Menyelami Hikmah Berorganisasi dari KH. Wahab Chasbullah dalam Refleksi HARLAH NU ke -95

176

Menyelami Hikmah Berorganisasi dari KH. Wahab Chasbullah dalam Refleksi HARLAH NU ke -95

Oleh : Aceng Ahmad Sehabudin

Sepak terjang KH Wahab Hasbullah dalam memperjuangkan kemerdekaan sudah tercatat dalam sejarah bangsa ini, tak heran jika beliau diberi gelar kepahlawanan oleh negara. Karena sumbangsih beliau dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini sangat banyak, mulai dari pemikiran, sampai perlawanan secara fisik melawan penjajah demi tercapainya kemerdekaan bangsa Indonesia.

Kiai Wahab sudah gerah kepada penjajah karena menindas rakyat. Oleh karennya sebelum menciptakan lagu/syair Syubbanul Wathan yang hari ini menjadi mars kebanggaan Nahdlatul Ulama yang bernafaskan nasionalisme, Mbah Wahab sudah terjun ke berbagai organisasi, beliau sempat mendirikan sebuah cabang SI Makkah sebelum kembali ke tanah air.

Sepulangnya dari Makkah itulah Mbah Wahab terdorong bahwa dirinya harus
berjuang melawan penjajah, karena melihat bangsa Indonesia pada masa dulu
hancur luluh lantak karena kejahatan kemanusiaan penjajah yang tak segan-segan menghabisi orang-orang pribumi. Lewat pergerakan organisasi yang digeluti beliau pertama masuk dilingkungan SI (Serikat Islam), setelah itu mendirikan Tashwirul Afkar, Nadhlatul Wathan, dan yang terakhir menggagas berdirinya NU.

KH Wahab Hasbullah merupakan kiai yang menyukai perjuangan melalui organisasi.
Dapat dikatakan petuah sahabat Nabi Muhammad Saw., Ali Karramallah Wajhah yang berbunyi, “Kebenaran yang tidak terorganisasi akan dikalahkan oleh kehajatan yang terorganisasi.” yang menjadi landasan beliau berorganisasi dalam pergerakannya. Hal ini dibuktikan oleh beliau setelah pulang dari Makkah. Beliau segera membentuk organisasi lagi, begitulah kiprah Mbah Wahab di ranah organisasi.
Sudah sangat jelas bahwa organisasi sangat melekat dengan gerakan beliau bahkan hingga sebuah organisasi pemikiran (Nahdlatul Fikri) .

Meskipun tidak sendiri dalam membangun rumah untuk menaungi kalangan muda agar berwawasan luas dan sadar akan pentingnya ilmu dan membela martabat bangsa dari tekanan penjajah, kita harus menyadari bahwa perjuangan beliau itu sangat massif dan terstruktur dan pondasi rumah itu sudah kokoh dan siap untuk menampung anak-anak muda terutama dari kalangan santri-santrinya.Dari sanalah Mbah Wahab mendoktrin santri-santrinya untuk berjuang dan melawan penjajah agar tidak menjadi masyarakat yang berjiwa inlander.

Maksud dari tidak boleh berjiwa inlander atau Pribumi dalam konteks waktu itu yakni terus terusan dijadikan manusia kelas dua, dibawah kaki kanan belanda dan Sekutu.

Hal ini pun sejatinya harus kita refleksikan bersama-sama. Khususnya warga nahdliyin yang mengklaim sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan mancanegara. Kualitas organisasi kita apakah selaras dengan kuantitas kita atau kita yang mayor ini masih menikmati jiwa inlander dan nyaman dengan posisi dijajah secara sistem. Melalui berbagai badan otonomi organisasi yang jumlahnya fantastis dengan bidangnya masing-masing seharusnya sudah selesai semua persoalan yang ada di akar rumput masyarakat. Lantas apa yang menjadi permasalahan organisasi kita ini?

Dengan usia yang sangat matang hampir 95 tahun. Sudah sejatinya bukan lagi persoalan basis kader yang diurus. Komitmen tentang NKRI harga mati harus benar dijalankan. Silahkan melalui mekanisme apapun, baik secara konstitusi seperti jalur politik agar arah kebijakan pro terhadap kaum Mustad’afin maupun kultur melalui jaringan kader hingga terbawah seperti gotong royong dan lain-lain. Saya kira itu jalan yang sama sama mulia.

Maksud penulis bukan menyangsikan bakti NU selama 95 tahun, sudah banyak karya NU untuk negeri ini, namun penguatan dan massif nya menjaga NKRI sudah harus lebih tersistematis agar semakin baik dan besar dampak positif untuk negara tercinta ini.

Chalik, Abdul. Nahdlatul Ulama dan Geopolitik; Perubahan Dan Kesinambungan.
Yogyakarta: Kanisius, 2011. Esha, Muhammad In’am. NU Di Tengah Globalisasi;
Kritik, Solusi Dan Aksi.
Malang: UIN-MALIKI PRESS. Halim, Abdul. Sejarah Kyai Haji Abdul Wahab
(NU). Bandung: Percetakan Baru, 1970.
Sejarah di Balik Lahirnya Lagu Kebangsaan Yaa Lal Wathan, www.nu.or.id,
Jumat, 09 September 2016, 5 Desember 2019.
Yaa Lal Wathan Lagu Patriotis karya KH. Wahab Hasbullah, www.nu.or.id, Ahad,
17 Agustus 2014, 28 Desember 2018.