Meraih Berkah, Meneladani 5 Pesan Hikmah Idul Adha

199

Meraih Berkah, Menedalani 5 Pesan Hikmah Idul Adha

Puji syukur kepada Allah Swt, shalawat salam kepada Nabi Muhammaad saw., pada hari ini, Jum’at 1 September 2017 M, bertepatan dengan 10 Zulhijjah 1438 H, kita merayakan Idul Adha untuk yang ke sekian kalinya. Kita merayakan Idul Adha dalam keadaan sehat wal afiat, berkumpul dengan sanak keluarga dan saling berbagi kebahagiaan.

Pagi tadi juga saya diberi kesempatan untuk menyampaikan khutbah Idul Adha. Saya membawakan tema: “Meraih Berkah, Meneladani 5 Pesan Hikmah Idul Adha.” Tema ini saya pilih dalam rangka merenungkan kembali makna Idul Adha bagi sekalian kita. Berikut 5 pesan hikmah tersebut saya rinci:

Pertama, penguatan akhlak diri. Momentum Idul Adha harus dijadikan penguat agar kita dapat terus memperbaiki akhlak diri. Dua ibadah paling identik dalam perayaan Idul Adha adalah ibadah haji dan qurban. Keduanya merupakan ibadah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kita kepada Allah. Kita harus mampu ‘menyembelih’ potensi-potensi negatif untuk kemudian menjadi pribadi yang lebih baik dan jujur.

Kedua, memupuk jiwa sosial. Baik ibadah haji maupun umrah, keduanya sama-sama berfungsi untuk memupuk jiwa sosial kita. Sebab di tengah kehidupan yang individualistis dan hedonis ini, kepedulian sosial kita semakin tampak rapuh. Di mana-mana orang mementingkan dirinya sendiri, setiap hari bekerja, pergi pagi pulang malam, persaingan yang tidak sehat, sikut sana-sini, melakukan tindak korupsi, demikian seterusnya menumpuk harta duniawi. Melalui Idul Adha kita diajak untuk kembali merenungkan betapa penting mengutamakan kebersamaan sosial.

Ketiga, mengokohkan bangunan rumah tangga. Siti Hajar dan Nabi Ibrahim merupakan sepasang istri dan suami yang senantiasa setia dalam suka maupun duka. Rumah tangganya diuji sedemikian rupa oleh Allah tetapi keduanya toh mampu mempertahankan diri sebagai pasangan suami istri yang teguh pada ajaran Allah. Dan kita mesti menedalani kehebatan rumah tangga Siti Hajar dan Nabi Ibrahim. Pernikahan sebagai perjanjian yang sangat berat harus dijaga agar tidak terjerumus pada konflik rumah tangga yang berlarut. Istri dan suami harus saling memuliakan, keduanya saling membutuhkan.

Keempat, menjaga amanah anak. Dewasa ini kita hidup di era di mana teknologi semakin mutakhir. Internet dan kemudahan media sosial merupakan tanda paling jelas dilihat mata kita. Kecanggihan teknologi menyimpan dua sisi antara positif dan negatif. Dan kita acap kali kewalahan beradaptasi dengan keadaan mengkhawatirkan ini. Keadaan di mana pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, kemerosotan moral remaja dan lain sebagainya, tersebar dengan cepat melalui dunia maya. Dan Nabi Ismail adalah simbol anak saleh, sebagai berkat kesalehan yang diteladankan kedua orang tuanya.

Kelima, menyempurnakan ibadah shalat untuk bekal akhirat. Kebutuhan akan shalat lima waktu berjemaah kelihatannya sepele. Tetapi inilah justru yang menjadi kelemahan terbesar umat Muslim dewasa ini. Idul Adha merupakan spirit untuk mengokohkan komitmen ibadah berjemaah. Sebagaimana ideologi kita berlandaskan pada Islam Ahlus sunnah wal jamaah. Islam yang menjunjung tinggi komitmen persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman sebagai bagian paling inti dari hikmah shalat yakni mengesakan Allah (tauhidullah)

Demikian sekurangnya kelima pesan hikmah yang tadi pagi saya sampai kepada segenap jamaah shalat Idul Adha. Semoga Idul Adha membawa spirit perubahan ibadah kita kepada Allah dan kebaikan sosial kita kepada sesama.

Wallaahu a’lam.

Mamang M Haerudin (Aa)
GP Ansor Kabupaten Cirebon

Pesantren Bersama Al-Insaaniyyah, 22 September 2017, 18.36 WIB.