Nilai Mata Uang Rupiah Melemah? Ini Kata Wakil Sekjen Pimpinan Pusat GP Ansor

46

Ansor Jabar Online – Beberapa hari terakhir, nilai mata uang rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Puncaknya hari, Rabu (5/9/2018) ketika nilai tukar rupiah berada di level terendah yaitu Rp15.029/dollar AS sejak krisis ekonomi tahun 1998.

Menurut Pakar Hubungan Internasional yang juga Wakil Sekjen Pimpinan Pusat GP Ansor,  Mahmud Syaltout mengatakan melemahnya rupiah ini perlu ditanggapi secara cepat namun tidak perlu reaktif, apalagi menggunakan momen tersebut untuk kepentingan politik praktis.

Namun, katanya, pelemahan tersebut terjadi juga terhadap Yuan Tiongkok, Yen Jepang, Won Korea, dan semua mata uang negara-negara anggota ASEAN, kecuali dibandingkan dengan Kyat mata uang Myanmar.

“Kini saatnya kembali kerja, kerja, kerja. Kita harus mengupayakan bersama-sama agar ekonomi kita, khususnya mata uang kita jadi kuat, karena kita bersatu,” tegas Mahmud Syaltout dalam Nu.or.id pada Kamis (6/9/2018).

Lima hal yang bisa dilakukan

Beberapa hal yang bisa masyarakat bersama-sama lakukan yaitu, dengan pertama berhenti membeli barang-barang impor. Kedua, dorong ekspor. Untuk bidang usaha kecil dan menengah, bisa juga memanfaatkan momentum ini untuk mendorong kegiatan ekspor. Nilai tukar dolar terhadap rupiah yang meroket akan meningkatkan daya jual.

Sementara pelaku UMKM diminta untuk menekan biaya produksi dibanding harus menaikkan harga.

Salah satu dampak yang mungkin timbul dari kejadian ini adalah naiknya harga pasaran dan kebutuhan hingga ke tingkat UMKM. Terutama mereka yang memanfaatkan bahan baku impor, baik pengimpor langsung atau tangan kedua.

Untuk menutup tingginya biaya produksi, mengatrol harga jual seringkali dipilih jadi solusi. Padahal kenaikan harga yang tak terkendali bisa berbuntut tingginya inflasi, sehingga keadaan ekonomi di Indonesia makin tak stabil.

Selain itu, lakukanlah transaksi di dalam negeri secara normal, sebagai konsumen, kita tetap bisa berkontribusi dalam stabilitas ekonomi.

Meskipun dalam kasus terburuk harga kebutuhan pokok akan naik karena pelemahan kurs, selama daya beli masyarakat stabil dan baik, harusnya tak sampai menjadi masalah. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar seharusnya tak sampai menimbulkan ketakutan atau kepanikan sosial di masyarakat.

Untuk jangka panjang, coba dan mulailah berinvestasi dibidang seperti properti, emas, pembelian surat utang negara (saham), sektor pariwisata, dan lain-lain.

Hal ini sejalan dengan apa yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kurs rupiah adalah dengan menggenjot investasi jangka panjang. Kinerja ekspor juga harus didongkrak dengan pemberian insentif. (RA)