar Nusa.

Acara dimulai dengan membacakan Shalawat Syiirian Gus Dur, lalu membaca dzikir dan doa munajat yang dihadiahkan untuk keselamatan negeri, ceramah Agama dari KH. Syarif ditutup dengan doa dan ziarah ke cungkup makam Bung Hatta.

Dalam ceramahnya Kiai Syarif sapaan akrabnya mengutarakan bahwa “kalau Bung Karno dan Bung Hatta juga para pahlawan lainnya telah memberikan penghormatan kepada kita semua, memuliakan kita semua, membuat kita bisa hidup senyaman ini, maka sepatutnya kita wajib memberikan pengormatan kepada mereka dengan sebaik-baiknya”.

“Jika kamu di hormati dengan satu penghormatan, balaslah olehmu penghormata tersebut dengan lebih baik dari penghormatan dia. Atau sekurang-kurangnya balas seperti apa yang kamu terima dari dia. Tidak boleh kurang” Ujar kiai yang juga Anggota Dewan Kebudayaan LESBUMI-NU.

Beliaupun dalam ceramahnya menegaskan untuk jangan pernah memaksa orang lain untuk masuk islam, tampil saja dengan baik maka akan banyak penonton. Kita sekarang kalau melihat orang yang berbeda kita rusuh, padahal kita sejak dilahirkan berbeda. Hidup dan tinggal di Negara yang sama namun berbeda. Pancasila adalah sebagai alat pemersatu, ibarat mata uang rupiah. Walau digunakan dalam bahasa yang berbesa, oleh suku yang berbeda, di pulau-pulau yang berbeda namun rupiah dapat dijadikan alat tukar yang sah. Dan tidak akan bisa digantikan oleh alat tukar lain. Begitupula Pancasila, tidak akan tergantikan karena semuanya walau berbeda namun bermuara pada satu tujuan. Bersusah payah para Pahlawan Bangsa diantaranya Bung Karno dan Bung Hatta dalam mengolah dan meracik ramuan yang berbeda dari segala ras, suku, agama dan bangsa menyatukannya menjadi Negara Indonesia. Dan jangan pernah dirusak apalagi sampai dihancurkan.

Pria yang juga Dosen di PTIQ dan IIQ Jakarta ini juga memaparkan bahwa “Janganlah kau bawa-bawa nama Agama, omong kosong karena agama tidak pernah mengajarkan berperang kok, sejarahnya para Nabi ketika muncul Penindasan Nabi datang, Islam datang membawa perdamaian. Perang itu jalan terakhir ketika perdamaian tidak mungkin dicapai dan perang hadir untuk memusnahkan orang-orang yang tidak cinta damai”.

Ian aziz