Ngabuburit Pancasila: Pancasila Itu Melampaui Sekat Identitas

85

Bandung, (ansorjabar online)

Antropolog Universitas Indonesia (UI) Nurmala Kartini Syahrir menilai konflik identitas yang menyertakan pertentangan etnis belakangan ini merupakan pengingkaran pada nilai luhur Pancasila. Menurutnya, Pancasila merupakan saripati kemajemukan keindonesiaan, baik sisi kebudayaan maupun aspek rasial.

“Pancasila itu sari-sari kebudayaan kita yang beragam. Munculnya keinginan soal pemurnian dengan istilah pribumi-non pribumi, minoritas dan mayoritas merupakan kekeliruan mendasar tanpa melihat kenyataan. Hanya akal-akalan untuk merebut kekuasaan,” ujar Nurmala dalam Talkshow Ngabuburit Pancasila di Wisma Sejahtera, Jl. Ir. Djuanda, Kota Bandung, Kamis (01/06/2017).

Dalam aspek rasial, kata Nurmala, bangsa Indonesia pada dasarnya merupakan perpaduan dua ras besar di dunia, yaitu negroid di Afrika dan mongolid dari Asia Tengah di Taiwan.

“Rahim perempuan Indonesia adalah majemuk. Kalau ada diantara kita yang mengatakan asli indonesia. Itu tidak benar.  Kita adalah kumpulan berbagai DNA yang muncul dalam ragam kebudayaan. Kita hakikatnya adalah majemuk,” tuturnya.

Sesuai dengan spirit Pancasila, Nurmala menekankan bahwa perbedaan bukan untuk dipertentangkan, tapi untuk dikelola dengan baik. Karenya, semangat toleransi harus disuarakan.

“Kita harus intropeksi dari mana asal muasal kita. Mempertentangkan identitas, sama halnya kita mengingkari asal usul diri kita sendiri. Toleransi membutuhkan kedewasaan untuk menaruhka ego kita,” sebutnya.

Sementara itu Koordinator Jakatarub Wawan Gunawan mengatakan bahwa berbicara Pancasila harus sudah melampaui soal pribumi dan non-pribumi, juga soal minoritas dan dan mayoritas.

Membahas Pancasila masa kini, kata Wawan adalah menuntaskan pengamalan dari amanat sila-sila yang ada. Wawan menyoroti, soal Hak Azasi manusia dan distribusi keadilan sosial sebagai pengamalan sila kedua dan kelima merupakan pekerjaan rumah bangsa ini dalam mengawal Pancasila.

“PR mengamalakan Pancasila salah satunya adalah jangan sampai masih ada ummat tertentu yang dihalang-halangi, diusir dan dipersulit untuk menjalankan ibadah, juga kesenjangan sosial antar kelompok masyarakat harus makin diminimalisir,” kata Wawan. (edi).