Nu’man Abdul Hakim, Berguru Politik Kepada Mahbub Djunaedi

522

Nu’man Abdul Hakim, Berguru Politik Kepada Mahbub Djunaedi

Barangkali tidak berlebihan untuk dikatakan Nu’man Abdul Hakim merupakan salah satu kader NU Jabar yang paling moncer dan matang di dunia politik. Kursi jabatan pada legislatif dan eksekutif pernah ia duduki. Bagaimana tidak sejak usia 27 tahun, tepatnya pada tahun 1982, Kang Nu’man biasa dipanggil kader-kadernya, sudah terjun dalam gelanggang politik dengan terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Bandung. Lebih dari 30 tahun, sejak tahun itu hingga 2014, kang Nu’man tidak pernah absen berkecimpung di atas panggung pemerintahan. Tercatat Kang Nu’man dua kali menjadi anggota DPRD Kabupaten Bandung (1982-1987 dan 1987-1992), anggota DPRD Jawa Barat juga dua periode (1992-1997, 1997-1999), dan anggota DPR RI (1999-2004).  Kursi eksekutif pernah dia duduki dengan menjabat sebagai Wakil Gubernur periode 2003-2008.

Era orde baru merupakan masa-masa suram peran politik NU.  Praktis dalam kurun waktu 1970-an hingga awal 1980-an, hubungan NU dengan pemerintahan Soeharto saat itu lebih banyak diliputi ketegangan dan secara sistemik kekuatan politik NU terus dikikis. Kondisi tidak menguntungkan ini benar-benar dirasakan oleh kader muda NU pada zaman orba, termasuk Nu’man.

Setelah lulus kuliah dari fakultas syariah IAIN Bandung tahun 1981, alumni Pesantren Aljwami Cileunyi ini sempat didorong oleh beberapa dosen yang tahu betul kecerdasannya untuk mengabdi di alamamaternya tersebut sebagai dosen. Akan tetapi, tembok birokrasi kampus tidak ramah bagi dia yang tercatat sebagai pentolan aktivis PMII. Masuk meja Rektor, berkas pengajuannya ditolak. Bagi Nu’man, kampus IAIN Bandung yang dulunya didirikan dan diperjuangkan oleh Tokoh NU Prof. Dr. KH. Anwar Musaddad benar-benar sangat dirasakan meminggirkan orang-orang nahdliyin. Akhirnya ia sempat berlabuh menjadi PNS di Bappeda Jabar, yang kepalanya saat itu adalah Ateng Syafrudin, mantan Ketua Ansor Jawa Barat tahun 1960-an.

Sayangnya pilihan Nu’man sebagai PNS ini malah disepelekan oleh senior sekaligus mentor utamanya di PMII saat itu, Mahbub Djunaedi. “Man, kamu gak cocok jadi PNS. Anak PMII itu harus jadi tokoh besar, percuma saja kalau jadi PNS”, ujar Mahbub. Kemudian Mahbub menyarankan Nu’man untuk aktif di politik dan memberikannya secarik kertas untuk dibawa kepada kepada Pimpinan PPP di Kabupaten Bandung.

Awalnya Nu’man menolak saran seniornya itu. Ia merasa tidak pantas untuk aktif di parpol tingkat kabupaten, ada rasa gengsi apalagi pada saat itu ia sedang menjadi salah satu Wakil ketua PB PMII. Namun Mahbub terus meyakinkan bahwa dia punya potensi menjadi pemimpin dikemudian hari dan menjadi tokoh besar. “Man, tokoh besar itu dialah solidarity maker, akan lebih banyak manfaatnya. Tapi jangan seperti Suharto, walau presiden tapi dia Cuma administrator.”, tambah Mahbub. Untuk lebih meyakinkan Nu’man, Mahbub memberikan oleh-oleh berupa kaset yang berisi ceramah Bung Karno pada saat peringatan Isra Mi’raj. “Pelajari ceramah tokoh besar ini”, perintah Mahbub yang memang sangat mengidolakan Bung Karno.

Akhirnya perintah Mahbub itu ia turuti. Berbekal nasehat Mahbub, saat pemilu tahun 1982 Nu’man mendaftarkan diri sebagai calon DPRD Kabupaten Bandung dan terpilih sebagai anggota termuda.

Terlibat di dalam politik pada saat itu tidaklah menyenangkan seperti era sekarang, dimana setiap orang bisa bersuara lantang. Soeharto menempatkan gerakan politik islam sebagai musuh utamanya. Belum lagi konflik  antar faksi politik di internal PPP (NU, Parmusi, PSII, dan Perti, PPP) sendiri juga cukup tajam. Tidak lah heran, terror dan interogasi kodim dan kasospol menjadi santapan harian aktiifitas politik pria kelahiran Cogondewah ini.

Kepada Mahbub lah yang tinggal Jalan Kleningan Turangga, Bandung ini menjadi tempat memecahkan situasi rumit sekaligus untuk menghibur diri. Selain wataknya yang egaliter dan cerdas, Mahbub Djunaedi juga dikenal jenaka sebagaimana banyak ditemukan dalam tulisan-tulisan kolomnya. Diantara cerita jenaka yang dia masih ingat adalah saat laporan bahwa dia terpilih sebagai pimpinan dalam sidang pertama DPRD Kab.Bandung sebagai anggota termuda. “Man, kamu sekarang sudah punya kekuasaan, itu rumah temanmu Asep Saepulloh yang di Bojong soang gusur saja”, cerita Nu’man sambil terbahak-bahak. Asep Saepulloh merupakan mantan ketua IPNU Jawa Barat.

Dari Mahbub ia belajar tentang pentingnya taat dan tunduk kepada ulama.  “Man, saya orang keras kepala, tapi sekeras-kerasnya kepala saya, kalo ulama yang menyuruh berubah saya kan berubah. Jika kyai memerintah langkah saya berhenti, saya berhenti”, kenang Nu’man saat itu.

Bagi Wakil Ketua PW GP Ansor Jawa Barat (1984-1987) ini, Mahbub adalah guru utama politiknya.  Ajaran Mahbub untuk menjaga intergritas sebagai seorang politisi senantiasa tertanam dalam dirinya.  Salah satu pesan Mahbub yang masih ia ingat adalah : “Peliharalah integritas, karena ribuan orang dibelakangmu akan terbawa selamat. Tapi kalau kamu cacat, ribuan orang dibelakangmu akan ikut rusak. Kamu adalah ketua korcab PMII”.

“Alhamdulillah berkah Pak Mahbub saya menjadi pejabat. Dan atas ajaran Pak Mahbub juga saya selamat sebagai pejabat. Tidak sedikit teman-teman waktu bersama-sama di eksekutif maupun legislatif yang terjerumus kasus hukum karena jabatannya”, tutup Nu’man.

(Edi Rusyandi. tulisan ini diramu dari perbincangan bersama Kang Nu’man dikediamannya)

Profil Nu’man Abdul Hakim

Nama : Nu’man Abdul Hakim
TTL : Bandung, 11 April 1953
Pendidikan : MI, PGAP,PGAA, dan IAIN di Bandung Fakultas Syariah (lulus tahun 1981)
Karir Organisasi : Wakil Sekretaris Persatuan Pelajar Sekolah Guru (1974-1976), Wakil Ketua Senat Mahasiswa IAIN SGD Bandung (1975-1977), Ketua PMII Cabang Bandung (1979-1980), Ketua PMII Jawa Barat (1980-1984), Wakil Ketua PB PMII (1981-1982), Wakil Ketua PW GP Ansor Jawa Barat (1984-1987), Wakil Ketua KNPI Kabupaten Bandung (1978-1979), Wakil Ketua KNPI Jawa Barat (1982-1985 dan 1985-1988), Komisi Pemuda MUI Jawa Barat (1979-1984), Wakil Sekretaris NU Bandung ( 1982 – 1986 ), Anggota LKKNU Jawa Barat (1995-2000)
Karir Politik : Wakil Ketua DPC PPP Bandung (1985-1990), Sekretaris DPC PPP Bandung ( 1990 – 1995), Wakil Sekretaris DPW PPP Jawa Barat (1990-1995), Wakil Ketua DPW PPP Jawa Barat (1994 – 2004 ), Ketua DPW PPP Jawa Barat (2006-2011), Wakil Ketua MPP DPP PPP (2011-2015).
Jabatan Pemerintahan Anggota DPRD Kabupaten Bandung (1982-1992), anggota DPRD Jawa Barat (1992-1999), anggota DPR RI (1999-2003) dan menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat (2003-2008).

(Sumber Profil dari Buku Apa Siapa Orang Sunda)