Merubah Bulan Menjadi Bumi (menciptakan kembali ulama yang wira’i)

228

Oleh : Saeful Milah*)

Bulan merupakan makhluk yang diciptakan oleh Alloh untuk melengkapi keindahan hidup, dan sinarnya menerangi bumi ketika malam hari. Dan Bumi merupakan hasil karya sang maha Agung (Alloh SWT), Bumi merupakan rumah nyaman dan indah bagi manusia dan makhluk Alloh yang lain. Antara Bulan dan Bumi mempunyai perbedaan, salah satunya adalah bulan terlihat indah jika berjarak yang jauh dengan mata kita, namun Bulan menjadi buruk rupa ketika berjarak dekat dengan mata kita. Begitu pun dengan para Ulama. Mereka mempunyai perbedaan. ulama-ulama zaman sekarang di ibaratkan seperti bulan yang indah hanya ketika jauh dari mata, sedang Ulama zaman dulu diisyaratkan bagai Bumi yang indah ketika jauh dan sejuk ketika dekat dengan mata kita.

Ulama merupakan paku bumi yang paling penting dalam kehidupan umat manusia, jika ulama sudah tidak ada lagi maka bumi ini akan hancur. Oleh sebab itu perlu adanya kader ulama yang mumpuni dan memiliki derajat yang tinggi di dunia maupun di kerajaan langit pun disegani. Saat ini, Ulama atau disebut kiyai sudah jauh berbeda jika dibandingkan dengan kiyai yang terdahulu. Kiyai zaman sekarang sudah berkurang dalam hal wira’i dan juga bisa disebut waro’ (berhati-hati dalam melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum islam), dan tidak sedikit ulama di zaman sekarang ini kurang berkontribusi dengan masyarakat dalam hal gotong-royong.

kiyai di Bumi Nusantara pada zaman dulu sangat berhati-hati (waro’) ketika berhadapan dengan hal yang bersifat kemakruhan. Dan di antara kita harus mengembalikan atau menciptakan generasi ulama yang wira’i. Salah satu dari kita mungkin akan timbul pertanyaan, kenapa kita harus menciptakan generasi ulama yang wira’i?, dan jawabannya adalah sebab ulama yang wira’i itulah yang menjadi paku yang kuat bagi bumi kita. Jika pakunya kurang kuat maka secara automatis dunia ini akan hancur, adapun akan hancur dalam segi moral maupun alamiah.

Dengan adanya generasi ulama yang wira’i di Nusantara sehingga tidak ada lagi cerita kiyai cekcok dengan kiyai yang lain, merendahkan kepada masyarakat di sekitarnya, dan tidak ada lagi bulan ketika jauh terlihat indah namun ketika dekat dengan mata kita menjadi buruk rupanya, dan menjadi ulama yang semakin disukai oleh penduduk bumi dan penghuni langit. Untuk menjadi ulama yang wira’i perlu ada tiga syarat.

Syarat yang pertama adalah mondok dan belajar di pondok pesantren yang mempelajari kitab kuning. Dan syarat yang kedua adalah ikhlas untuk mesantren dan ikhlas ketika dihadapkan dengan massalah. Dan syarat yang ketiga mengamalkan ilmu apa yang diproleh di pesantren.

K.H. Marzuki Mustamar, M.Ag, ia merupakan Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur. Di dalam ceramahnya di kec.Langensari Kota Banjar, ia mengatakan; “untuk menjadi kader ulama tidak harus di IAIN atau UIN, lebih baik mereke (calon ulama) dikirim ke pondok pesantren di Jawa Timur, seperti Ponpes di tebuireng, Lirboyo, dan lain-lain, pasti mereka menjadi kiyai.”

*Mahasiswa Sastra Rusia Universitas Padjadjaran 2014